28. cheater

783 150 42
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








































"Ampun nggak?"

"Juna anjing ah udah dong..."

"Say it."

"Ampun please, udah ya..." Rengekan itu terdengar jelas dari Yira, pada Juna diatasnya. "Udah Jun, please..."

Kamu pikir apa yang terjadi sesudah rokok dan kecupan sore tadi? Semuanya hanya pura-pura. Masa iya Yira harus lepasin Juna gitu aja? Tadi hanya cara, hanya menggertak untuk mengetahui apa Juna masih mencintainya atau tidak. Yira merekam itu semua.

Ada seribu satu cara bagi Shayira untuk menghancurkan Juna jika berani meninggalkannya. Sekalipun sempat disebut jalang kemarin, diancam dipukul, tapi Yira tau Juna tidak akan bisa melakukan itu pada dirinya. Juna mencintai dia, Juna akan selalu butuh Yira seperti dia yang membutuhkannya.

Lalu ucapannya benar. Saat Juna bilang tidak tadi, semuanya seperti kartu as bagi Yira. Keduanya benar menghabiskan waktu bersama, awalnya sih diluar, tapi lama-kelamaan tentu saja selalu berakhir diatas ranjang.

Juna itu bajingan yang luar biasa jahat, namun Shayira memilih untuk menetap.

Di waktu Juna meniduri Yira saat ini, ditempat lain Aluna juga sedang bercumbu mau sama mau bersama Jefano. Jika saja semuanya tahu apa yang masing-masing lakukan, akan jadi apa hubungan mereka nantinya?

__________

"Ya kan?"

Jefano terhenyak tentang permintaan itu. Sesudah apa yang mereka lakukan tadi, perempuan itu memintanya untuk melupakan semudah ini?

"Gue bahkan bilang perasaan gue yang sebenernya tapi lo bilang gue harus lupain ini semua?" Jefano berkata dengan senyum tak mengerti dan intonasi seirama menolak.

"Jef... please?"

"Kalau gue nggak mau?"

Jefano menatap tepat pada Aluna, menyuarakan penolakannya tentang permintaan Aluna. Sementara perempuan itu mulai berkaca-kaca, tapi ego Jefano tidak mau.

"Gue nggak mau."

"Jef..." Suara Aluna terdengar putus asa, namun binar mata Jefano terlihat sangat tidak bisa. Dia menolak. "Kalau gini gue nggak ada bedanya sama Ajun," lanjut Aluna bercicit kecil.

"Kata siapa?" Namun Jefano masih bisa mendengar.

"Jef..."

"Lo nggak sama kayak dia. Kalian tentu beda—"

"Kita sama aja kalau kayak gini caranya."

"Tapi gue nggak mau, Aluna."

Aluna kehilangan kata-kata saat Jefano menyela dengan cepat. Hingga hanya bisa memohon lewat matanya, tapi laki-laki itu tetap enggan. Perasaannya pada Aluna itu nyata dan benar.

"... gue nggak mau."







Jefano tidak merasa salah karna dari awal saja, itu terjadi sebab mau sama mau. Lagi, perasaannya untuk Aluna tidak bohong sama sekali.

Aluna enggan mengakui pada apa yang terjadi tadi, ingatan tentang rasa bersalahnya pada Juna menguar menguasai isi hati. Jikapun Aluna merasa yang tadi bukan apa-apa, lalu kenapa bisa-bisanya dia meminta sekali lagi?

Yira itu baik yang serakah. Rasa yang terlampau besar membuat akalnya buta pun tuli. Yang meniadakan moral demi hati. Jika saja dari awal dia memilih berhenti, ataupun jika tadi perkataannya nyata terbagi, memangnya dia maupun Juna bisa melupakan masing-masing?

Sebab Juna adalah yang paling nyata jahat disini. Juna dengan segala emosinya, membuat semuanya merunyam tanpa henti.

Setelah ini, menurutmu apa yang akan terjadi?

Stranger's Seat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang