WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.
"Oh?" Denzell memuji ketenangannya. Ia sendiri terkejut tak meluapkan ego dengan tindakan. Dammit, Rafael akan mengejeknya menggunakan taktik tarik-ulurnya. "Membuatku semakin yakin Constantino tak melewatkanmu, daripada mengajarimu susah payah sebagai perempuan Outfit terhormat, dia memilih menikmatimu sebagai pelacurnya. Bajingan itu membuangmu setelah menggunakannya, itu cara Outfit membuang pelacur tak berguna." Denzell mengabaikan garis-garis kemarahan di wajah Tasanee. "But, don't worry, bonita, kau Stagnaro sekarang, bagian dari New York, bagian dari Familia dan kau lebih dari seorang pelacur. Say thanks to me, please."
Senyum Denzell menghina Tasanee. Tasanee mengangkat tangannya ke udara, ingin memberi tinju sekuat yang pernah ia lakukan semasa kecil pada Cesare.
Denzell mencengkram pergelangan tangannya. Ekspresinya keras. "Careful, Tasanee. Kau beruntung aku tidak memberimu pelajaran setelah sialan Moreno mengambil kepunyaanku."
"Kepunyaanmu?!" Tasanee menggeram. "Thanks God, aku membuat keputusan tepat memberikan kehormatanku untuk pria terhormat yang menghormatiku!" bentaknya.
Ia melenguh ketika Denzell menariknya mendekat. Cengkraman Denzell di pinggangnya ketat. "Tasanee, listen, aku membawamu ke New York sebagai istriku, milikku dan aku akan menjaga milikku. Takkan ada satupun yang bisa menyentuhmu, anjing sekalipun, kau aman di bawah proteksiku, tapi jika kau terus menantangku, keras kepala seperti ini, kau akan terkejut melihat apa yang bisa kulakukan pada anjing liar."
Tasanee mengangkat dagu. "Good. Aku memilih menjadi anjing liar."
"Kau yakin?" Denzell tersenyum miring. "Aku berani bertaruh kau berpikir aku akan menembak kepalamu. That's exactly the things that I would not do. Kau pikir aku membiarkan bisnis Romeo berjalan lancar di wilayahku hanya untuk mendapatkan kau mati sia-sia?"
Kernyitan muncul di dahi Tasanee.
Denzell mendekatkan wajah. Bibirnya tepat satu senti di atas bibir Tasanee. "Masih banyak yang bisa kulakukan dengan tubuh cantikmu selain menembusnya dengan peluru, bonita," bisiknya rendah.
Tasanee memundurkan wajah, mengernyit jijik. "Aku akan membunuh diriku sendiri!" cetusnya dengan nada cukup tinggi.
Tubuh Denzell menegang.
"Kau tidak." Denzell menangkup rahang Tasanee menggunakan satu tangannya yang bebas. "Kau takkan membunuh dirimu sendiri, Tasanee. Itu sialan perintah. Yang berhak menentukan kapan kau mati adalah aku dan itu tidak dalam waktu dekat," desisnya.
Tasanee tertegun melihat kekalutan yang sempat muncul di iris hitam Denzell. Dia hampir yakin melihat pancaran luka yang begitu cepat disembunyikan, hingga kalimat pria itu menyentuh egonya lagi. "Psikopat!" ketusnya, benar-benar lelah dengan diskusi tak masuk akal yang semakin membuat dirinya yakin orang-orang di sekitarnya gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)
Romance📳 CERITA SUDAH TAMAT (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Nonton trailer buku di sini! https://youtu.be/Xu3i_Y0teYs 🔞 WARNING: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & violence. Please be aware. ⚠️ Trigger wa...