29

6K 577 187
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

Tasanee mendorong keluar isi perutnya, langsung menyiramnya melihat buah pisang hancur serta air susu cokelat yang menjadi sarapannya pagi ini sebelum gejolak di perutnya menggelora lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasanee mendorong keluar isi perutnya, langsung menyiramnya melihat buah pisang hancur serta air susu cokelat yang menjadi sarapannya pagi ini sebelum gejolak di perutnya menggelora lagi.

"Jeez! Mengapa rasanya tersiksa seperti ini?" gerutunya, menyeka mulut dengan punggung tangan. "Kau ingin membalasku karena aku sering membangkang Mommy-ku, ya?" Tasanee berbicara pada perutnya sambil mengelus-elusnya. "Please, little Denzell, tenang sedikit, jangan menjadi seperti ayah psycho-mu yang suka menyiksaku."

Pintu toilet terdengar dibuka.

"Tasa?"

Tasanee membenarkan kembali letak tanktop ketika ibunya muncul di belakang punggungnya.

"Denzell di luar. Dia ingin masuk kemari, aku mencegahnya dan mengatakan padanya aku yang akan memeriksamu." Ibunya menghampirinya, menyentuh lembut kepalanya. "Kau hamil?"

Tasanee meneguk ludah. Ia tidak yakin diperbolehkan membagi informasi.

"Aku sepertinya mual karena Omeow mau menciumku, Mom," sahutnya.

"Aku takkan memberitahunya pada Romeo." Ibunya lalu memindahkan tangan menyentuh perutnya. "Kau sepertinya akan mengalami morning sickness sama seperti ketika aku mengandungmu dan Sera. Good Lord, kau akan memberi dua malaikat pada Denzell, Tasa." Mata cokelat ibunya nampak berbinar cerah.

"Dua little Denzell?" Tasanee melotot. "Di perutku? Hell... nemphh."

"Hilangkan kebiasaan mulutmu mengumpat, Tasanee," peringat ibunya halus, melepas bungkaman tangannya.

"Kebiasaan, Mom." Tasanee menyengir. "Anyway...." Ia lagi-lagi menyengir ketika ibunya melotot mendengar suara kerasnya. "... aku hamil di usia delapan belas. Apa itu terdengar normal, Mom? Rasanya seperti aku hamil di luar nikah dengan Sugar Daddy," ringisnya.

"Hush." Ibunya menepak lengannya. "Bicara yang sopan, Tasanee. Denzell suamimu. Dia kelihatannya—"

"Ha-ha, baik menembak orang di mana-mana?" potong Tasanee.

"Kau benar dia tidak baik, tapi yang akan kukatakan adalah dia kelihatan menyayangimu?"

Tasanee terdiam sebentar. "Maybe-maybe," responsnya, mengangkat bahu. Tatapannya kembali pada cermin besar di hadapannya. "Aku akan melahirkan dua iblis, Mom. Dia akan menjadi Stagnaro, menjadi seperti Denzell dan Omeow," katanya, meringis.

"Mereka tidak," bantah ibunya. "Jika mereka perempuan sepertimu dan Sera."

"Hip hip hura." Tasanee memutar bola mata. "Tapi hidupnya tidak damai. Mereka akan terancam bahaya peluru dan pisau, terancam pelecehan oleh para bajingan setiap hari dan saat mereka sudah diizinkan mengetahui jati diri mereka, mereka termasuk terlibat dalam kejahatan para iblis, sama sepertiku dan kau, Mom...." Ia kini tersenyum miring. "... apa bedanya tidak memegang pistol dan pisau, tapi menyimpan rahasia tindakan kriminal, Mom?"

THE DARKEST TEMPTATION (THE DARKEST #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang