28

5.8K 586 263
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

"Mom!" Tasanee berlari memeluk ibunya begitu melihat Elena Vittuci berdiri di depan ruang perawatan Serena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mom!" Tasanee berlari memeluk ibunya begitu melihat Elena Vittuci berdiri di depan ruang perawatan Serena. Kehangatan menyelip masuk ke dalam hatinya ketika berada dalam pelukan ibunya. Ia merasa pulang ke rumah, aman dan nyaman, tanpa ketakutan. "Aku merindukanmu," ucapnya lirih.

"Lord, Tasa." Elena membalas pelukan Tasanee, melepasnya setelah beberapa saat, lalu meneliti keseluruhannya.

"Aku tidak terluka." Tasanee tak peduli dia terlihat cengeng di hadapan Denzell, Rafael, Juliet, Cesare, Romeo, pun Rocco dan Tristan di sini. "Tapi Sera...." Tasanee meloloskan isakannya. "... itu salahku, Mom. Aku memang selalu bertindak sesuai kemauanku. Aku keluar dari panic room, tidak mendengarkan Elias atau Sera,  jadi orang-orang jahat itu melecehkan dan melukai Sera. Luciano mau menembakku, Sera menyelamatkanku," ceritanya sambil menangis.

"No fucking doubt." Romeo mencetus dingin di ujung ruangan. "Aku seharusnya menjadikanmu terpidana mati."

"Romeo!" Suara teguran keras Juliet.

Tasanee menoleh ke belakang punggungnya, mendapatkan Juliet kini berdiri di depan Romeo. Tidak diragukan ia tahu alasannya setelah melirik cengkraman tangan Rafael di lengan Denzell.

"Aku menerbangkan ibumu kemari untuk memudahkanku membersihkan Vittuci anyway." Romeo tersenyum dingin padanya. "Jika aku mendapatkan Sera kehilangan detak jantungnya, aku tidak perlu menerbangkan Vittuci kembali ke Chicago untuk menjadi potongan daging. Sera akan bahagia sedikit di alam baka mati di tempat yang sama dengan keluarganya."

"Aku akan membunuhmu sebelum kau menyentuh istriku dan ibunya," desis Denzell.

Romeo terkekeh.  "Semoga berhasil, Stagnaro." Lalu menghampirinya dan ibunya. Manik tajamnya tertuju pada Rocco dan Tristan yang berdiri di belakang ibunya. "Pastikan Vittuci tidak mempunyai celah lari dari pengawasan. Kepala kalian jaminannya."

"Ok, bos," sahut Rocco dan Tristan bersamaan.

Tasanee melirik Rocco dan Tristan, seriously ia ingin memberikan pelukan melepas rindu pada mereka. Rocco dan dirinya adalah best friends for bullying Tristan. Terlalu banyak memori menyenangkan bersama mereka hingga ia tak bisa membayangkan mereka sejenis dengan Romeo. Mereka tentu akan patuh pada Omeow si raja iblis mengingat kepala sebagai jaminan. Oh, God, why-why?

Ibunya bersuara ketika Romeo akan melangkah pergi.  "Romeo, Tasa tidak bersalah. Tasa  juga tidak menginginkan Sera terluka jika dia bisa menghalangi peluru musuh. Sera terluka karena kecelakaan. Itu adalah—"

THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang