Bab 6

23 4 7
                                    

  Pagi yang cerah dan matahari yang bersinar hangat menembus jendela itu mulai menyinari Jane yang masih tidur lelap.
  "Jane.." terdengar suara Ibu Jane yang berteriak dari lantai 1.
  "Jane!.." teriak suara Ibu Jane yang semakin terdengar itu.
  "Janeth!!.." sontak Ibu Jane yang membuka pintu kamar Jane.
Jane terbangun dari tidurnya dan terlihat matanya sedikit mengantuk itu berusaha untuk terbuka.
  "Ya iya bu, aku sudah bangun... oh astaga.." ucap Jane sedikit jengkel.
  "Ayo bangun dan bersiap-siaplah, kau harus pergi ke dokter hari ini untuk memeriksa kesehatan mu dan membeli obat mu.." kata Ibunya.
  "Baiklah.." jawab Jane.
Jane tiba-tiba merasa sedih seolah rumah sakit adalah tempat yang gelap untuknya.
  "tubuh lemah ini menyebalkan sekali.. aku rindu rasanya menjadi sehat.." kata Jane dalam hati.
  "Lekas Janeth!..kita tidak boleh terlambat, Ibu sudah berjanji kita akan pergi pukul 11.00am!.." kata Ibunya sambil tergesa-gesa.
Jane pun melihat jam di ponselnya menunjukan pukul 10.00am. Melihat itu Jane langsung beranjak dari kasurnya, mempersiapkan baju nya dan mandi. Sesudah mandi, dia mengganti bajunya dan mulai bergegas dan turun kebawah menjumpai Ibu dan Ayahnya yang sarapan.
  "Selamat pagi Jane, nih makan rotimu Jane.. Ayah membuatkanmu roti dengan selai kacang.." sambut Ayahnya.
  "Selamat pagi Ayah.. terima kasih rotinya.." jawab Jane.
Jane pun memakan rotinya dan meminum seteguk teh rosella. Ayah nya sudah selesai sarapan itu mulai bergegas ke mobil dan memeriksa kendaraan nya. Ibu Jane yang tadi terburu-buru menyiapkan tas dan dompetnya pun sudah selesai.
  "Apakah kau sudah menghabiskan makananmu, Janeth?" tanya Ibunya.
  "Sudah, Bu.." jawab Jane.
  "Baiklah, ayo kita pergi." Jawab Ibunya.
Jane dan Ibunya pun berjalan keluar rumah dan Ibu Jane mengunci rumah nya aman dan masuk ke mobil pergi meninggalkan rumah yang nyaman itu.

***

  Sepuluh menit berlalu dan saat sampainya di rumah sakit, Jane melihat jam sudah menunjukkan angka 10.35am. Saat di koridor, Jane dan orang tua nya pun duduk menunggu giliran mereka. Sembari menunggu, Jane melihat banyak sekali pasien-pasien dengan tubuh mereka yang lemah dan pucat, keluarga pasien-pasien tersebut tampak sedih dan tak bertenaga membopong keluarganya yang sakit-sakitan itu.
  "uh.. aku benci tempat ini.." kata Jane dalam hati.
Jane pun terduduk diam dan menit pun berlalu, kini giliran Jane untuk memeriksa. Jane dan keluarganya masuk ke ruangan yang terang itu. Ayah dan Ibunya menyambut dokter itu dan dokter itu berbincang dengan orang tuanya seputar kesehatan Jane. Ketika akan di periksa kesehatannya, Jane sedikit gugup karena takut akan jawaban dokter itu.
   "Saudari Janeth Parkinson saat ini masih baik-baik saja, namun perlu diperhatikan makanannya dan Janeth harus perlu meminum obat yang sudah saya resepkan tadi. Perlu diingat, jangan terlalu lelah, itu saja. Perawatan intensif masih diperlukan namun tidak harus sesering pasien lain.." jelas dokter.
  "Baiklah dokter, terima kasih.." jawab Ibu Jane.
  "Terima kasih dokter, kami permisi dulu.." sambung Ayah Jane di tengah momen canggung itu.
Jane dan orang tuanya pun keluar dari ruangan itu. Jane yang melihat orang tuanya itu diam dan berjalan berusaha mencairkan suasana saat itu.
  "Syukurlah... Ibu..Ayah, jangan sedih.. aku berjanji aku akan berjuang dan sembuh.." jawab Jane sambil merangkul kedua tangan orang tuanya yang lemah dan sedikit keriput itu.
Ibu dan Ayahnya yang mendengar itu langsung tersenyum. Mereka memeluk Jane.
  "Kami selalu berharap begitu, Jane.. ayo kita pulang sekarang.." kata Ayahnya sambil melepas pelukannya.
Jane dan orang tuanya pun pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, Jane melihat arlojinya dan arloji itu menunjukan pukul 01.12pm.
  "Ku rasa rumah sakit itu menyerap semua tenaga ku..huh.." kata Jane di dalam hatinya.
Jane naik ke kamarnya, melepas semua pakaiannya dan menyisahkan celana pendek dan cardigan putihnya menempel di badannya.
  "Karena ini, aku jadi malas pergi ke kampus sekarang.." kata Jane dalam hati.
Ya, pukul 02.15pm nanti dia akan pergi kuliah di shift siangnya. Jane pun menyiapkan tas coklatnya dan menaruh note hitam nya itu ke tas. Dia pun berganti baju dan lekas pergi ke kampus menggunakan bus. Selagi duduk di bus Jane melamun melihat keluar jendela.
  "Karena rumah sakit, aku tidak sama sekali berbicara atau menghubungi Ryan hari ini.. apa kabarnya, ya?.." pikir Jane.
Jane pun membuka ponselnya dan tak sama sekali melihat pesan dari Ryan.
  "Oh iya, mungkin dia sedang sibuk bekerja..." pikir Jane lega.
Sesampainya di kampus, Jane mengambil mata kuliah Pengkajian Puisi Inggris. Di universitas Jane mengambil Sastra Inggris dan hari itu dia harus mengambil mata kuliah tersebut. Jane pun masuk ke kelas dengan nafas yang panjang. Banyak mahasiswa baru yang sedang beradaptasi dan berbicara satu sama lain. Hanya Jane yang sendirian disitu. Jane mengingat saat masa perkenalan mahasiswa baru, Jane tidak masuk karena dirinya lebih sering di rumah sakit. Dia berpikir bahwa dia tidak apa-apa sendirian karena memang sifat Jane yang sedikit pendiam dan canggung. Dia bukan antisosial, hanya saja dia tidak pandai bergaul dengan teman sebayanya. Jane pun menatap kursi yang masih kosong ketiga dari belakang itu dan mulai berjalan santai.
  "Jane??.." sahut seseorang yang suaranya tak asing dari belakang.
Jane menoleh kebelakang dan kaget.
  "Oh astaga, Mika?!" tanya Jane kaget.
Jane melihat perempuan yang tinggi nya sekitar 163cm itu dengan kulit olive skin tone, dan berambut coklat cola itu tersenyum manis mendekatnya. Gadis itu bernama Mikaela Marzie.
  "Oh astaga tak kusangka kita akan bertemu lagi, lama tak melihatmu Jane!.." sambut Mika.
  "Aku juga, senang bertemu dengan Mikkie.." jawab Jane bergurau.
  "Oh ayolah, kurasa kita sudah sepakat saat SMA untuk tak memanggilku sebutan menggelikan itu.." jawab Mika.
  "Hahaha maaf kan aku.. apakah kau juga mengambil sastra inggris?" tanya Jane.
  "Ya, kau tahu aku suka pelajaran yang simple dari SMA bukan?." Jawab Mika tertawa.
  "Sastra Inggris bukanlah mata kuliah yang gampang, Mika.." jawab Jane mengeluh.
  "Ya ya aku tahu.. ayo kita duduk di bangku itu. " kata Mika.
Jane dan Mika yang berjalan ke bangku barisan 3 dari belakang yang kosong itu mulai duduk dan berbicara.
  "Omong-omong, apakah kau sudah sembuh, Jane?" tanya Mika.
  "Ya... setidaknya tak bertambah parah jadi kukatakan saja sembuh.." jawab Jane.
  "Ku turut menyesal, Jane.." kata Mika dengan mata sayu.
  "Ya tidak apa-apa, jangan dipikirkan.. ayo kita belajar...sepertinya dosen sebentar lagi akan datang.." kata Jane tersenyum.
Tak lama dosen pun datang dan Jane beserta Mika sama-sama belajar dan memulai aktivitas belajar mereka. Saat kuliah sudah selesai, mereka berdua keluar dari ruangan yang dipenuhi mahasiswa baru itu. Jane melihat arloji nya dan arloji itu menunjukan pukul 04.45pm.
  "Hei, apakah kau mau ketempat kerjaku? Kau bisa memesan croissnt yang kau sukai loh.." tanya Mika.
  "Kau sudah bekerja?" tanya Jane.
  "Ya, Ayahku memberiku 350 euro sebagai hadiah kelulusan ku karena aku yang terkenal bebal bisa lulus dari sekolah menengah atas yang menyesakkan itu..dan kau tahu? aku memakainya untuk menyewa gedung dan membuka càfe..." kata Mika.
  "wow, kau bijak sekali Mika, kuyakin kau akan sukses.. kau yang sudah kaya dari lahir membuatku iri hahaha.." jawab Jane terkesima.
  "Oh ayolah...." kata Mika malu.
Jane dan Mika tertawa dan pergi ke càfe Mika tersebut. Sesampainya disana, càfe Mika terlihat simple dan cantik.

Memories After Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang