31. it's the end

505 90 52
                                    

CHAPTER INI BANYAK WARNING DAN RED FLAG, TAPI TOLONG..... dibaca sampai habis.....

Apapun yang terjadi, tolong percaya aja sama aku ya guys? Selamat membaca, aku sayang semua yang ada disini termasuk kamu dan Aluna.













_________







"Aku mau ngomong."

Juna bisa saja bertanya apa jenis pertanyaannya, apa perihal yang akan Aluna bicarakan jika diposisi dia tidak tahu, tapi Juna tau dan diam sendiri begitu. Berpura-pura tak mau tahu.

"Ngomong aja?" Juna mengecup tangan Aluna yang ada dalam genggamannya. "Mau ngomong apa?"

Sentuhan yang dia lakukan membuat Aluna malah menatapnya tak bisa.

"Kenapa sayang?" Juna mengalihkan pembicaraan. "Eh, mama kemarin bilang kan? Kita ke rumah aku hari selasa nanti, beliin sesuatu juga buat mama nanti ya."

"Jun?"

"Hmm?

"..."

"Mau mam? Nepi dulu mau? Mixue didepan?"

"Tapi gulanya banyak..."

"Ya nggakpapa? Gak bakal gendut juga, kamu mah gedean dikit juga makin lucu nantinya. Pipinya makin gembil, makin bisa aku gigit."

Padahal, jika benar timbangan Aluna naik barang satu kilo, dia sendiri yang akan menyuruh perempuan itu berdiet. Namun Juna kadang lupa, di beberapa kondisi dia terpura lupa, membuat Aluna juga sama saja. Juna melupakan lalu memberi afeksi, dan sisi Aluna yang makin sulit untuk melepas karna pada akhirnya, perasaan kuat miliknya pada Juna tak pernah bisa diruntuhkan bagaimanapun caranya.

"Jun?"

"Hm?"

"Kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?"





___________





Jefano menunggu.

Entah apa yang akan diucapkan Aluna nanti, dia tak mau menebak karna takut salah menaruh ekspetasi. Namun dia tetap menunggu, menunggu tatap mata mereka berdua bersua temu, menunggu rampung langkah yang bersisian di setiap relung, menunggu menatap bebas sang pemilik senyum.

Namun itu semua ternyata tertebak salah. Sampai keesokan harinya, tak ada kalimat apapun dari Aluna. Sampai keesokan harinya, seakan terasa ada yang patah dalam perasaanya.

Untuk apa pelukan itu?

Sebab apa yang dirasa Jefano saat Aluna memeluknya malam lalu, dia merasa seperti akan ada sesuatu yang baik muncul. Namun ternyata? Tidak ada.

"Halo?" Jefano mengangkat telpon dari nomor yang tidak dia tahu, namun yang disana masih belum menjawab sampai detik ke 7. "Halo? Siapa ya ini?"

"Ini Aluna."

Begitu suara itu terdengar, duduknya Jefano menegak. Sejenak dia menjauhkan telpon dan melihat nomor sang penelpon, lalu berbalik menyimpan handphone ke sebelah telinga dengan harapan yang tiba-tiba melambung begitu tinggi. Namun, segala yang ditakar tak sewajarnya tidak selalu berbuah baik kan?

"Kok nomor ini? Kenapa-"

"Maaf nggak bisa lama-lama, pake nomor ini biar enggak ketahuan aja. Gue, kemarin..."

"Udah?"

Jefano menunggu dengan tubuh yang tegak, dengan harapan yang besar, dengan mata yang mengkerut tajam. Apalagi saat keheningan itu mengisi telpon, saat Aluna tidak mengucap apa-apa karna kalimatnya seperti tertahan di sana. Apalagi saat,

Stranger's Seat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang