||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||
Mereka masuk kedalam, terdengar alunan dj ditaman belakang, banyak yang menatap Zen dan yang lainnya, penuh minat, apalagi para wanita-wanita yang berada disana.
"Lah acara tiup lilinnya udah selesai apa gimane!" Seru Defran, sembari melihat melihat sekeliling. Taman ini hampir dipenuhi oleh para tamu, mereka sendiri belum menyadari keberadaan Feli yang berada disamping Calvin yang sedang memainkan alat-alat djnya.
"Kayaknya terlambat deh, tapi nggak masalah, yang penting gue makan gratis," ujar Radit, ia menatap minat semua jenis kue yang berada di beberapa meja.
"Makan yuk, laper," ajak Neo pada Radit, mereka berdua kemudian melangkah mendekat kearah meja. Sementara yang lain masih berdiam diri disana.
"Mau minum tuan-tuan?" Tanya seorang pelayan yang sedang membawa beberapa gelas berisi minuman.
"Nah ini, dari tadi kek, tenggorokan gue udah kering," tutur Brian seraya mengambil salah satu gelas, mereka semua mengambil minuman itu.
Glekk..
"Ahh mantap," kata Fandi, seraya meneguk minuman itu.
"Eh Dit, si Kenzo udah balik?" Tanya Zaki.
"Nggak tau ngab, dua hari kagak ada kabar coy," balas Radit.
"Djnya asik juga nih," ucap Rei seraya bergoyang kecil.
"Dih nggak suka gelay," Januar, matanya menatap kesegala arah dan tak sengaja pandangannya berhenti tepat pada Calvin, sedetik kemudian mata Januar membulat ketika melihat siapa yang berada disamping Calvin.
Januar memukul-mukul bahu Zen yang berada didekatnya, matanya masih tertuju di pada Feli yang asik bergoyang disana.
"Bro... Bro... It... Itukan cewek lo," heboh Januar tanpa melihat kearah mereka, mereka menatap Januar dengan raut wajah bertanya-tanya.
"Mane? Zen punya cewek baru?" Tanya Ibra dengan tampang serius.
"Gue tepuk juga ginjal lo," celetuk Zen, tak terima dengan pertanyaan bodoh Ibra.
"Beneran Feli anjir, sana... Sana," Januar menunjuk heboh kearah Calvin, Zen dkk mengikuti arah pandang Januar, dan benar saja disana ada Feli, bukankah Zen mengatakan Feli berada di mall, tapi... Mata Zen berkilat marah, Defran dkk menoleh kearah Zen wajahnya tersirat kemarahan yang besar bisa dilihat dari matanya yang melototi Feli didepan sana.
"Z... Zen," Zen memberikan gelas yang dipengangnya pada Langga, mereka seperti tertekan, mengapa pula Feli berada disini, sudah tau jika Zen mulai mengeluarkan sifat Possesifnya, malah dia sendiri mencari masalah.
Sedang Feli sendiri masih setia berjoget, seraya tertawa disamping Calvin, tiba-tiba ia merasakan aura panas, dan perasaannya kini tidak enak, ia berhenti sejenak, niat ingin mencari temannya, matanya malah bertatapan dengan Zen.
Feli sangat terkejut, ia menelan salivanya dengan susah paya, astaga bisakah dia menghilang saja sekarang, ditambah lagi disana ada Defran dkk.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia berjalan menjauh dari Calvin, matanya sekali-kali melirik kearah Zen, ia takut pasalnya Zen memandanginya dengan tajam.
"Dih Fel, masuk ke kandang singa lo," gumamnya, ia menghampiri teman-temannya yang sedang bercerita.
"Kenapa lo?" Tanya Nadia, saat melihat wajah panik Feli.
"Tolong gue ya ampun," Feli cemas sekarang, ia menggenggam tangan Regina dengan kuat.
"Duh, lo kenapa sih, sakit tau," kesal Regina, karena Feli meremas tangannya.
"Tolong gue, babu gue disana," Feli menatap kearah Zen dkk, mereka masih menatapnya, apalagi Zen yang masih memancarkan aura mengerikan.
Nadia,Regina,dan Dea mengikuti arah pandang Feli, seketika mereka melotot.
"Fel mampus Fel," Regina juga ikut panik, Zen dkk menghampiri mereka, pandangan Zen masih terkunci pada Feli yang bersembunyi dibelakang Dea.
"Mama, pengen pulang huwaaa," ingin rasanya Feli menghilang, Dea sendiri masih menatap bingung kearah mereka, dia tidak tau apa yang terjadi dan siapa Zen dkk.
"Bagus," suara itu membuat Feli kicep, ia terdiam berdoa agar tidak di amuk oleh Zen.
"Kesini," ucap Zen seperti tak ingin dibantah. Dengan langkah pelan Feli berjalan pelan kearah Zen, ia masih menunduk.
"Fel, mati lo Fel," bisik Algan. Perasaan Feli berkecamuk, ia memikirkan hukuman yang diberikan oleh Zen.
"Pulang sayang, Hem," ucap Zen dengan lembut, namun dibalik kelembutan itu ada sesuatu yang menanti Feli, Defran dkk tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ayo pulang sayang, kita bermain dirumah iya kan," entah mengapa mendengar perkataan Zen membuat mereka berdigik ngeri. Mereka tau sifat Zen yang dimana ada saatnya serius ada saatnya untuk becanda, namun untuk kali ini tak ada kata bercanda Dimata Zen.
"I... Iya, gue pamit," Zen menarik tangan Feli dengan tergesa-gesa, mereka berjalan menjauhi Defran dkk. Feli berbalik kearah mereka dengan wajah ingin menangis, namun Defran dkk menggeleng kepala artinya mereka tak bisa membantu.
Feli mendongak kearah Zen, rahang laki-laki itu mengeras, Zen tak habis pikir, apa yang dilakukan gadis ini, ia takkan marah seperti ini jika saja, Feli mau berkata sejujurnya dimana ia akan pergi, dan lebih gilanya Feli memakai pakaian kurang bahan, dengan dress sepaha tanpa lengan, sial.
Tak jauh dari sana, tiga orang pria sedang memperhatikan mereka. "Dia sangat cantik," ucap pria itu.
"Jangan gila, mending lo gabung noh sama adek lo Calvin, lo nge-dj sana," sahut Teo disertai kekehan.
"Gimane jadinya kalo si Cakra nge-dj, auto kaku kayak kanebo kering," tawa Aksa dan kedua temannya menggelar disana, Cakra menatap tajam kearah mereka, namun tak membuat ketiga temannya berhenti tertawa.
||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW LIFE TIANA or FELICIA ✓
ActionNgakak sampe ngik ngokk!!! Ceritanya hanya sebagai penghibur. Mengandung konsep diluar Nurul dan tak habis pikri. Bagaimana jadinya jika Felicia si gadis galak dan bar-bar bertransmigrasi kedalam tubuh seorang gadis bernama Tiana. Mampukah gadis itu...