Prolog

5.6K 383 54
                                    

Ruangan itu serba putih. Bersih dan tak ternoda. Seberkas cahaya memantul ke lantai putih dari kejauhan.

Hermione berdiri di ruangan itu dalam kebingungan. Dia berteriak dan terus memanggil nama-nama orang yang dia kenal. Gadis itu terus berjalan ke sana-kemari tetapi tidak kunjung melihat orang lain selain dia. Ruangan itu kosong. Bahkan benda mati pun tidak ada.

"Hermione."

Hermione segera memutar kepalanya. Dan dia membeku. Tanpa sadar air matanya mengalir.

Tepat di depannya, berdiri orang-orang yang dia sayang yang sudah mati.

Harry, Sirius, Molly, Remus, Tonks, Fred, dan Dumbledore.

Mereka semua terlihat sehat dan bugar. Pakaian mereka juga bersih.

"K-kalian--" dia tersedak.

"Tempat apa ini?" tanya Hermione.

"Suatu saat kau akan tahu," jawab Harry.

"Apakah kalian nyata?" tanya Hermione.

"Tentu." Molly menjawab.

Mata Hermione berkaca-kaca melihat Molly. Ingatan terakhir tentang Molly sangat menyakitkan.

"Molly, aku—"

"Tidak perlu meminta maaf, Hermione. Kau tidak salah."

Hermione tersenyum haru.

"Kalau begitu ayo kita pulang. Orang-orang menunggu kalian."

Profesor Dumbledore tersenyum sedih.

"Nona Lestrange, kami sudah meninggal. Tempat kami bukan lagi di dunia. Saat ini kami bertemu di alam bawah sadarmu." Pria itu menjelaskan dengan lembut.

"Kalau begitu biarkan aku ikut dengan kalian!" pinta Hermione.

"Kau belum mati, sayang. Kau masih hidup," jawab Sirius.

"Aku tidak ingin hidup di mana kegelapan menguasai dunia!" teriak Hermione.

"Itu adalah intinya, Hermione. Dunia dalam kegelapan. Dan kau dibutuhkan untuk menerangi kembali dunia." Remus berkata dengan nada khas guru.

"A-apa? Bagaimana caranya?"

"Itu semua ada di tanganmu Hermione. Kau adalah harapan satu-satunya bagi mereka."

"Tapi bukan aku yang ditakdirkan untuk melawan Voldemort!" sanggah Hermione. "Aku... tidak bisa. Aku tidak cukup kuat untuk membunuh Voldemort."

"Tidak semua pertempuran berakhir dengan pertarungan, Hermione," kata Tonks sembari tersenyum.

"Apa maksudmu?" Hermione mengernyit bingung.

"Waktu kami tidak banyak. Kami harus pergi."

Mata Hermione membulat.

"Tidak. Tidak! Jangan pergi!" jerit Hermione kala tubuh mereka semua perlahan-lahan menghilang.

"Tunggu--bagaimana dengan anak kalian?" tanyanya pada Remus dan Tonks.

"Yang lainnya akan memberitahunya mengapa Ayah dan Ibunya meninggal, suatu hari dia akan paham," sahut Remus.

Hermione merasa dadanya seperti ditikam oleh pisau. Teddy yang malang.

"Jangan menangis, Mione. Kau tidak cocok saat air matamu keluar," gurau Fred.

Hermione semakin bertambah menangis mendengar ucapan Fred. Hermione berteriak memanggil-manggil nama mereka. Dia terisak saat dengan perlahan tubuh mereka menghilang.

après la vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang