Hermione tahu Tom memperkosanya. Dia tahu bahwa Tom menggunakan kutukan Imperius untuk mengendalikannya. Namun, dia memendam kemarahannya dalam hati.
Jika amarahanya meledak dalam waktu yang tidak terduga, dia akan kacau. Dan rencananya gagal.
Hermione tidak tahu apa yang Tom lakukan pada Snape. Mungkin pria berminyak itu mati. Yang jelas Hermione tidak peduli.
Seperti biasa, Hermione berada di perpustakaan untuk membaca sihir gelap. Dia terlalu fokus untuk rencananya sampai mengacuhkan Tom yang selalu menyetubuhinya setiap malam.
Diam-diam, Hermione sudah bisa menguasai mantra baru tanpa tongkat. Sebuah kemajuan yang luar biasa.
Wanita itu menghela napasnya. Matanya dengan lihai memperhatikan Tom dari jendela yang sedang berlatih kutukan di halaman. Dia merenung. Tom tentu hebat. Sangat hebat malah. Sayang, dia terjerumus ke kegelapan.
Hermione jadi berangan-angan, bagaimana jika perang tidak pecah. Akankah saat ini dia bekerja di kementrian? Atau menjadi busineass woman? Atau mungkin menjadi istri piala?
Dia sangat ingin menyelesaikan pendidikannya. Memiliki karir dan terakhir memiliki keluarga.
Terlihat klasik namun ditampik dengan apik.
***
Hermione merapalkan mantra rumit, tak lama sesosok yang sangat amat mirip dengannya muncul.
Klon-nya.
Hermione memperhatikan replikaannya dengan seksama. Mengamati dari atas hingga bawah.
"Siapa namamu?"
"Hermione Riddle nee Lestrange."
"Nama pasangan?"
"Tom Marvolo Riddle."
Wanita itu menanyakan beberapa pertanyaan singkat yang dijawab sempurna oleh kloningnya. Dia tersenyum puas. Usahanya membuahkan hasil. Hermione berhasil.
Seharian itu moodnya membaik. Bahkan, dia menyapa ular besar alias Nagini yang diperintahkan untuk menjaganya. Padahal, Hermione sangat membenci ular.
***
Hermione mengawasi Bellatrix dari kejauhan. Dia memakai jubah hitam yang serupa dengan kegelapan malam. Mata biru safirnya tak pernah lepas dari sosok ibunya yang sedang menyiksa Muggle-born di gang sempit.
Entah sudah berapa Muggle-born yang Bellatrix siksa untuk kesenangannya sendiri.
Hermione memperhatikan sekitar, setelah merasa situasi aman, dia keluar dari tempat persembunyian menuju tempat Bellatrix.
"Kau Darah Lumpur yang menjijikan!" teriak Bellatrix jijik. "Kau tak pantas berada di sini!" dia kembali menyiksa Muggle tak bersalah itu.
"Kau bersenang-senang tanpaku."
Bellatrix menghentikan aksinya. Dia menolehkan kepalanya dan mendapati Hermione yang bersandar di dinding dengan tangan terlipat.
"Kau--"
Hermione berdiri tegak. Dia tersenyum manis. "Halo lagi, Bu."
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Bellatrix curiga.
"Aku?" kata Hermione sembari mendekati si Muggle-born yang sudah tak bernyawa. Dia mengambil tongkat sihirnya lalu dia main-mainkan. "Sudah kubilang, aku ingin bergabung denganmu."
Bellatrix tertawa.
"Ya ampun. Gryffindor kecil ingin ikut menyiksa Muggle juga rupanya? Ke mana Pengkhianat Darah yang kukenal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
après la vie
FanfictionKetika cinta dan benci bertabrakan. Hermione mencintainya karena itu dia harus membunuhnya. [ Tom Riddle x Hermione Granger ]