awal baru

224 34 2
                                    

Aku sedang diam sendirian sambil menertawakan kejadian waktu itu, lebih tepatnya menertawakan diriku sendiri yang masih heran dengan keputusan yang kubuat sendiri. Berbulan bulan lalu ada kejadian yang bisa dibilang mengawali segalanya, dimana papa menuduh dan mencurigaiku yang bahkan sebenarnya juga bingung dengan situasi saat itu.




"Ira, ini pacar kamu?"

Aku hanya bisa terdiam akibat bingung harus menjawab seperti apa karena mas Bram memang bukan seorang pacar, kami kan hanya dekat saja.

"Kok diem? Kenapa baru dikenalin sekarang, tau tau mau ngelamar lagi?"

Aku sampai takut mendengar suara papaku yang biasanya tidak pernah terdengar setinggi ini, padahal papa tidak sedang marah tapi nada suaranya yang lebih tinggi dari biasanya itu yang membuatku jadi takut. Aku juga tidak habis pikir, mas Bram dapat keberanian sebesar ini darimana. Dia sama sekali tidak bicara apa apa kalau tiba tiba mau begini.

"Maaf om, tapi kita berdua memang belum lama--"

"Sebentar, saya belum selesai tanya ke Ira." papaku memotong kalimat mas Bram yang belum sempat diselesaikan itu

"Papa jangan marah marah,"

"Papa nggak marah. Papa kan cuma tanya, ini pacar kamu kenapa tiba tiba dateng ngelamar. Papa aja baru liat dia," ujarnya diam sejenak "Siapa tadi nama kamu?" papa beralih memandang ke arah mas Bram

"Bramantya om."

"Iya, si Bramantya ini kenapa baru dikenalin sekarang?"

"Belum sempet, lagian jadi pacar juga belum." jawabku jujur

"Loh, terus maksut kalian apa? Bukan pacar tapi buru buru minta ijin mau nikah?"

"Jadi begini om, saya mau langsung serius sama Ira--"

"Ira?!" papaku lagi lagi menyela suara mas Bram yang belum selesai bicara "Ini bukan gara gara kamu hamil duluan kan?"

"Enggak lah, enggak! Mana mungkin aku berani kayak gitu. Lagian kan bukan Ira yang minta ijin mau nikah, papa tanya aja sama mas Bram." sautku buru buru sambil menggeleng berulang kali

"Mas Bram aja belum nanya apa apa, emang dikiranya aku pasti bakalan mau?" lanjutku

"Ira, aku mau minta ijin sama papa kamu dulu." jawabnya

"Boro boro nikah, skripsi aja baru mulai mas." papa seperti kaget melihat aku yang terdengar protes. Mungkin papaku merasa aneh melihat aku yang seperti sedang bertengkar dengan mas Bram dihadapannya

Setelah itu aku tidak mengerti apa saja yang mereka bicarakan berdua saja sampai benar benar lama sekali. Waktu aku masih ada disana untuk ikut berbicara dengan papaku dan mas Bram, papa sempat menyinggung dan mulai menanyakan perihal kuliahku yang bahkan belum selesai. Lalu lanjut bertanya segalanya. Karena papa memang sama sekali belum pernah mengenal mas Bram, papa seolah mencercanya begitu banyak sekali yang tentunya masih ditanggapi dengan luar biasa santai oleh mas Bram.

Aku belum pernah terbayang sedikitpun kalau suatu hari akan ada laki laki yang melamarku langsung kerumah dan bahkan tanpa memberitahu ataupun menanyakan apa aku betulan mau atau tidak secepat ini.

Bayanganku paling tidak aku akan menjalin hubungan sampai benar benar mengenal orang itu sebelum akhirnya menikah. Menikah itu bukan perkara sepele kan, apalagi sebetulnya ada banyak hal juga yang untuk saat ini harus aku fokuskan terlebih dulu.

Dari semenjak mas Bram benar benar dekat denganku sampai detik ini, baru terhitung belum genap enam bulan lamanya. Tapi selama itu pula walaupun ditengah hiruk pikuk keseharian masing masing, setiap mengobrol kami sering membahas banyak hal lalu saling bertukar pikiran ataupun bertukar pandangan dari beberapa contoh kecil yang ada.

Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang