WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.
Tasanee melebarkan mata melihat kondisi Denzell dalam gendongan Romeo. Melalui kaca jendela SUV, ia masih bisa melihat jelas lubang berbercak basah di sisi kemeja bagian perut pria itu. Darah di sekitar mulutnya mengingatkannya dengan Rafael yang memuntahkan darah di depan wajahnya.
Denzell tidak mungkin mati, dia adalah kucing bernyawa dua.
Tasanee menyentuh dadanya yang tiba-tiba bergemuruh. Ia tidak sanggup membayangkan Little Denzell lahir tanpa ayahnya, paman dan kakeknya bahkan sudah gugur. Jikalau begitu, apa nama belakang yang bisa diberikan Tasanee pada Little Denzell? Terburuk, bagaimana nasib Little Denzell setelah silsilah Stagnaro habis?
Mata Tasanee kemudian tertuju pada Romeo, ia membelakak horor melihat pemandangan Romeo layaknya orang yang baru mandi darah. Perutnya yang tadi serasa diremas kuat kini berubah menjadi gejolak hebat. Ia bergegas keluar dari mobil, mengabaikan order Romeo sebelumnya, menyuruhnya untuk tetap tinggal di dalam SUV.
"Denzell!" teriak Tasanee.
"Damn, Tasanee, bisakah kau sekali saja menjadi gadis penurut?" gerutu Romeo.
Tasanee tak mempedulikan Romeo, menguncang tangan Denzell. Pemandangan lubang peluru di perut Denzell dalam jarak dekat membuat tenggorokannya ingin segera memuntahkan croissant yang dimakannya pagi ini. "Psycho, bangun!"
"Dan jawabannya adalah tidak," gerutu Romeo lagi.
"Apa yang kau lakukan padanya, monster?" tanya Tasanee sinis.
Romeo mendengus. "Aku menolongnya sesuai permintaanmu."
"Kau tidak menembaknya?" tuduh Tasanee, menyipit curiga.
"Idiot." Romeo mengumpat kesal. "Hanya segera buka pintu SUV sialan itu, suamimu berat, sialan," suruhnya geram.
"Apa dia masih hidup?" tanya Tasanee, mengernyit ngilu melihat sisa-sisa darah di wajah Denzell.
"Jika kau tidak segera membuka pintu SUV, maka dia bisa mati konyol dalam gendonganku," sahut Romeo sinis.
Tasanee segera membuka pintu SUV tanpa menuturkan kata lagi, menonton selama Romeo meletakkan Denzell secara hati-hati di kursi. Ia mengerutkan dahi ketika Romeo menarik keluar sehelai kaos putih dari balik kantong jok, merobeknya menjadi tiga bagian, lalu....
"Apa yang kau lakukan?! Jangan lukai suamiku!" protes Tasanee galak ketika Romeo mengikat kain di paha berdarah Denzell.
"Ini untuk menekan supaya darahnya tidak keluar banyak, hellcat." Romeo lagi-lagi menggerutu. "Itulah akibat selalu menyuruh Sera-ku mengerjakan tugas sekolahmu," sindirnya sinis, mengikat kain lainnya di perut Denzell.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)
Romance📳 CERITA SUDAH TAMAT (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Nonton trailer buku di sini! https://youtu.be/Xu3i_Y0teYs 🔞 WARNING: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & violence. Please be aware. ⚠️ Trigger wa...