10. Perlawanan

11 3 0
                                    

"Aku harus melawan! Jika tidak. Aku pasti akan mati sia-sia." Gumam Clovis lirih. "Tak ada cara lain, aku harus mencobanya!"

Setelah Clovis mengatakannya, ia lalu sedikit berdiri dan menendang sisa-sisa lemari yang menjadi pelindungnya saat ini. Lemari itu pun hancur dan membentuk sebuah perisai kayu, tak terlihat kuat, tapi mungkin bisa sedikit membantu, pikir Clovis. Tanpa berpikir panjang lagi, Clovis berdiri tegap dan berlari kedepan dengan membawa potongan lemari itu, ia menerjang hujan anak panah tanpa memperdulikan dirinya.

"Oh... ternyata kau bodoh yaa? Kau kira manusia biasa bisa menerjang jurus andalanku? Hahaha, jika memang ini yang kau mau, matilah dengan kebodohanmu itu!"

Clovis tak menghiraukan pemanah itu, ia terus berlari kedepan. Terus berlari hingga akhirnya jarak dari orang itu sampai pada jangkauan serangnya.

"Hey bodoh, kau pikir hanya kau seorang yang punya orendra haa? Aku memang bodoh, tapi aku memiliki seseorang yang harus kulindungi, dan karena aku adalah seorang AYAH!"

Clovis mengambil ancang-ancang seolah akan melempar potongan lemari itu, dan otomatis hujan anak panah itu mengenai dirinya karena tak ada apapun yang dapat menghalangi anak panah itu.

"Tunggu, apa katamu? Orendra? Manusia Tidak mungkin memilikinya. Dan dirimu? tidak mungkin! Kenapa kau tak mati meskipun banyak anak panah menancap di tubuhmu? Oy... kau bukan manusia kan?"

"Diamlah dasar sampah!"

Sorot mata Clovis sekarang menjadi sangat tajam, ia mengincar kepala si pemanah dan langsung melempar potongan lemari itu lurus kedepan.

Pemanah itu terlihat tersenyum.

"Kau pikir potongan lemari seperti itu dapat melukaiku?" Ujar pemanah yang tak menghiraukan potongan lemari itu sama sekali dan sengaja membiarkan benda itu mengenainya agar Clovis tau, benda-benda seperti itu tak dapat melukai pemanah.

"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu. Suwappu."

Zrash...

Potongan lemari itu hampir mengenai wajah si pemanah namun tiba-tiba berubah menjadi Clovis yang melayangkan tinjunya.

"Aku tidak berpikir jika benda semacam itu dapat melukaimu, tapi aku pikir mungkin aku bisa menghabisimu."

Tinju Clovis dengan cepat menghantam wajah si pemanah, dan membuatnya terpental sangat jauh hingga mengahantam dinding dekat pintu. Karena pemanah kini tak memegang busurnya lagi, hujan anak panah pun terhenti dan secara berkala anak panah-anak panah itu menghilang. Namun tidak dengan bekasnya.

"Kau bukan manusia! Manusia tak mungkin dapat menyentuhku, katakanlah makhluk apa sebenarnya kau ini!"

Clovis berjalan mendekat ke arah pemanah itu.

"Owh... jadi syarat pengaktifannya adalah kau harus memegang busurmu yaa? Ternyata tebakanku benar. Dan bukankah sudah kuberi tahu tadi jika aku hanyalah seorang Ayah?"

Pemanah itu terlihat meringkuk ketakutan, tubuhnya bergetar pelan. Kemudian tiba-tiba dia seperti mengingat sesuatu dan mengelurakan sebuah jam dari sakunya.

"Sebentar lagi." Gumamnya lirih.

"Apa katamu? Apa yang kau maksud dengan sebentar lagi ha?"

Pemanah itu tak menjawab pertanyaan Clovis dan hanya tersenyum. Clovis yang penasaran menarik kerah baju si pemanah dan siap melayangkan tinjunya yang kedua. Dan tiba-tiba si pemanah mengangkat tangan kanannya membentuk simbol angka 5, dan kemudian angka 4, kemudian angka 3, angka 2, dan terakhir angka 1.

Degh...

Clovis tiba-tiba terjatuh, melepaskan kerah baju si pemanah dan memegangi dadanya. Dada Clovis tiba-tiba terasa sesak dan panas tanpa tahu penyebabnya. Clovis menggeliat kesakitan dan pemanah itu berdiri lalu membersihkan bajunya.

"Hahaha, kau pikir aku akan kalah semudah itu haa? Tidak mungkin bodoh. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika kau terkena panah imutku? Bwhahaha, sebenarnya itu bukan panah milikku, yaa memang benar aku yang memanahkannya, tapi itu bukan asli milikku, itu adalah milikknya, Snake tuanku yang licik. Ia memberikannya padaku saat mengutusku untuk tugas kali ini. Dan jika kau ingin tahu kenapa kau baru merasakan sakit sekarang? Itu karena panah itu telah diberi waktu khusus untuk pengaktifan racunnya. Tuanku memang sangat hati-hati dan licik, makanya dia membuat panah itu agar sang mangsa mengira jika dirinya baik-baik saja dan akan mati secara berkala."

Pemanah itu mengeluarkan sebuah cairan berwarna hijau dan meminumnya, tak lama kemudian tiba-tiba si pemanah berubah bentuk menjadi Clovis.

"Ah baiklah... saatnya menyelesaikan tugas. Dadah... selamat mati dengan gelisah yaa." Pemanah itu kini pergi meninggalkan Clovis yang kesakitan.

"Tu-tunggu, sial! kenapa aku sangat lemah, sial! sial! sial! sial!"

Pemanah itu berjalan perlahan menyusuri lorong dan akhirnya berhenti pada sebuah tempat.

"Ah ternyata disini tempat kalian bersembunyi? Baiklah saatnya pertunjukan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kurensia: dunia mimpi yang dihuni oleh elf [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang