14. the truth

618 120 135
                                    

Seperti ini, yang kasar, yang Juna inginkan sebenarnya. Tapi tentu aja dia tidak sampai hati untuk melakukan hal kayak gini ke Aluna, perempuan yang disayanginya.


Sebab inilah Yira ada.

Shayira anak ilmu politik, temen nemu temennya Juna lewat si Aheng, temen 'tidur'nya juga. Kangennya mereka ya hanya untuk ini, tidur dengan cara yang kasar namun itu jadi cara yang dua-duanya sukai.

"Shit-"

Yira langsung ambruk diatas tubuh bidang Juna, posisi diatas. Keduanya mengambil nafas sejenak, sebelum tubuh perempuan itu dibalikan Juna dan semuanya terjadi lagi. Begitu terus, seakan dunia akan runtuh besok dan mereka hanya punya malam ini untuk bercinta sepuas mereka.

Tidak ada kelembutan sama sekali, malah yang ada disertai pukulan dan tamparan yang masing-masing beri. Tapi katanya, justru itu poinnya, menu utamanya.

Sesuatu yang hanya Juna bisa temukan jika bersama Yira, yang tidak pernah dia temukan jika bercinta bersama Aluna.

___________


Disini, disisi jendela kamarnya Sasa yang langsung menghadap ke teras kosan, dia dan Aluna lagi diem sambil ngemil roti caramel yang tadi dibuat bareng-bareng sama Latvi maupun Lia. Aluna ikut ngemil tapi sedikit aja karna tau kandungan gulanya banyak.

Mereka berdua lagi ngintip sebenernya, liatin Latvia sama bang Malik yang lagi diem-dieman di teras situ. Latvia belum cerita apa-apa, tapi dari raut muka dan diemnya sekarang, Aluna maupun Sasa tau kalau dia sama pacarnya lagi ada masalah.

Ya bayangin aja seorang Latvia yang random, nggak jelas dan aneh tiba-tiba diem dideket pacarnya, padahal biasanya kelewat ceria. Yakin banget ini mereka berdua lagi marahan. Terus anehnya Aluna sama Sasa malah nontonin doang, betah, serasa nonton 1 jam tanpa ngapa-ngapain di youtube.

"Fiks sih ini," kata Sasa lagi-lagi ngemil. "Aneh banget si Latvi diem, bang Maliknya juga kek patung kaku banget."

"Tapi ini kita nggak baik banget nggak sih, lama-lama ngintip?"

Bukannya jawab pertanyaan waras dari Aluna, Sasa malah makin sinting aja. "Mau taruhan nggak Lun?"

"Taruhan?"

"Yoi."

"Dih ngapain?"

"Gue yakin mereka bakal putus abis ini."

"Gelo!" Aluna refleks mendorong kepala Sasa yang malah bikin perempuan itu tertawa. "Lo ke temen gitu anjir, jahat banget???"

"Becanda ayanggg."

"SA JIJIKK!!!!"

Gelut lagi.

"Bun!"

Lia tiba-tiba buka pintu kamar Sasa, mereka berdua menoleh.

"Ih elo disini ternyata, gue cariin ke kamar tadi nggak ada?" tuju Lia ke Aluna. "Lo masih ngerjain paper Sa?"

"Noh."

"Dicicil dong makanya, gue aja beres."

"Iya elo, bukan gue."

Stranger's Seat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang