ELEVEN

128 10 0
                                    

Malam mulai berganti dengan mentari yang terbit,  tak lupa gadis cantik yang tertidur lelap dengan piyama kesukaan nya yaitu minions.

"Dek bangun!" Teriak pemuda tampan dengan memakai baju sekolah yang rapih,  rambut basah dan kancing baju terlepas bagian atas tak lupa dengan baju hitam untuk dalaman baju sekolah tersebut.

"hmm" balas singkat.

Lala hanya memandang sinis orang yang berdiri di depan pintu,  ia hanya kesal dengan pemuda tersebut dan sangat kecewa atas perilaku terhadap dirinya kemarin.

Setelah melihat Kakak nya itu Lala pun pergi memasuki kamar mandi untuk membersihkan badan nya dan menghiraukan Kakaknya itu.

setelah beberapa menit akhir nya wanita cantik itu pun keluar dan menuju lantai bawah dengan wajah yang begitu dingin.

"hmm, lagi pada sarapan" dalam hati pun dia menyeringai tajam.

tak ada yang menyadari ia datang yang lain nya pun hanya acuh.

Lala tak tinggal diam ia hanya melewati orang-orang tersebut dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Seharus nya Papah gak kaya gini ke Lala" Bentak Sahid terhadap sang papah.

"Cukup Sahid!,  dia sudah dewasa seharus nya menyadari bahwa kemarin adalah kesalahan yang fatal dengan membentak papah mu ini" balas sang papah.

Mereka semua tak menyadari bahwa ada gadis cantik yang mendengarkan ucapan mereka saat sedang sarapan.

"Ck,  kau sungguh menyebalkan tuan Pratama" ucap gadis tersebut.

Mereka pun melihat ke arah gadis tersebut dan berpikir sejak kapan gadis itu masih disana,  pikir nya gadis itu sudah berangkat sejak tadi.

"Kau tahu,  aku muak dengan sandiwara" ucap gadis tersebut dengan nada dingin. "sungguh sangat lah menggelikan" lanjut nya.

"kau tahu? musuh terbesar seseorang ialah orang yang sangat dekat dengan kita" ucap Lala kepada Sahid.

Ya,  orang tersebut yang tak lain ialah Lala gadis cantik dengan seragam yang pas untuk tubuh nya yang benar-benar body goals.

"Jika seseorang memang benar-benar ada untuk mu,  ia tak akan pernah meninggalkan mu dan percayalah ada rahasia besar yang ia sembunyikan dari mu" ucap Lala dengan nada dingin dan meninggal kan orang tersebut dengan tatapan sulit di artikan.

"Apa maksud nya? " tanya Sahid.

"kau tak usah memikirkan nya,  boy" balas saja mamah.

"sangat bodoh!" ucap dalam hati dengan menyeringai,  hingga ia pun tak sadar bahwa ada orang yang melihat nya dengan tatapan remeh.

"Mulai bermain-main rupanya Pratama" seringai nya dengan tatapan tajam.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANANDITA[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang