9. Sebelumnya

9 3 2
                                    

Zrashh...

Tombak sepanjang satu setengah meter itu menancap di kepala Clovis, tepat di depan mata Chiko dan putri semata wayangnya. Darah merah pekat mengucur dengan deras dari kepala, dan menyiprati wajah Anya yang berada tepat di depan mayat Clovis. Anya yang melihat Ayahnya sangat shock dan menangis sekencang-kencangnya, Chiko yang juga menyaksikannya ikut shock dengan apa yang baru saja terjadi.

Namun berbeda dengan Anya, Chiko tidak ikut terlarut dengan kesedihannya. Chiko sangat murka saat ini, bukan hanya karena Clovis yang meninggal di depannya, namun juga karena air mata yang keluar dari Anya yang membuatnya sangat marah.

Chiko menggenggam erat besi itu di tangannya, ia menggenggam sekuat-kuatnya dan pergi menuju pintu tanpa menoleh ke depan sedikit pun.

Bruak...

Seseorang yang baru saja menombak kepala Clovis terduduk setelah beberapa saat. Chiko yang sudah di liputi oleh kemarahan tidak peduli dengan siapa yang ada di depannya. Kedua tangan Chiko mengangkat tinggi tongkat besi, bersiap untuk menghantam seseorang yang di depannya. Chiko membulatkan tekadnya dan tongkat besi itu terayun dengan cepat menuju kepala si penombak. Namun si penombak yang masi memiliki sedikit tenaga menghentikan ayunan tombak Chiko sesaat sebelum mengenai kepalanya. "Sadarlah!"

***

Sebelumnya...

Brakk... brakk... brakk..

Seseorang dari luar berusaha mendobrak pintu gudang sekuat tenaga. Mereka bertiga lantas berdiri. Clovis memasang ancang-ancang jika tiba-tiba sesuatu yang mencoba masuk menyerang mereka, Chiko dan Anya yang ketakutan bersembunyi dibalik punggung Clovis.

"Lia, jika sesuatu itu berhasil masuk, pergilah ke ruang bawah tanah bersama Chiko! Bawa surat dan isinya itu kesana dan coba cari tahu pesan apa yang coba disampaikan oleh pengirim surat. Di dalam lemari belakangmu ada sebuah lentera dan korek, bawa itu agar kalian tidak kesulitan, pergilah selagi Papa menahan mereka! Papa akan menyusul, tungulah!"

Bruak....

Pintu gudang itu berhasil dibuka, dua harimau yang ganas serta bayangan tiga orang itu terlihat masuk ke dalam gudang.

"Pergilah sekarang!"

"Eitss... tidak semudah itu hehehe..." Tukas bayangan seseorang yang berada di tengah. Bayangan itu terlihat seperti mengambil posisi untuk memanah, dan benar saja. Tiga anak panah dengan cepat mengincar Anya dan Chiko yang sedang berlari. Namun bayangan itu lupa jika Clovis masih berada di sana, dan dengan mudahnya Clovis menghalau anak panah itu.

"Hahaha... aku lupa jika kau masih berada disana manusia, baiklah... karena aku sedang senang, aku akan berbaik hati dan memberimu dua pilihan. Mati disini olehku sendiri, atau mati disana melindungi putrimu?" Tawar bayangan di tengah.

"Cih sombong sekali dirimu, hanya karena jumlah kalian lebih banyak dariku bukan berarti aku akan memilih salah satu dari keduanya. Dulu seseorang pernah memberitahuku sesuatu, jika kau tidak suka dengan pilihan yang diberikan oleh orang lain maka buatlah pilihanmu sendiri."

"Pilihan bodoh, habisi dia!"

Dua harimau itu berlari dengan cepat ke tempat Clovis berdiri, keduanya menyerang secara bersamaan. Cakar-cakar yang tajam dan taring besar itu sangat mengintimidasi, tak ada kesempatan sedikitpun yang bisa membuat Clovis memenangkan pertarungan ini, namun entah mengapa ia tak gentar sedikitpun. Seperti dia akan memenangkan pertarungan ini, atau mungkin karena dia sudah pasrah akan ajalnya? Cakar-cakar ganas itu menyasar tepat ke kepala Clovis, namun entah mengapa ia bisa dengan mudah menghindarinya.

"Kucing lucu seperti mereka tidak mungkin bisa menyentuhku, jika kau memang ingin membunuhku, kemarilah dan tunjukkan dirimu," Gertak Clovis pada mereka.

Kedua harimau tadi tak henti-hentinya menyerang Clovis, namun tak ada satupun yang mengenainya.

"Cih, untuk ukuran seorang manusia rendahan, kau sangat sombong sekali," Jawab bayangan di tengah.

"Hahaha... apakah kau takut dengan manusia rendahan sepertiku? Atau kau hanya seorang pengecut yang bisanya sembunyi di balik bayangan? Atau mungkin kau hanya makhluk bodoh yang lebih rendah dari manusia?" Clovis tersenyum sinis.

"Lawak dek, bunuh dia!"

Dua bayangan itu melesat dengan cepat mendekati Clovis. Memakai jubah lebar berwarna coklat usang, dan belati di tangan kanannya, mereka berdua mengincar mata Clovis. Namun sebelum belati itu sampai mengenainya, dengan cepat Clovis menendang ulu hati kedua orang berjubah, yang membuatnya terpental beberapa meter dan menghantam tembok.

"Baiklah... cukup main-mainnya. Kemarilah dan hadapi aku sendiri. Aku tahu kau jauh lebih kuat daripada dua kucing oyen dan dua orang aneh berjubah lusuh itu."

Clovis yang mulai kesal mencekik kedua harimau yang menyerangnya dan melempar keduanya jauh hingga menghantam kedua orang berjubah yang berusaha untuk bangun. Pasti sakit, setelah ulu hati yang ketendang lalu terhantam hewan berbobot 200kg. Manusia biasa pasti mati jika mengalami kejadian seperti itu.

"Ayolah kemari, apa kau takut padaku?" Clovis mulai memprovokasi bayangan terakhir. "Kau yang kemari, atau aku yang kesana? Aku tahu kau yang memanah kaca jendelaku tadi, dan kau juga orang yang sempat membuatku geram dengan panah imut tadi. Kemarilah aku tidak langsung membunuhmu tenang saja, aku hanya ingin memastikan sesuatu,"

Panas karena mendengar sesuatu yang kurang menyenangkan dari manusia, bayangan terakhir bersiap untuk memanah.

"Baiklah... aku akui. Untuk seukuran manusia rendahan, kau cukup terampil. Tapi aku tidak mungkin mengotori tanganku untuk membunuh makhluk rendahan sepertimu. Satu dari dua belas penjaga agung. Sagitarius. Penuhilah panggilanku dan bantulah aku, masukkan sihir indah untuk menghabisi seseorang yang menentangku. tomemarenai!" Setelah mengatakannya, bayangan tadi merapalkan sebuah mantra. Namun sangat lirih hingga hanya dia saja yang dapat mendengarnya.

Cahaya terang tiba-tiba keluar dari busur sang bayangan. Dan tiba-tiba anak panah yang sangat banyak menghujani Clovis tanpa ampun. Padahal Clovis sangat yakin dan melihatnya dengan jelas jika bayangan tersebut mengarahkan busur dan hanya ada satu anak panah terpasang. Namun mengapa yang keluar sangat banyak hingga bukan lagi seperti sebuah anak panah, namun sekarang itu sebuah hujan.

Clovis tak mungkin sempat untuk menghindari maupun menghalau semua anak panah itu. Namun jika ia hanya diam saja, ia akan berakhir seperti Bisma di mahabarata. Ia harus memutar otak agar bisa selamat dari panah-panah itu. Clovis pun akhirnya mendorong lemari yang ada di belakangnya dan bersembunyi disana sembari berharap agar ia bisa keluar hidup-hidup.

"Sial, seharusnya aku tidak memancingnya," Gerutu Clovis yang kini tengah bersembunyi.

"Oy.. manusia... bukankah kau sedang bertolak belakang dengan ucapanmu tadi? Ayo kemarilah. Atau kau hanya seorang pengecut yang bisanya sembunyi di balik bayangan? Cih. Lihatlah dirimu saat ini, kau bahkan tidak mungkin keluar hidup-hidup. Mana keangkuhanmu tadi?"

"Sial! sial! sial! sial! Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku jadi power rangers agar bisa melawannya? Tapi itu tidak mungkin. Sial! Manusia tidak mungkin bisa berubah, sebenarnya bisa, tapi bukan berubah yang seperti itu,"

Clovis sangat panik saat ini, benar-benar tidak ada kesempatan untuk menang. Bahkan kesempatan untuk melarikan diri saja sudah tidak mungkin. Clovis kini sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Lemari yang menjadi perisainya tidak mungkin bisa bertahan lebih lama, sebentar lagi panah-panah itu sudah pasti menyentuh Clovis dan membinasakannya.

Tak ada ampun. Panah itu terus menghujani lemari tempat berlindung Clovis satu-satunya. menggerogoti bagian atas dan samping lemari hingga hancur, dan lambat laun pasti menuju ke tengah. Clovis kini hanya bisa meringkuk di belakang lemari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Dan pemikiran gila tiba-tiba muncul di kepalanya. Mungkin akal sehat Clovis sudah rusak.

"Aku harus melawan! Jika tidak. Aku pasti akan mati sia-sia."

Kurensia: dunia mimpi yang dihuni oleh elf [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang