Bab 10

1 1 0
                                    

  Suasana aneh dan canggung membuat Jane merasa tak nyaman melihat lelaki tampan disebelahnya ternyata adalah lelaki aneh yang membuat Jane kesal di supermarket tadi. Jane dan Mika bingung melihat lelaki itu yang terang-terangan ingin masuk di grup mereka.
  "Aku jugaa, salam kenal ya. Namaku Daniel dan ini teman ku Alex,bisakah kami bergabung dengan kalian? Grup yang lain penuh tuh.." sahut lelaki yang ikut bergabung bernama Daniel.
  "Tampak nya mahasiswi yang disana masih menunggu kalian untuk bergabung dengan mereka, tuh?" tanya Mika Frontal.
Mereka berempat melihat ke samping kanan mereka, dimana mahasiswi-mahasiswi sedang cari perhatian agar lelaki tampan yang bernama Alex masuk ke kelompok mereka.
  "Hahaha.. Becanda, kami ingin sama kalian saja, kalian tampak tak lebih ribet dari mahasiswi itu." Jawab Daniel.
  "Ga bisa kami gabung?." tanya Alex sinis.
Jane dan Mika terkejut atas respon lelaki tampan yang ternyata namanya Alex.
  "Ya gabung aja kalau mau.. Santai aja ngomong nya...kami juga ga menolak kalian." jawab Mika sinis.
Jane dan Daniel tampak canggung. Jane yang tahu sifat Mika agak keras langsung mencairkan suasana.
  "Ha.. haha.. Emm..Yasudah mari kita atur jadwal kapan kita bisa mengerjakannya sama-sama.." ucap Jane canggung.
Jane menatap kesal Alex, lelaki yang tak ada sopan santun nya sama sekali. Bahkan tak heran sampai di kuliah pun sifatnya sama saja menurut Jane.
  "Hari minggu jam 12.00pm." sambung Alex datar.
  "Oke." Sambung Mika sinis.
Jane dan Daniel hanya bisa diam saja melihat dua orang yang ternyata tidak akur.
  "Baiklah, hari minggu ya, dimana??" tanya Daniel.
  "Rumahku.." Jawab Alex datar.
  "Kenapa kau jadinya yang mengatur?.." tanya Mika sebal.
Jane dan Daniel yang tampak nya tak ingin ada pergelutan di antara kelompok mereka pun berusaha bersikap santai.
  "Aku terserah kalian.. Bagaimana menurut mu Jane.. Mika?" tanya Daniel dengan nada sedikit canggung.
  "Emm.. Mika?" tanya Jane berusaha mendengar pendapat Mika.
Bagi Jane, jika sahabatnya setuju makan dia pun setuju. Mika dan Alex saling memandang tajam.
 

"Yasudah.. Tapi kami tak tahu rumahmu!" sambung Mika menyudutkan Alex.
  "Teman mu tahu." kata Ryan tiba-tiba.
Mika dan Daniel refleks menoleh ke arah Jane. Jane yang kaget atas apa yang di bicarakan laki-laki yang menurut nya aneh itupun mulai canggung dan bingung.
  "Ma..Maksudmu?" tanya Jane bingung.
  "Oh ya Tuhan.. Laki-laki ini menyebalkan sekali.." Gumam Jane geram dalam hati.
  "Apaan maksudmu? Teman ku ga pernah kenal kau! Ngarang banget.." bentak Mika yang protektif terhadap Jane.
  "Ya kan, Jane?!" tanya Mika.
  "I.. Iya. Aku tak tahu dimana rumah mu jadi jangan mengarang, orang lain kalau dengar bakal berpikir yang aneh-aneh.." jelas Jane ke Alex dengan muka jengkelnya.
  "Kau si cewek yang kepalanya hampir ketimpah susu coklat kan? Aku orang yang menolong mu loh..Aku masih ingat kita bertemu di supermarket. Depan supermarket adalah rumahku. Jadi otomatis kau tahu rumahku.. Aku tak menyuruh mu berpikir yang aneh-aneh." jawab Alex sambil menunjuk kearah Jane.
  "Oh.. Hahaha..ternyata itu kau...haha..maaf aku tak ingat.. Tapi aku tetap tak tahu rumah mu karena kan kita bertemu di supermarket bukan rumahmu.." jawab Jane sambil tertawa malu dan kesal.
  "Beneran, Jane?" tanya Mika sambil berbisik dan penasaran.
  "Nanti ku ceritakan.." jawab Jane.
  "Yasudah, bye." sambung Alex dan pergi meninggalkan mereka.
Jane dan Mika tampak jengkel sekali dengan sifat Alex yang sangat tak sopan itu.
  "Ah maafkan temanku... Tapi dia baik kok!.. Maklumi kelakuannya yah...Terima kasih..sampai jumpa hari minggu!" kata Daniel dan meninggalkan Jane dan Mika.
  "Apa-apaan baik?! Maklumi katanya?! Cowok sosiopat gitu dimaklumi... Dasar aneh!.." Omel Mika sambil memasukkan buku-buku ke tasnya.
Jane yang masih kesal tampaknya tak ingin berbicara saat itu.


***

  Mika dan Jane bergegas pulang dari tempat kuliah mereka menuju cáfe tempat mereka bekerja. Sesampai nya disana, Jane menceritakan apa yang terjadi saat di supermarket.
  "Ya si laki-laki aneh itu, dia menolong ku dan aku berterima kasih, namun sikap sombongnya membuat ku menyesal berterima kasih!.." ketus Jane dengan muka manyun.
  "Seharusnya tak kuterima mereka di kelompok kita tadi!" Sambung Mika jengkel.
  "Lebih baik kau menyadarinya dari awal..." Sambung Jane sarkastik.
Jane dan Mika melanjutkan pekerjaan mereka. Setelah beberapa jam, Jane pun mengambil istirahat. Jane pergi ke ruangan tempat beristirahat dan duduk di salah satu kursi tersebut. Jane mengambil ponsel dari tas nya, jam sudah menunjukkan angka 07.55pm. terlihat beberapa pesan di ponsel Jane.
  "Hi, bagaimana harimu?"
  "Aku merindukanmu..."
  "Nanti saat pulang kerja, biarkan kuantar kau pulang.." Tulis Ryan dalam pesan itu.
Jane yang tersenyum sembari meregangkan kaki-kaki nya yang panjang itu. Dia segera membalas pesan Ryan.
  "Hi Ryan, maafkan aku lama membalas.. Aku juga merindukan mu, hari ini sangat melelahkan, ya bisa, sebentar lagi aku akan pulang..datanglah ke cáfe tempat kerja ku dan kita bisa pulang sama-sama" Tulis Jane di pesan itu dan mengirimnya.
Jane pun menutup matanya, dan meregangkan semua badannya sambil duduk. Tak lama kemudian, terdengar suara pesan masuk dari ponsel Jane.
  "Apa kau tidak apa-apa?" Tulis Ryan.
  "Ya aku tidak apa-apa.." Balas Jane.
  "Kau sedang apa?" Tanya Jane.
  "Aku sebentar lagi akan pulang dan menjemputmu.." Jawab Ryan
"Baiklah, Hati-hati dijalan.. :)" tulis Jane dan mengirimkan pesan itu.
  "Ya thanks, Jane. Bye" Jawab Ryan yang mengakhiri percakapan pesan mereka.
Jane bangkit dari kursinya dan membantu Mika berberes di cáfe karena sebentar lagi akan tutup.
  "Jadi, pacarmu akan datang?" tanya Mika meledek.
  "hehe.. iya." jawab Jane malu.
  "Oh kawan jangan membuat muka seperti itu.. Aku iri dengan mu.."
  "Aku penasaran siapa dia.. Kau belum menceritakannya tentang dia, Jane.." ucap Mika sambil manyun.
Jane hanya tertawa geli melihat ekspresi Mika. Tak lama sehabis mereka berberes dan menutup cáfe, Ryan pun datang dengan coat hitamnya, turtle neck berwarna abu-abu dan jeans panjang.
  "Hai Ryan" ucap Jane dan memeluk Ryan.
Ryan membalas pelukannya dan mereka berdua menatap satu sama lain sambil tersenyum. Mika yang datang dari belakang pun tersenyum dengan ramah.
  "Ryan,ini sahabat ku, namanya Mika, Mika ini Ryan.." ucap Jane memperkenalkan mereka berdua.
  "Halo, salam kenal" ucap Ryan.
  "Ah iya salam kenal, tak pernah kulihat Jane seceria itu dengan laki-laki, pasti kau laki-laki yang baik." ucap Mika frontal.
  "Terima kasih.. Kau pasti sahabat Jane, berarti kau orang baik juga haha" Ucap Ryan sambil tersenyum hangat.
Mereka bertiga pun tertawa dan berbicara bersama. Waktu berlalu, sudah saatnya mereka pulang.
  "Jangan lupa jam 12.00pm Jane, aku akan menghubungimu! Sampai nanti!" ucap Mika pergi dengan mobil nya meninggalkan Jane dan Ryan.
  "Ada rencana apa besok?" Tanya Ryan ramah.
  "Ah, tugas kampus, kami satu kelompok jadi akan pergi ke rumah teman.." jawab Jane ramah juga.
  "Oh, mau aku antar?" tanya Ryan.
  "Tak perlu..rumah teman ku dekat dengan apartemenku." Sambung Jane.
  "Baiklah, ayo ke mobil ku." ucap Ryan.
  "He?? Kau punya mobil?" tanya Jane kaget.
  "Iya, hanya saja aku jarang memakainya, aku tak suka mobil itu tapi karena memakai bus terlalu membosankan jadi sebaiknya kubawa saja hehe.." jawab Ryan sambil tertawa kecil.
  "Aku tak apa-apa naik apa saja, bersamamu aku cukup.." ucap Jane tersenyum kecil.
Mereka pun berjalan menuju ke mobil Ryan yang berwarna hitam itu,masuk dan mulai memakai seatbelt.
  "Kenapa kau tak menyukai mobil ini?" tanya Jane penasaran.
  "Kupikir kadang kesialan menghampiri ku karena naik mobil ini.." jawab Ryan terkekeh
  "Benarkah?, mungkin itu perasaanmu saja.." Kata Jane.
  "Mungkin, karena aku sedang bersamamu, kesialan itu takut menghampiri ku haha.." Ucap Ryan sambil tersenyum kearah Jane.
Jane yang tersipu malu pun mulai menutup pipinya yang memerah bagaikan tomat.
  "Baiklah, ayo kita pulang.." kata Ryan sambil memegang tangan Jane yang dingin itu.
Jane tersenyum dan menggenggam tangan kanan Ryan erat-erat.
Bagi Jane, Ryan adalah keberuntungan nya dan dia sangat menyayangi Ryan apapun situasi menimpa mereka berdua pikirnya.
Jane yang sampai di apartemen pun segera mandi dan siap itu dia ke kamarnya, menurutnya rebahan adalah kegiatan yang dia sukai setelah hari-hari yang cukup melelahkan. Jane dan Ryan pun saling bertukar pesan, hari semakin larut dan Jane pun tertidur.

Memories After Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang