24

5.5K 605 411
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

Tasanee muncul di dapur dengan bahu lesu, melompat naik ke atas kursi tinggi bar di samping Serena yang sedang mengobrol ringan bersama Rozalia di balik bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasanee muncul di dapur dengan bahu lesu, melompat naik ke atas kursi tinggi bar di samping Serena yang sedang mengobrol ringan bersama Rozalia di balik bar. Tangannya mencomot croissant almond favoritnya dari basket yang disediakan Rozalia.

Croissant yang pagi tadi terasa seperti roti basi.

"Tidak berhasil?" Serena bertanya simpati dengan ekspresi ngilu.

Tasanee menggeleng. "Cherry menolak bicara denganku. Aku ingin mengatakan padanya kau ada di sini, mencoba peruntunganku siapa tahu dia mau bicara denganku. Aku belum sempat bicara, dia mengusirku dan menyuruh bodyguard-nya tidak membiarkanku membuka pintu kamarnya." Ia kemudian mengigit croissant almond. "Mungkin beginilah kondisi  antara ibu tiri dan putri tiri. Serial bawang merah dan bawang putih yang kita tonton semasa kecil ternyata nyata, Sera."

"Tasa." Serena mengelus-elus punggung Tasanee. "Kau bukan ibu tiri yang menyiksa putri tirinya. Suatu hari nanti, Cherry pasti akan menerimamu saat tahu bagaimana dirimu. Kita mungkin harus memahami kondisinya, andaikan kita yang berada di posisinya."

Tasanee tersenyum kecut. Serena tidak tahu mengenai alasan sebenarnya Cherry tidak menyukainya, ia hanya mengatakan padanya Cherry tak menerimanya sebagai ibu.

"Hope so." Tasanee menarik napas. "Doakan aku dan Cherry mulai nanti malam. Doa malaikat biasanya terkabul," katanya.

"Aku bukan malaikat, Tasa," bantah Serena. "Kau, Mom, Juli dan Romeo selalu menyebutku seolah-olah aku tidak punya dosa," gerutunya.

"Aha, Omeow!" Tasanee meletakkan croissant di atas piring, menepuk bolak-balik tangannya untuk menyingkirkan remah-remah croissant. Ternyata rasa croissant masih sama. "Apa yang dia lakukan padamu semalam, Hm? Kissing lagi?" selidiknya.

"Kita bicara tentang serial Netflix yang aku tonton semalam saja. Aku tidak mau mendengar istilah jorokmu setiap membicarakan Romeo."

Tasanee menyipit curiga, mengangkat telunjuknya. "Nah, nah, ini tanda-tanda kau dan dia—"

"Romeo dan aku semalam hanya dinner sambil menonton Netflix, mengobrol, lalu tidur."

Tasanee masih dengan gaya menyelidiknya. "Satu ranjang, Hm?"

"Tidak. Romeo di kamarnya." Serena menyesap cangkir cokelat panas. "Aku sudah janji padamu, aku takkan melanggarnya dan Romeo memahami kecemasanmu. Dia benar-benar pria baik, Tasa."

"Ha-ha, percaya Omeow baik." Tasanee memilih lunak mengingat ia takut merasa berdosa menghina orang yang bisa saja tidak kembali dilihatnya bernapas hari ini. "Apa dia bertingkah aneh semalam, Sera?" tanyanya.

Serena mengernyit.

"Ingat sebelum Daddy pergi? Dia tiba-tiba hari itu berangkat lebih siang, menghabiskan waktu sarapan bersama kita dan memeluk kita lama sebelum berangkat." Tasanee menyadari kalimatnya semakin membuat kerutan dalam di dahi Serena. "Andaikan terjadi sesuatu pada Omeow, misalnya dia the end, apa yang akan dilakukanmu, Sera?"

THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang