5. Biscuit dan jeruk hangat

32 12 6
                                    

"Dua gelas jus jeruk, check"

"Satu kotak susu coklat, check"

"Biscuit enak... check. Eum... oke, saatnya berangkat," Anya berjalan menuju ruang tamu tempat Chiko menonton TV. Ia berjalan pelan, sangat berhati-hati agar jus jeruk yang telah ia buat tidak tumpah.

***

Chiko yang sedang menonton TV di ruang tamu tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh mendekat padanya. Chiko menengok ke kanan dan ke kiri sambil memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan, dan perhatian Chiko berhenti pada satu titik. Titik dimana ia melihat seseorang mengenakan sweater oversize sedang fokus dengan apa yang ia bawa. Yap Chiko melihat Anya yang berjalan dari dapur, sangking fokusnya bahkan Anya tidak sadar jika sedang diperhatikan. Sebenarnya Chiko mempunyai niat untuk membantu, tapi niat itu batal karena Chiko ingin menikmati momen langka ini lebih lama. Bagaimana tidak? Bahkan dimata pelajaran Bu Sinta yang susah saja Anya tidak pernah sefokus ini.

"Minuman sudah sampai... silakan," Ujar Anya puas karena jus jeruk yang ia bawa telah sampai tujuan dengan selamat. Anya meletakkan semua yang ia bawa di atas meja, lalu kembali duduk di sofa dan menghabiskan donat yang tidak sempat ia habiskan tadi.

"Terima kasih," Chiko yang haus langsung mengambil dua gelas jus itu dan memberikan salah satunya pada Anya. "Cherss..."

Tiing.....

Suara dua buah gelas kaca yang bertemu itu sangat serasi dengan kata cherss yang terucap oleh mereka. Chiko yang haus langsung menenggak minumannya sampai tinggal setengah. "Ah.. finally haus gue ilang," Ujar Chiko lalu meletakkan gelasnya.

"Habis darimana?" Tanya chiko membuka obrolan.

"Dari toko buku," Jawab Anya singkat.

"Ada buku tentang elf nggak?" Tanya Chiko lagi.

"Ngga ada.... Yang ada gue diphp in sama mbak-mbak kasirnya sial. Kecewa banget tau ga? Udah nyari capek-capek ternyata yang dicari ngga ada," jawab Anya dengan nada kesal

"Terus gimana?" Lanjut Chiko.

"Terus kata mbak kasir suruh ke perpustakaan kota, siapa tau ada. Katanya sih gitu,"

"Terus lo ke perpus abis dari toko buku?"

"Engga... gue langsung ke toko roti, terus pulang deh. Eh ngomong-ngomong tadi pas di luar gue kayak liat lo baca buku, buku tentang apa? Elf?"

"Oh ini?" Chiko menunjukkan buku yang ia baca tadi, "Bukan.. ini mah komik hahaha," Sambung Chiko.

Duarr...

Tiba-tiba terdengar suara petir dengan keras, lalu hujan yang sangat deras pun turun setelahnya. Perkiraan tentang hujan mungkin turun dimalam hari terbantahkan, hujan turun lebih awal hari ini. Anya dan Chiko berjalan ke jendela untuk melihat.

"Yah ujan," Keluh Anya yang sedang melihat ke luar jendela, "Mana lebat banget lagi," Sambung Anya.

"Jadi gimana tugasnya?" Tanya Chiko di depan jendela.

"Besok aja kali ya? Males gue kalo ke perpustakaan ujan-ujan gini." Jawab Anya yang pergi meninggalkan Chiko sendirian di depan jendela, Anya menuju kembali ke sofa.

"Em.. iya juga ya, yaudah besok aja tugasnya. BTW aku kesini bukan mau bahas tentang tugas aja si," Ujar Chiko yang mengikuti Anya.

"Terus mau bahas apa lagi?" Potong Anya.

Chiko duduk disamping Anya yang sedang ngemil biscuit yang tadi di bawanya, "Ini... aku mau bahas ini," Chiko meletakkan sebuah surat di meja depan Anya.

"Surat? Lo mau bahas kalo lo abis ditembak cewek dengan cara kuno gitu?" Tanya Anya sambil mengambil surat dari meja. Anya membolak-balikan surat itu, dan yang ia lihat hanya surat kosong biasa tanpa tertulis satu kata pun.

"Bukan.... Lu inget gak sih pas gw ceritain tentang surat aneh yang dikirim pas umur gue masi 6 tahun?" Sanggah Chiko dengan nada kesal.

"Oh.. yang waktu itu... ya... gue inget. So.. ini suratnya?" Anya meletakkan surat itu kembali ke meja dan melanjutkan makan biscuitnya.

"Yaa ini suratnya, gue mau bahas ini." Jawab Chiko.

"Bukannya lo bilang ga boleh diceritain kesiapa-siapa bahkan tante Lisa ya? Jadi kenapa lo cerita ke gue?" Tanya Anya heran.

"Ya kan lu bukan siapa-siapa, jadi boleh dong?" Jawab Chiko dengan wajah datar tanpa dosa.

Uhhuk, uhhuk, Anya tersedak biscuit yang ia kunyah.

"Eh, eh," Dengan sigap Chiko mengambil jus jeruk di meja dan meminumkannya ke Anya. "Pelan-pelan minumnya," Ujar Chiko sambil menepuk perlahan punggung Anya.

Anya mengambil gelas dari tangan Chiko lalu menatap tajam mata Chiko, seakan berkata lo mau mati kapan? Tangan Anya datang perlahan ke perut Chiko dengan memberikan cubitan kecil sebagai hadiah, sangat kecil.

"Aww...." Jerit Chiko lalu menatap Anya dengan polos. "Kok nyubit si? Sakit tau," Protes Chiko yang perutnya habis dicubit.

"Gapapa, lagi pengen aja," Jawab Anya puas. "Jadi yang mau dibahas apanya? Surat kosong gini," Ujar Anya.

"Jadi gini, surat ini kan emang kelihatan dari luar kayak surat biasa gitu, bahkan keliatannya ga ada spesialnya ni surat,"

"Terus," Potong Anya.

"Bentar dulu ih, belom selesai," Jawab Chiko sedikit kesal.

"Owh, oke.."

"Nah kan surat ini keliatan biasa aja nih, sangking biasanya gue jadi curiga. gue mikirnya gini. Di jaman modern yang hampir semua kegiatan bisa pake gadget gini gamungkin dong masi ada orang yang ngirim surat? Jelas. Apalagi yang ngirim Ayahku sendiri yang katanya professor paling cerdas di kota. Ya nggak? Bukannya malah tambah aneh ya kalau yang ngirim Ayahku?" jelas Chiko tentang kecurigaannya pada surat itu.

"Hmm... kalo dipikir-pikir lagi iya juga si. Justru karena yang ngirim om Pablo surat itu jadi keliatan lebih aneh," Jawab Anya yang setuju dengan kecurigaan Chiko. "Kenapa ga nyoba baca aja?" Sambung Anya yang mulai penasaran dengan surat itu.

"Udah sering gue coba buat buka ini surat, mulai dari dibuka normal pake tangan sampe gue gunting tetep ga bisa. Aneh banget." Jelas Chiko.

"Hmm.... Aneh banget," Anya mengambil lagi surat di meja dan membolak-balikannya. "Coba inget-inget lagi apa aja kata-kata si pengantar surat," Usul Anya.

Chiko memejamkan matanya dan mencoba mengingat apa saja yang dikatakan oleh si pengantar surat, Chiko berpikir keras agar bisa mengingat semua yang dikatakan oleh si pengirim surat, tapi yang ia ingat hanya satu kalimat, "Jika beliau tidak pulang hingga ulang tahun Chiko yang ke 17, Chiko boleh membacanya sebagai kado dari beliau," Ujar Chiko sambil membuka matanya. "Cuman itu yang gue inget," Sambung Chiko.

"Jangan-jangan?" ujar mereka berdua kompak.

"Jangan-jangan surat ini baru bisa kebuka diulang tahun lu yang ke 17? Toh om Pablo udah lama ngga pulang," Ujar Anya menerka-nerka. "Dan ulang tahun lu yang ke 17 itu...." Anya berhenti sebentar, mencoba mengingat tanggal ulang tahun Chiko "Bukannya besok?" Sambung Anya.

"Yap."

Kurensia: dunia mimpi yang dihuni oleh elf [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang