07. we dating rn

658 132 43
                                    

"Ada yang ganggu pikiran lo, ya?"

"..."

"Jef?"

Jefan menghela nafasnya panjang membuat Karina yang memang sedang ada dipangkuannya merasa agak geli karna nafas laki-laki ini terasa tepat dilehernya sendiri.

"... nggak tau." Jefan menjawab sambil terus menelusuk ke celah leher Karina, mencari nyaman diantara wangi lavender dan kulit lembut perempuan ini.

Rina mengelus rambut belakang Jefan. "Mau cerita?"

Jefan lagi-lagi menghela nafas samar disitu, kemudian mengecupnya sekilas. "... semingguan lalu gue ketemu orang, di kfc."

"Siapa?"

"Orang asing doang." Jefan memejamkan matanya. "Tapi dia bikin gue kepikiran."

Dengan sedikit keberanian yang terkumpul, Karina menghela nafas diam-diam sebelum berucap. "... cantik?"

"Rina nggak gitu maksudnya," Jefan buru-buru mengangkat kepalanya sendiri sambil menatap manik legam milik Karina. "Emang cewek, namanya Aluna."

Karina semakin termagu saat Jefan mengatakan itu.

"Dengerin dulu, enggak gitu." Jefan menatap Karina dalam, tangannya mengusap telapak tangan mungil Karina yang sedang ada dibahunya sendiri. "Ketemu awalnya karna pas itu kfc penuh, mejanya penuh dan kebetulan dia cuma sendiri duduknya. Terus gue nanya ke dia berkenan sharing meja apa enggak, dia ngebolehin, akhirnya gue makan dimeja dia. Dan disitu sedikit basa-basi nanya nama biar kerasa nggak aneh aja, Rina?"

"Iya iya percaya, matanya biasa aja."

"Sorry bikin lo nggak nyaman."

"... biasa aja."

"Rina, maaf."

"Ya."

Mendengar jawaban singkat begitu Jefano semakin merasa bersalah. "Udahan aja ya ceritanya?"

"Ih kenapa?"

"Takut lo nggak nyaman."

"Kata siapa?"

Jefano belum menyahut, dia mendekatkan wajahnya ke Karina dan mengecup ranum merah muda itu sekilas. Karina tidak menolak.

"Apa yang bikin lo kepikiran Aluna Aluna itu?"

"... dia kayaknya korban abusive."

"Hah?" Karina kaget. "Kok bisa nyimpulin gitu?"

"Pas hari apa gitu gue ketemu dia yang keadaannya berantakan banget, tangannya juga keliatan memar abis dipukul."

"Serius?"

"Iya, Rina." Jefan mengangguk lalu mengusrak hidungnya sekilas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Awal ketemu dia, dia keliatan cewek yang bubbly gitu, walaupun notabenya gue cuma orang asing yang baru ketemu, tapi selintas aja keliatan dia tipikal yang kayak gitu. Tapi terus, inget pas gue abis nganterin martabak kesini?"

"Inget. Kenapa?"

"Gue kan ke Indomart dulu, gue ada liat dia lagi. Matanya sembab kayak habis nangis, tangannya memar, terus cuma pake setelan buat tidur padahal pas gue awal-awal tampilannya rapi dan feminim banget."

"Lo biarin?"

"Ya enggaklah Rin, gue baru aja mau nyapa, eh pas dideketin malah lari gitu aja."

"Kok?"

"Iya makanya. Terus gue chat dia—"

"Kalian tukeran kontak?"

Kali ini Karina tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, dia terkekeh sumbang. Merasa menyedihkan entah apa alasannya. Dia dan Jefano memang tidak pernah sesederhana itu.

Stranger's Seat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang