WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.
"Kemana Denzell ingin pergi?" tanya Tasanee, menarik perhatian Rafael dari Jeep merah yang keluar melewati pintu gerbang utama mansion Stagnaro. "Apa benar dia akan menculik Sera dan membunuh kakakku?" tanyanya lagi dengan bibir menipis tajam.
Tasanee takkan pernah lupa Denzell membawanya menggunakan Jeep yang sama ke pabrik tua tak berpenghuni dan membunuh orang di sana. Ia kini mendapat jawaban pertanyaannya waktu itu; mengapa Denzell menggunakan Jeep menemui Romeo di Chicago dan bukannya mobil mahal kesayangannya.
Denzell ingin membunuh orang.
"Jika dia melakukannya, maka itu adalah yang terbaik, Tasanee," sahut Rafael, tidak ada ekspresi main-main dengan binar mata jahil seperti biasa, hanya ada guratan serius di wajahnya dengan binar mata pasti.
"Terbaik, katamu?" Tasanee berkacak pinggang, melotot marah. "Sera dan Cesare adalah keluargaku! Mereka penting dalam hidupku! Mengapa orang-orang sepertimu dan Denzell sulit sekali memahami itu?" cetusnya geram.
Mata Tasanee kemudian menyipit-menuduh "Atau kau memang akan diam saja saat tahu Denzell akan dilukai orang lain, begitu pun sebaliknya?"
"No, of course." Rafael mengernyit muram.
Ia dan Denzell memang tidak pernah secara langsung menunjukkan perasaan satu sama lain, mereka tidak dibentuk oleh ayah mereka untuk itu, namun mereka sama-sama tahu memiliki satu sama lain.
Denzell yang menguatkannya ketika mereka kehilangan ibu mereka.
Rafael menarik napas. "Percayalah, Tasanee, aku tidak menyukai gagasan menyerahkan adikmu pada Lanza, tapi...." Rafael berhenti sebentar, kelihatan ragu-ragu ingin menyampaikan kalimatnya.
"Lanza sudah membuat ulah di New York, itu berarti dia membuka perang dengan Familia. Lanza berpikir Denzell bekerja sama dengan Constantino membersihkan Cosa Nostra," jelasnya, memutuskan lebih baik kakak iparnya tahu daripada berprasangka buruk pada kakaknya.
Tasanee mengernyit. "Kemana Denzell pergi?" tanyanya, mengulang pertanyaan yang sama.
"Laboratorium drugs Familia. Lanza meledakkan molotov di sana."
Tasanee membelakak. Ok, ia mengaku geram pada Denzell, tidak menyukai pria itu dengan hatinya yang beku serta keahlian membunuhnya, akan tetapi di samping itu, selalu ada rasa tak menentu di hatinya setiap kali mengetahui Denzell terluka.
Rasa yang sama ketika tahu Sera dan Cesare terluka.
"Apa Denzell akan baik-baik saja?"
Rafael mengangguk. "Dia hanya mengecek lab drugs Familia dan memastikan polisi menjauh dari propertinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)
Romansa📳 CERITA SUDAH TAMAT (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Nonton trailer buku di sini! https://youtu.be/Xu3i_Y0teYs 🔞 WARNING: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & violence. Please be aware. ⚠️ Trigger wa...