BAB 23: Kebetulan yang Menyebalkan

35 5 0
                                    

Agni mempercepat langkahnya begitu melihat bayangan beberapa cewek yang sedari tadi mengikutinya sudah tidak tampak lagi. Dia lalu berbelok masuk ke salah satu restoran seraya menoleh ke belakang—untuk meyakinkan diri. Karena terlalu sibuk menoleh, Agni tidak melihat waitress yang baru saja membalikkan badan setelah mengantarkan pesanan seorang pelanggan di meja dekat pintu masuk.

Brug!

Tubrukan cukup keras antara Agni dan sang waitress membuat beberapa mata customer yang berada di sekitar pintu masuk menatap kearah mereka berdua, termasuk Raga yang sekarang sedang mengobrol dengan seorang cewek di salah satu meja.

Menyadari keributan kecil yang sudah dibuatnya, Agni cepat-cepat meminta maaf. Sang waitress membalasnya dengan senyuman tipis maklum sebelum berlalu pergi.

Tatapan penuh tanda tanya milik Raga menyambutnya saat dia mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada tepat sebelah pemuda itu. Raga menatapnya beberapa detik lalu beralih kearah cewek di depannya dan mengenalkan mereka secara singkat. Setelah itu pemuda itu dan temannya—yang Raga panggil dengan sebutan Kak Gita—kembali mengobrol berdua. Agni yang merasa tidak paham dengan obrolan keduanya hanya diam menyimak sembari sesekali masih melemparkan tatapan ke arah pintu masuk dengan waspada.

"Lo ngeliatin apa sih? Dari tadi ngelirik pintu masuk mulu" tegur Raga begitu Kak Gita pamit bersama beberapa kresekan makanan yang ditungguinya sedari tadi.

"Lo nyadar?"

Raga menatap gadis di sebelahnya datar, "Lo duduk tepat disebelah gue, jelas aja gue nyadar. Ada apa sih? Lo lagi nunggu orang?"

Agni menggeleng kuat-kuat. Amit-amit! Jangan sampai cewek-cewek tadi beneran kesini, doanya dalam hati.

"Tadi gue ketemu sama beberapa cewek di toilet. Pada kepo dan rese banget nanyain soal hubungan lo dan gue" Agni berdecak kesal saat mengingat bagaimana cewek-cewek itu mencecarnya dengan pertanyaan ala wartawan gosip.

"Padahal gue udah jelasin kita cuma temenan. Jalannya juga tadi rame-rame, bareng Malvin dan Devia. Malah gue dituduh bohong dan nyoba nyembunyiin status pacaran kita. Maksa banget kan?"

Sebenarnya gerombolan cewek itu cukup sopan saat bertanya padanya, tapi Agni merasa risih saja ditanya-tanya tentang hal yang dianggapnya privasi oleh orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Ditambah lagi mereka tidak mempercayainya dan mendesaknya agar mengaku punya hubungan khusus dengan Raga, membuatnya benar-benar harus menahan diri untuk tidak berkata ketus.

"Cewek-cewek? Berapa orang?"

Agni berfikir sejenak seraya mengingat-ingat jumlah pasti gerombolan cewek-cewek itu, "Sekitar empat orang" jawabnya disertai helaan nafas, "Bener kata Devia, fans lo bukan cuma berani di sosmed doang, tapi juga berani nyamperin langsung" katanya lagi.

Raga meringis mendengar komentarnya sebelum kembali melemparkan pertanyaan, "Terus gimana caranya lo bisa kabur dari mereka?"

Agni menyeruput minumannya sebelum kembali bercerita, "Kebetulan di store dekat toilet itu ramai karena ada sale, jadi pas keluar toilet dan mereka ngikutin, gue masuk ke sana. Gabung sama ibu-ibu yang milih-milih baju terus nyelip diantara pengunjung buat kabur dan balik kesini"

Raga menghela nafas pelan, "Kok mereka tahu ya lo jalan sama gue?" gumamnya yang masih dapat terdengar oleh Agni.

"Mereka mungkin ngenalin lo pas kita nonton tadi. Kata Devia, ada cewek-cewek yang natap kearah tempat duduk kita mulu dari awal filmnya mulai"

Raga berpikir sejenak sebelum menyambar tas miliknya. Agni yang masih asik menyeruput jus miliknya, menatap bingung.

"Mau kemana?"

RECALL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang