Ngakak sampe ngik ngokk!!! Ceritanya hanya sebagai penghibur.
Mengandung konsep diluar Nurul dan tak habis pikri.
Bagaimana jadinya jika Felicia si gadis galak dan bar-bar bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bernama Tiana.
Mampukah gadis itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||
"FELIIIIII," Zen memeluk gadis itu, ia menangis.
"Hikss, pa Feli," Diana tak sanggup menatap anaknya itu.
"Baru saja aku bertemu cucuku," Tn.Osric menitikan air mata, sama halnya mereka, semua yang berada diruangan juga ikut menitikan air mata, bahkan Neo dkk.
"Fel," Lirih Zen.
"Ughhh, s... Sakit," suara itu membuat Zen mendongak.
"Fel... Fel... Lo sadar?" Zen menepuk wajah Feli, yang lainnya diam membisu.
"Nggak bisa digerakkin," ucap Feli saat badannya lemah dan tak bisa berkutik.
"Lo balik, lo balik Fel," Defran mendekat kearah Zen.
"Sayang kamu sadar," Dian juga mendekat padanya.
"Heung."
"Saya periksa dulu," dokter yang menangani Feli, langsung memeriksanya.
"Dia sudah bagun dari komanya, dan sebentar lagi alat-alatnya akan dilepas, tetapi dia masih harus dirawat selama seminggu kedepan, dia akan selalu dipantau," jelas dokter itu.
"Baik dok."
"Saya permisi," dokter itu kemudian keluar dari ruangan.
"Ini mama sayang, ini mama," Diana memeluk Feli.
"M... Mama?"
"Gue... Gue balik ke raga asli gue," ingin sekali Feli berteriak senang sekarang, ia kemudian melirik kearah wanita paruh baya itu.
"Iya sayang hiks, ini mama," Feli tersenyum, sebenarnya ia sendiri tau semuanya, karena ingatannya tak terhapus.
"Sayang," Zack mendekati putrinya, ia mengelus kepalanya.
Feli tersenyum hangat, dulu ia mendambakan keluarga yang utuh seperti kebanyakan orang, dan sekarang semua itu terwujudkan.
"Cucuku, kau," mereka mendekat kearah Feli.
"Dia cantik," pujian itu keluar dari bibir Riviano.
"Yah dia sangat cantik," timpal Ferro.
Feli menatap semua yang berada diruangan, pandangannya kemudian terhenti pada Zen yang sedang menatapnya dengan diam.
Dengan tangan yang masih lemas, Feli mengusap wajah Zen, ia menghapus sisa air mata yang ada pada wajah laki-laki itu.
