jadi heboh

127 17 25
                                    

"boss lo-maksud saya bapak masuk berita utama." Yogi yang tadinya heboh berubah kalem karena diruangan Sagara lagi ada salah satu manager di hotel mereka.

"iyakah? Pak manager juga bilang begitu, memang apa beritanya saya belum lihat." sahut Sagara kalem.

"yang kemarin siang." sahut Yogi yang cuma diangguki sama Sagara.

"udah cuma mau bilang itu?" yang tentu saja dapat gelengan dari Yogi. "bahas masalah tema akhir tahun hotelnya nanti sekalian. Anda boleh kembali kerja pak terimakasih." Sagara beralih pada salah satu manager hotelnya.

"harusnya lo kemarin langsung seret aja Aluna biar nggak heboh begini." Yogi kembali ke mode informal setelah sang manager keluar.

"apaan sih? Emang seheboh apa?" Yogi menyodorkan tab di tangannya pada Sagara. "oh jadi hot trend, bagus kan Aluna makin terkenal dia kan model jadi-"

"lo hampir 8 tahun jadi CEO masih nganggep yang beginian menguntungkan?" Yogi geleng kepala.

"terus gimana? Nih Aluna kan model, dia butuh hal yang bisa membuatnya terkenal kan. Disini juga cuma ditulis 'ribut' enggak ada keterangan ribut masalah apaan. Kalau lo khawatir citra perusahaan rusak karena ini siapin aja konferensi pers nanti sore kita jelasin duduk permasalahannya." jelas Sagara.

"yakin boss, maksud gue kan-"

"tadi elo bilang gue nggak peka sama masalah beginian, sekarang elonya ragu. Udah anggep aja go public gue sama Luna." Sagara kemudian fokus pada ponselnya untuk mengetahui apakah Aluna sedang diincar wartawan atau tidak.

"diluar cuma ada beberapa wartawan kok, nggak tau kalau Luna jadi sasaran wartawan apa enggak."

"dia di rumah, baru tau juga masalah ini. Dia bilang wartawan itu bakal ngejar berita paling lama 2-3 hari setelah itu udah nggak lagi." sahut Sagara setelah menerima balasan chat dari Aluna.

"kayaknya dia udah biasa ya begini." celetuk Yogi.

"iyalah dia kan model, masalah kecil begini udah bukan hal asing. Lo aja yang lebay udah hampir 7 tahun juga jadi asisten gue masih aja panik masalah beginian." balas Sagara.

"ya kan beda bi, kalau sama yang kemarin kan bidangnya sama-sama pengusaha jadi nggak begitu heboh karena opini publik pasti menjurus ke batalnya kerjasama nah kalau sama Aluna kan elo nggak pernah deket tetiba ada skandal ya paniklah gue." bela Yogi pada dirinya.

"cih alasan... 1 jam setelah makan siang gue mau ngadain rapat buat konsep tema liburan akhir tahun disetiap hotel informasiin ke semua karyawan." ucap Sagara kemudian.

"siap pak, ada tambahan lagi?" yang dijawab gelengan sama Sagara.

"udah, oh satu lagi suruh satu bodyguard jemput Aluna kesini. Kan mau ngadain konferensi pers tadi."

"nggak usah lah, bukan masalah besar juga kan." tolak Yogi.

"bilang aja gue mau ngenalin Luna sebagai istri gue." putus Sagara.

"iyadeh setelah rapat kan berarti?" pasrah Yogi yang diangguki Sagara lagi sebelum pemuda bernama akhir Ganendra itu pamit keluar.

"jadi begini rasanya dikejar wartawan karena skandal? Masalah ribut di tempat umum sama gue yang tetiba beli tuh kafe aja sampai heboh begini." Sagara berdecak heran. Ia memang sering asal beli beberapa aset yang kiranya menguntungkan dan kafe itu bukan tempat pertama yang dia beli. Ada beberapa mall dan restoran yang punya saham atas namanya di beberapa sudut kota jadi Sagara agak kaget kalu begini aja sampai jadi hot trend.
.
.
.
.

"ngapain saya disuruh kemari pak?" Aluna terlihat bingung saat ia dijemput oleh seorang bodyguard dan dibawa ke kantor Sagara.

"klarifikasi masalah kemarin." sahut Sagara enteng.

"eh? Harus klarifikasi, ini bukan skandal besar jadi kenapa harus ngadain konferensi pers cuma buat ngelurusin masalah?" mereka emang udah di salah satu ruang rapat di kantor Sagara dan beberapa wartawan juga udah ada disana.

"sekalian go public tentang status saya sama kamu, risih aja kalau cuma gara-gara masalah kecil sampe dikejar wartawan. Lagian tagline beritanya juga nggak nyambung sama permasalahan. Katanya berita skandal tapi fokus beritanya malah tentang saya yang beli kafe itu." jengah Sagara karena beberapa artikel yang muncul justru membahas masalah tentang pembelian kafe.

"yaaah wajar sih, disitu juga ditulis kalau saya dapet sugar daddy setelah putus dari Arka jadi nggak salah kalau fokusnya ke bapak yang beli tempat itu." Aluna kini sudah bersandar pada kursi yang ia duduki.

"tangan..." pinta Sagara.

"kenapa? Saya nggak masalah pak, ini bukan yang pertama buat saya. Udah 3 kali saya kena skandal dan ini sih kayaknya yang paling heboh mungkin karena bapak ikut terlibat." jelas Aluna.

"udah sih nggak usah banyak alasan. Saya tau kamu udah biasa tapi saya yakin pandangan buruk lebih tertuju ke kamu daripada ke mereka." Sagara berujar peka.

"saya kira bapak bakalan kaget pas tau kita jadi hot trend, ya secara bapak kan nggak pernah kena skandal. Maaf ya pak, karena saya bapak jadi ikutan terlibat." Aluna berujar menyesal setelahnya.

"ini bukan masalah besar, lagian kalau mereka mau mikir saya sugar daddy kamu ya terserah. 10 tahun jarak umur kita menurut saya bukan hal yang bisa disebut kayak gitu. Masih terbilang normal, dan saya juga nggak beliin kamu barang mewah selain nyuruh kamu tinggal di rumah saya." Sagara berujar tenang.

"saya janji nggak bakal kejadian lagi hal kayak gini. Pasti kejadian ini bakal mempengaruhi usaha bapak kan." Aluna masih merasa nggak enak ke Sagara.

"nope, santai aja saya lebih paham masalah usaha saya daripada kamu jadi masalah kecil begini nggak terlalu ngefek buat beberapa usaha saya." Sagara mengendikkan bahunya.

Obrolan mereka berhenti setelah Yogi menginfokan bahwa sudah banyak wartawan yang menunggu konferensi itu dimulai. Sagara melihat beberapa kali Aluna menghela nafas sebelum ia resmi membuka konferensi itu.

"halo saya Sagara Abiyaksa, terimakasih pada kalian sudah meluangkan waktu untuk berkumpul disini. Pertama saya akan membahas masalah keributan yang melibatkan saya kemarin. Menurut saya hal itu bukan masalah besar dan beberapa dari kalian juga menulis artikel tentang hal yang tidak ada hubungannya dengan masalah keributan." mulai Sagara.

"sebenarnya apa masalah yang diributkan, karena menurut saksi disekitar masalah perselingkuhan antara Aluna dan anda?" seorang wartawan memberanikan diri bertanya.

"siapa yang selingkuh? Saya bukan selingkuhan Luna dan Luna juga bukan selingkuhan saya. Kami suami istri jadi tolong dikoreksi. Satu lagi kalau tidak tau bagaimana awal kejadiannya jangan menulis berita yang bisa menggiring opini publik untuk menyudutkan seseorang."tutur Sagara.

"apa benar begitu nona Aluna? Bukankah 2 orang yang bermasalah dengan anda adalah kekasih dan sahabat anda?"

"tolong diralat, Arka bukan lagi kekasih saya. Bagaimana saya bisa punya kekasih padahal saya sudah menikah? Dan untuk Yura kami hanya berteman jadi saya tidak merasa ini masalah besar. Justru artikel kalian yang bisa merusak karir saya dan Abi, ini bukan masalah besar tapi kalian menganggap ini lebih heboh dari skandal kencan." Aluna berusaha setenang mungkin dalam menjawab.

"untuk masalah kafe, saya heran kenapa berita keributan ini menjadikan saya sebagai fokusnya. Saya hanya ingin membeli kafe itu karena Luna bekerja di agensi seberang tempat itu. Lalu dimana masalahnya?"

"berarti secara tidak langsung anda mengakui bahwa anda-"

"satu lagi, tidak ada bukti bahwa saya membeli tempat itu untuk Luna. Saya hanya merasa risih jika perempuan saya dipermalukan ditempat umum yang jelas itu bukan karena kesalahannya." penuturan Sagara membuat beberapa wartawan mengangguk paham.

"sudah jelas semua masalahnya, masih ada yang mau bertanya?" Yogi berujar karena keheningan yang terjadi. "kalau tidak kita akhiri saja pertemuan hari ini terimakasih untuk kalian yang sudah menyempatkan diri hadir disini." Yogi kembali berujar setelah melirik Sagara yang memberi tanda bahwa acara itu harus segera dihentikan sebelum banyak pertanyaan diluar konteks berita.

Masalah kecil aja jadi heboh ya kalau sama crazy rich lagian lo juga sih main beli kafe seenak jidat.

Your HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang