perkara baju

222 29 2
                                    

Kedua mataku mengerjap beberapa kali berusaha mencerna seusai melihat pemandangan yang ada didepanku saat ini.

Setelah mengecek layar hape----aku menggumam sendiri, oke benar ini masih jam setegah tiga, dan yang barusan membuka pintu bahkan sebelum aku menyadari kalau pintunya tidak terkunci dan malah dibuka dari dalam---ternyata memang benar kalau yang ada didepanku sekarang adalah mas Bram.

Ditambah lagi aku juga agak keheranan akibat mas Bram yang tiba tiba seperti sedang tersenyum menyambut kepulanganku saat membuka pintu tadi---walaupun hanya sepersekian detik. Maksutku, mas Bram bukannya tidak pernah tersenyum. Hanya saja dia itu bukan tipikal yang akan sengaja tersenyum jika bukan karena reflek tersenyum begitu saja, tau kan bagaimana maksutku?

Atau mungkin dia tersenyum akibat melihatku? Ehehhe.

Bukannya tanpa alasan aku sampai terkejut begini, tapi setelah diperhatikan mas Bram itu termasuk orang yang selalu tepat waktu dalam hal apapun termasuk tepat waktu saat pulang bekerja sekalipun. Aku pernah bilang kan kalau dia itu hidupnya seolah penuh keteraturan tapi tidak sampai tampak kaku juga.

"Mas Bram kok udah dirumah?" tanyaku penasaran setelah kami berdua mulai berjalan masuk setelah menutup pintu depan "Kok tau aku udah pulang? Pake ngebukain pintu lagi---mau ngasih kejutan critanya?" candaku sambil iseng menaik naikan kedua alisku

"Kerjaan lagi bisa ditinggal, jadi aku balik cepet."

"Jam segini?" aku menjeda perkataanku sebelum kembali berujar "Biasanya on time terus kalo pulang, kenapa sekarang malah balik siang siang begini?"

"Nggak seneng ya, aku pulang kerumah siang siang?"

"Nggak gituuu,"

"Kita mau pergi, makanya aku pulang cepet." katanya

"Kita?"

"Iya, kita mau pergi berdua."

"Pergi kemana, mas Bram belum bilang apa apa ke aku?"

"Ini lagi ngasih tau kamu."

"Iyaa mas, kenapa nggak bilang dari kemarin kemarin atau tadi?" aku menghela nafas lelah, baru ingat kalau mas Bram kan punya kebiasaan selalu suka dadakan "Emang aku mau diajak kemana?"

"Kondangan. Nanti Jaffan, Sandhi, sama yang lain juga dateng."

"Rekan kerja yang nikah?"

"Bukan, temen kuliah."

Aku membatin dalam hati sambil memutar memori beberapa bulan lalu saat aku bertemu dengan teman teman dekat mas Bram itu, sebetulnya baru dua kali aku bertemu mereka. Yang pertama saat pertama kali aku dikenalkan dengan mereka, lalu yang kedua saat mereka hadir di pernikahan.

Aku mulai teringat lagi dengan sosok salah seoarang teman mas Bram yang namanya Sandhi-Sandhi itu,

Saat pertama kali bertemu rasanya begitu familiar dengan wajahnya, tapi saat itu aku masih belum menyadari kalau teman mas Bram yang itu ternyata samar samar punya kemiripan dengan Adit. Iya, Adit yang itu. Adit teman kuliahku.

Aku baru benar benar menyadari saat setelah menamatkan wajahnya lamat lamat secara diam diam ketika aku bertemu dengan teman teman mas Bram untuk yang kedua kalinya. Bahkan aku sampai sempat bertanya apa dia punya saudara yang namanya Adit, dan setelah lumayan banyak bertanya sepertinya Sandhi teman mas Bram itu memang tidak punya hubungan keluarga atau kekerabatan dengan Adit.

Aku cuma heran, bisa bisanya ada dua orang yang terbilang sebegitu relatif miripnya. Mungkin bedanya hanya pada pembawaan dua orang itu yang benar benar berbeda. Hanya saja mas Sandhi itu bisa dibilang terlihat seperti versi dewasanya Adit haha.

Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang