2. Chiko

79 16 9
                                    

11 tahun kemudian......

Kriiiing..... Bangun! Bangun! Bangun!. Suara alarm yang mempunyai bentuk seperti burung beo itu bersuara dengan keras di kamar seorang remaja bernama Chiko. 11 tahun telah berlalu semenjak surat aneh itu muncul dan ayahnya yang tak kunjung pulang, Chiko tumbuh menjadi anak normal pada umumnya, yang lumayan cerdas dan sedikit ceroboh, sifat alami dari sang ayah yang menurun.

"Terlambat kamu beo, aku bahkan tak perlu bantuanmu untuk membangunkanku setiap pagi, coba saja kamu tidak diset otomatis," Chiko yang sedang memakai bajunya sedikit tersenyum kepada alarm beo itu. Chiko pun turun karena perutnya sudah mulai lapar, dan ingin merasakan masakan ibunya yang lezat.

Chiko berjalan mengendap-ngendap seperti harimau yang ingin memangsa rusa, lalu memeluk ibunya dari belakang dengan sebuah pertanyaan terlontar "Lagi masak apa bu?" Tanya Chiko dengan sedikit mengagetkan ibunya yang sedang memasak. "Ih kamu ini, ibu kan kaget, kalau ibuk jantungan gimana? Mau tanggung jawab kamu?" Omel sang ibu dengan nada kesal. "Hehe ya maap bu, abis udah rusuh aja nih cacing di perut," Balas Chiko sambil pergi menjauh dari sang ibu Chiko menuju meja makan. Chiko duduk dikursi yang mitosnya, dulu adalah kursi kesukaan ayahnya duduk sambil makan bersama ibu.

"Ini sardennya," Tawar ibu sembari menyuguhkan mangkuk berisi ikan itu dekat dengan wadah nasi yang ada di depan Chiko duduk , "Itu nasinya yang banyak kalau ngambil, makan yang banyak biar semangat sekolahnya," Ujar ibu lalu berjalan kembali menuju dapur. "Waw pasti dong, udah laper banget nih," Dengan senang hati Chiko menyantap semua yang sudah disediakan oleh ibunya.

Jam menunjukkan pukul 06.15 dan Chiko harus sudah di sekolah sebelum pukul 06.30 . Chiko berpamitan dengan mencium punggung tangan ibunya dan pergi dengan sepedah yang ada di bagasi milik sang ayah. Perjalanan menuju sekolah dipagi hari adalah momen ter-favorite Chiko, karena udaranya yang masih segar dan jalan yang masih belum terlalu padat oleh kerumunan orang. Tapi Chiko merasa janggal, seperti ada sesuatu yang tertinggal namun tak dapat diingat.

***
Sementara itu di tempat lain, gadis cantik itu masih tertidur lelap di atas kasur empuk berwarna biru muda, namun kondisi kamarnya tidak begitu cantik. Lihat saja, bantal yang tadinya diam sekarang pergi entah kemana dan selimut yang datar pun sudah berbentuk seperti kertas yang digenggam. Warna kamarnya sangat serasi, saling melengkapi satu sama lainnya, dekorasi kamar pun sangat indah, hanya saja si pemilik yang malas untuk mengurusnya.

Kenalkan Anya amalia, gadis dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun memliki kulit yang berwarna putih bersih, dan mata yang indah. Ia adalah sahabat Chiko dari kecil. Ayahnya adalah seorang arsitek terkenal sahabat dari professor Pablo ayah Chiko , wajar saja kamarnya didesain sangat apik dan nyaman untuk ditempati.

Pagi itu Anya seharusnya pergi ke sekolah seperti biasa, namun ia sangat mengantuk karena tidur terlalu malam kemarin, ibunya sudah lama tiada karena suatu penyakit yang diderita. Ia hanya tinggal bersama sang ayah dan dua orang pegawai, seorang pembantu dan seorang sopir.

Zrrrt.... zrrrt...
Ponsel Anya bergetar berulang kali hingga ia pun terganggu dan terbangun dari tidurnya. Bagaimana tidak terganggu? Ponsel yang bergetar itu berada tepat di bawah bantal satu-satunya yang masih tersisa dan sedang ia gunakan.

"Siapa sih iseng banget? pagi-pagi buta gini pake acara nelpon segala!" gerutu Anya yang masih setengah sadar sambil mengangkat telepon. "Hallo, siapa ya?" Tanyanya sambil menguap.

"Eh Anya! lo beneran jam segini masih tidur? Udah mau jam 7 ini, gerbang aja udah tutup 20 menit yang lalu," Cetus si penelepon heran.

"Hahaha, becanda aja lu, ini kan masih setengah enam, ya kali gue telat lagi," Balas Anya yang masih belum sepenuhnya sadar.

"Kalo lo ga percaya, sekarang lo buka mata lebar-lebar terus liat jam, abis tu mandi, oh iya jan lupa sekarang ada jamnya Bu Sinta loh, kalo sampek lo alfa lagi bisa dijemur di tengah lapangan Anya!"

"What? Bu Sinta?" Kesadaran Anya langsung terisi penuh saat nama Bu Sinta disebut "Ya ampun gue lupa, thanks ya udah ngingetin, gua mau siap-siap sekolah dulu, byee," Gadis cantik itu langsung melesat dari tempat tidurnya dan siap-siap pergi kesekolah dengan cepat "mampus".

***
"Kenapa gue bisa telat lagi sih , padahal kan alarm udah gue pasang, kok bisa jebol sih," gerutu Anya di dalam mobil.

"Pak bisa lebih cepat nggak? Udah telat nih."

"Udah mentok non, ga berani ngebut lagi saya," jawab sopir yang sudah agak tua itu sambil fokus kejalanan yang ada di depannya.

"Mampus, alamat bakal diomelin lagi nih."

Kurensia: dunia mimpi yang dihuni oleh elf [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang