BAB 15: (Masih Tentang) Kemarin

27 4 0
                                    

Raga tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur saat merasakan kesadarannya berangsur kembali. Raga berusaha membuka matanya dengan susah payah. Dia mengerjap perlahan, pandangannya masih kabur saat mendapati bayangan seorang gadis berambut sepunggung berdiri di sebelah ranjangnya. Gadis itu memunggunginya—tampak sedang berbicara dengan seseorang—tapi Raga sangat hapal postur tubuh itu.

Gadis itu.. Apakah dirinya bermimpi?

Ya, dia pasti bermimpi, fikir Raga. Mungkin sebentar lagi dia akan mati, karena itu Tuhan berbaik hati memunculkan bayangan gadis itu di depan matanya agar dirinya bisa pergi tenang.

Raga meringis tanpa suara saat rasa sakit dikepalanya datang lagi, membuatnya kontan kembali menutup matanya. Kepalanya serasa berdenyut, semakin lama semakin sakit. Saat kesadarannya mulai menghilang, Raga merasakan sebuah usapan lembut di tangan kirinya.

"Cepat sembuh, Aga" ucap gadis itu dengan senyum tipis—setidaknya Raga yakin gadis itu sedang tersenyum memandanginya.

"Kalau ini mimpi, ini terlalu nyata Tuhan" jerit Raga dalam hati sebelum kesadarannya menghilang dengan sempurna—lagi.

***


"Gue engga habis pikir, Ni! Ini baru hari ketiga Raga dirawat, tapi berita hoax tentang kecelakaan dia tuh udah bejibun!" Devia terus mengomel—mengabaikan tatapan pengunjung lain yang melirik kearah mereka saat tidak sengaja berpapasan di sepanjang jalan menuju lift, "Yang paling bikin kesel tuh komentar-komentar sok tahu dan nyalahin Raga di akun-akun gosip Instagram!" lanjutnya masih berapi-api.

Devia menarik nafas sejenak lalu kembali berseru penuh emosi, "Sok tahu banget komen-komennya! Lo harus baca, Ni! Masa ada yang ngatain Raga sering party sampai pagi, terus udah lama pakai narkotika, sampai ada yang bilang Raga tuh bandar! Sok tahu banget kan? Ngeselin kan?"

Agni yang berjalan disebelah Devia hanya menganggukkan kepala—separuh mengerti, separuh engga. Devia kalau sedang mengomel seperti ini engga butuh jawaban, teman bangkunya ini hanya perlu didengarkan dan Agni sudah hapal diluar kepala tentang kebiasaan Devia yang satu ini.

"Gue juga kesel banget sama fans-fans Raga yang malah ikutan nyerang balik idolanya, padahal kan pihak management Raga udah ngasih statement kalau Raga tuh—"

Agni sudah tidak lagi mendengar kelanjutan omelan Devia. Dia menghentikan langkahnya tanpa sadar saat melihat bayangan seorang gadis sedang berdiri—nampak menunggu jemputan—di depan pintu lobby rumah sakit.

"Itu.. temen Kak Riel yang tempo hari datang kan?" gumamnya sembari memicingkan mata, berusaha memastikan.

Tidak lama sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan gadis itu. Gadis itu nampak tersenyum lalu segera masuk ke dalam mobil. Agni mengerjapkan mata beberapa kali. Dia hapal dengan mobil yang menjemput gadis itu tadi. Itu mobil Kak Riel!

Sementara itu di depan sana, Devia dan Malvin yang sudah berjalan beberapa meter di depan baru sadar kalau Agni tertinggal jauh di belakang.

"Ni, lo kenapa berhenti tiba-tiba sih?"

Agni tidak segera menjawab. Gadis itu malah berlari menuju lobby, berusaha mengejar mobil Kak Riel. Malvin dan Devia saling tatap lalu ikut berlari menyusul di belakang.

Agni berhenti di depan pintu lobby dan diam beberapa lama disana. Mobil Kak Riel sudah keluar dari parkiran dan bergabung bersama kendaraan-kendaraan lain yang memadati jalan raya depan rumah sakit.

Malvin ikut memperhatikan arah pandangan Agni, "Ada apa, Ni?"

"Gue tadi liat mobil Kak Riel"

Devia menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran, "Mana?"

RECALL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang