jidah : kegundahan Ira

304 27 10
                                    


Mengambil peran sebagai seorang ibu untuk dua orang cucu nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun mereka berdua adalah cucu saya sendiri, ada banyak hal yang sebetulnya tidak bisa sepenuhnya saya gantikan untuk mengisi kekosongan seorang figur ibu yang mereka butuhkan.

Terlebih untuk Jul. Dia sama sekali belum pernah benar benar merasakan keberadaan ibunya semenjak ia lahir kedunia ini. Jiwa raga yang sudah menua ini terkadang diam diam suka mengeluh sendiri dalam hati, saya harus kembali merasakan repotnya jadi seorang ibu yang mengurusi anak anak kecil. Yang satu cerewet setengah mati, lalu yang satunya lagi luar biasa nakal.

Meski demikian, saya sangat menyayangi kedua cucu saya itu. Saya akan selalu bersyukur karena masih diberi umur hingga bisa menyaksikan mereka berdua tumbuh dewasa.

Untuk saya, sampai kapanpun dan sampai sebesar apapun Ira dan Jul--mereka akan selalu jadi anak cerewet dan anak nakal yang akan terus saya beri ocehan.

Aira yang akan selalu terdiam dan menekuk wajahnya jika dimarahi tapi pada akhirnya akan mengajak adiknya untuk menggunjing saya diam diam, lalu Zulkarnain yang suka terus memberi jawaban juga terkadang membantah ucapan saya tapi hampir tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama jika sudah diperingatkan. Ah tidak juga, anak itu akan tetap sengaja mengulanginya jika sedang rindu ocehan saya.

Mereka cucu cucu kesayangan saya. Karena hanya mereka berdua cucu yang saya punya. Iya, mau bagaimana lagi. Saya yang neneknya sendiri pun terkadang lelah menghadapi dua anak itu. Hari hari saya hampir selalu dipenuhi kegaduhan mereka sekalipun Aira dan Zulkarnain sudah semakin beranjak besar, saya hampir tidak mengenal yang namanya 'sepi'. Dan saya amat sangat bersyukur.

Pernah suatu ketika saat mereka masih jadi anak anak kecil yang menggemaskan sekaligus hampir selalu membuat darah tinggi saya kambuh, waktu itu Ira masih sekolah dasar--entah kelas berapa tepatnya. Kepala ini sudah terlalu lama digunakan untuk mengingat banyak hal sampai setua ini. Saat itu Jul baru masuk tk dan tepat dihari itu Ira bilang tidak mau masuk sekolah sampai sampai dia merengek sekuat tenaga pada saya, katanya dia mau mengantar adiknya dan memastikan adik kecilnya itu punya banyak teman di sekolah.

Sedari kecil Ira memang sudah tampak cerewetnya, hampir semua anak sebayanya ataupun anak anak yang memang 'tampak' sebaya dengannya yang pernah ia temui pasti akan selalu ia panggil 'teman'. Dan dari apa yang saya lihat dengan mata saya sendiri tangkap Ira memang betulan berteman dengan anak anak yang ia panggil teman itu dan bukannya hanya sekedar bertegur sapa sekenanya.

Tapi ada satu hal kebiasaan Ira yang sampai dewasa tidak pernah berubah, ia jarang sekali membawa temannya kerumah. Teman yang pernah ia ajak main kerumah bahkan bisa dihitung dengan sepuluh jari.

Hari itu sepanjang hari di sekolah Jul, Ira terus menerus membuntuti adik kecilnya dan ikut berkenalan dengan anak anak sebaya Jul. Kedua mata saya yang renta itu hanya mengawasi mereka yang asik saling melempar tawa entah menertawakan apa dari kejauhan. Pagi itu juga sebelum berangkat ke sekolah Jul, Ira ikut heboh sambil berceloteh ini itu ketika menyiapkan sekotak bekal untuk adiknya.

"Jidah, jidah! Goreng telor sama sosisnya yang banyak yaaaa, kan nanti aku sama jidah juga ikutan makan."

"Secukupnya aja Ira, nanti nggak habis mubazir."

"Nggak bakal mubazir jidah, ntar aku cekokin ke mulutnya Jul biar dia cepet tinggi. Jul kan kayak anak kurcaci."

Begitu tuturya saat itu. Tapi setelah Jul semakin beranjak besar, dia semakin tumbuh menjulang tinggi sampai sampai keadaam seolah terbalik karena Ira selalu tampak seperti kurcaci saat bersandingan dengan adiknya.

Jarak umur Aira dan Zulkarnain terpaut sekitar lima tahunan, meski cukup jauh keduanya selalu terlihat seperti selayaknya dua orang teman seumuran jika sedang asik beradu mulut. Mereka tidak akan berhenti jika saya tidak mengancam mereka sambil melotot alih alih menyambit keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang