4. Hidden

2.7K 276 17
                                    

Tak terhitung berapa banyak kepalsuan yang tertutupi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terhitung berapa banyak kepalsuan yang tertutupi.

"Hari ini giliran siapa yang traktir es jeruknya mas Eko? Elo ya, Mar?" tanya Fia.

Piony, Fia, Maria, Alia, dan Nada. Kelimanya sedang berjalan menuju kantin sekolah, untuk mengisi lambung mereka yang kini hanya tersisa asam lambungnya saja.

"Dasar lo ya, Fi! Giliran orang lain lo inget, pas lo yang harus traktir, lo malah lupa," kata Alia dan dibalas anggukan oleh teman-temannya, kecuali Fia.

"Namanya juga manusia. Tempatnya salah, dosa, dan lupa. Wajar aja kali," balas Fia membela diri.

"Gue juga manusia, Fi, tapi nggak pernah lupa, tuh," kata Maria.

"Ya, lo kan sudah terlatih sejak kecil untuk menghapal nama-nama barang dan harga di warung lo. Jadi otak lo gampang untuk mengingat. Nggak kayak gue yang gampang lupaan," kata Fia, lagi.

Maria menghembuskan napasnya pelan. "Terserah kau lah."

Sejak naik kelas sebelas. Kelima sahabat itu mempunyai rutinitas baru di sekolah. Setiap hari, mereka akan bergilir untuk saling mentraktir es di kedai mas Eko.

Diantara kelimanya, hanya Fia yang sering lupa atau (mungkin) pura-pura lupa saat dirinya mendapat giliran untuk membelikan teman-temannya es. Cewek itu akan tiba-tiba sakit perut, alasan mengerjakan tugas, atau hilang entah kemana.

Kalau Fia sudah seperti itu. Hanya Maria yang akan mencari sahabatnya itu. Dan dia selalu menemukan perempuan itu di atap sekolah sambil makan gorengan dan mendengarkan musik.

"Salah lewat, nih, kita kayaknya," bisik Maria saat mereka hendak melewati kelas 12 IPA 1.

Fia terlihat mengaduh. Nada terlihat menundukan kepalanya dalam-dalam. Piony tampak memutar bola matanya malas. Sedangkan Alia terlihat senyam-senyum sambil merapihkan rambutnya yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali.

Kelas 12 IPA 1. Lebih tepatnya, koridor di depan kelas tersebut, merupakan salah satu tempat paling horror bagi murid perempuan di SMA Angkasa. Bukan karena ada kakak kelas yang galak di sana. Koridor itu menjadi 'horror' juga bukan karena banyak makhluk astralnya. Bukan!

Yang membuat tempat tersebut horror adalah, setiap jam istirahat koridor di depan kelas 12 IPA 1 itu akan dipenuhi oleh murid laki-laki dari berbagai kelas. Mereka akan berkerumun di depan koridor sambil melakukan banyak hal. Entah tiduran di tengah jalan, makan kuaci bersama-sama, bahkan ada yang kerja kelompok mengerjakan tugas di koridor itu.

Para murid laki-laki itu tidak akan pindah ke tempat lain. Mereka suka berada di sana hanya karena satu alasan.

Wi-fi gratis.

Sam. Alias Samsudin. Merupakan murid paling kaya di kelasnya. Babehnya Sam adalah juragan kontrakan di Jakarta Barat. Dan ketika Sam besar nanti, dia yang akan meneruskan usaha kontrakan babehnya itu. Walau sebenarnya, Sam ingin sekali menjadi arsitek. Tapi mau bagaimana lagi. Sam adalah anak satu-satunya babeh Usup. Mau tidak mau Sam harus menurut pada babehnya. Malahan, sang babeh sudah berpesan pada Sam, untuk menambah pintu kontrakan mereka. Biar makin kaya katanya.

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang