NEIGHBORHOOD [ END ]

2. New Life

Tidak semua perpisahan berarti menyedihkan. Tapi perpisahan, pasti meninggalkan air mata.

Piony berjalan pelan sambil memainkan ponselnya. Ia sibuk meng-scroll layar persegi itu dengan wajah serius. Alia baru saja mengirimkan pesan di grup berisi berita bahwa Rama menolak untuk menjadi kandidat peserta lomba fisika tingkat Jabodetabek.

Maria : Udah bosen kali pegang piala.

Maria : Gue aja bosen pegang takaran beras di toko.

Alia     : Gue bosen ngaca terus. Cantiknya nggak ilang-ilang.

Maria : Jih. Sadar diri aturan Al.

Alia     : Udah sadar dari lama gue, Mar. Kok cantik gue makin nambah.

Maria : -_- o

Piony terkekeh membaca chat dari kedua temannya itu. Ia tidak peduli soal Rama dan kompetisi fisika yang ditolaknya. Isi obrolan singkat Maria dan Alia lebih menarik baginya.

Fia     : Denger-denger sih Rama nolak karena ada masalah keluarga. Dia gak bisa fokus jadinya.

Fia      : Dan tadinya, Kak Sam yang gantiin Rama, tapi dia gak dapet izin dari nyokapnya. Aneh.

Maria : Terus? Kandidatnya siapa?

Alia     : Nggak mungkin kita sih, Mar.

Alia     : Nggak mungkin si Piony juga.

Piony  : Heh, kok gue?

Maria  : Lo kali Fi?

Fia       : Lah kan gue anak IPS sama kaya lo pada. Ilmu fisika gue cuma seujung kukunya Rama. Sekolah mau bunuh diri kalo nyodorin gue?

Alia    : Iya juga ya. Lo kan pinternya Matematika doang.

Maria : Masih mending, daripada lo nggak pinter apa-apa.

Alia     :-_-o

Seseorang memanggil Piony dengan nada nyaring. Piony mendongak, matanya menelisir ke sekitar tempat ia berdiri, lalu menemukan sosok Reynald–abangnya–berdiri di depan gerbang rumah mereka. Reynald membuka gerbang sangat lebar disaat Piony baru menyadari kalau ia sudah berjalan sampai depan rumahnya.

"Ada apaan, nih?"

Piony menatap bingung ke mobil pick up yang terparkir di halaman rumahnya.