Search

222 31 11
                                    

Suasana kelompok belajar fakultas hukum sangat sibuk. Mereka belajar untuk persiapan ujian semester 2. Seperti biasa mereka saling berdiskusi untuk prediksi soal yang akan keluar pada ujian semester nanti.

"Aku rasa soal ortu jahat akan keluar di ujian profesor Kim. Jadi  kita pelajari materi ini dan hak suborgasi," ucap Han Joon Hwi kepada seluruh kelompok belajarnya.

"Pasti soalnya di ubah sedikit," ucap Min Bok Gi.

"Eonni, aku pinjam catatannya, ya. Catatanmu lebih lengkap dari punyaku hehhe," ucap Jeon Ye Seul.

Kang Sol A menyerahkan catatannya pada Ye Seul. Gadis itu merasa senang karena catatannya begitu lengkap. Pantas saja ia bisa diterima bergabung dengan kelompok belajar ini.

"Han Joon Hwi, bisakah kita pesan makanan dulu? Aku belum sarapan," ucap Kang Sol A yang sejak tadi pagi melupakan sarapannya.

Han Joon Hwi menghentikan aktivitasnya. "Ok baiklah-

"Maaf disini ada Kang Sol A?" tanya sesorang yang tiba-tiba datang menginterupsi perkataan Han Joon Hwi.

"Oh, itu saya." Kang Sol A berdiri menghampiri orang tersebut.

"Mohon tanda tangan disini," ucap orang tersebut yang tak lain adalah seorang kurir pengantar makanan. Kurir itu segera pergi setelah menyelsaikan tugasnya.

"Siapa yang pesen? Aku nggak pesen."

"Baca saja catatannya," celetuk Kang Sol B.

"Nggak ada catatan apapun, Sol B."

"Atau itu dari penggemarmu?" Seo Ji Hoo nyeletuk membuat seisi ruangan menatap Kang Sol A.

"Hahaha.. Penggemar itu pasti sudah gila." Kang Sol A hanya kicep.

"Ya bisa jadi kan, ada yang diam-diam suka tapi nggak berani ngomong karena kamu orang yang nggak peka," ucap Seo Ji Hoo tanpa dosa. Sesekali pemuda itu melirik ke arah Han Joon Hwi. Tentu saja, Han Joon Hwi meliriknya tajam bak seorang pembunuh.

"Kamu populer juga ya, Sol A," goda Min Bok Gi.

"Dih, aku nggak ngerasa gitu. Tapi ini makanan banyak sekali. Ayo makan dulu. Dari pada dibuang. Nggak peduli siapa yang kirim, makasih lho. Kalau penggemarku, sorry-sorry saja makananmu ku terima, cintamu ku tolak," ucap Kang Sol A tanpa beban.

"HAHAHAHHAH.... BANGSAT!!!" teriak Min Bok Gi yang kelewat ngakak karena mendengar ucapan Kang Sol A. Teman lainnya ikut tertawa. Sungguh bobrok dan tidak pekanya Kang Sol A.

"Wah, berarti aku gak ada kesempatan ya, Sol?" pancing Han Joon Hwi.

"Pancing terussss," ucap Jo Ye Beom

"Heh, bercanda kamu ya. Aku bukan tipenya Joon Hwi.  Sudah-sudah. Mari kita makan," ucap Kang Sol A mengalihkan pembicaraan.

Semua yang di situ terkikik dalam hati, kecuali Kang Sol A yang memang nggak peka level akut. Gadis itu memilih makanan yang dikirim untuknya entah dari siapa. Tanpa mereka sadari, seseorang yang sejak tadi mengamati, hanya tersenyum tipis, lalu meninggalkan ruang belajar itu dalam diam.

-----

'Kang Sol, pulanglah kerumah. Ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan. Di lemari baju. Kotak kayu ibu.'

Kang Sol A terbangun dari mimpinya. Nafasnya tercekat. Tiba-tiba saja ia memimpikan ibunya yang telah tiada. Tak berapa lama, teman sekamarnya menghampirinya. Kang Sol B khawatir karena teman sekamarnya mengigau.

"Ini. Minumlah!" perintah Kang Sol B.

"Gomawo." Kang Sol A segera meneguk air yang diberikan Kang Sol B. Ia mulai sedikit tenang.

"Besok aku harus kerumah. Memastikan sesuatu, Sol B."

"Hn. Kalu begitu kau harus hati-hati, Sol."

"Sebaiknya kita tidur. Mumpung besok libur." Kang Sol A tak ingin  sahabatnya cemas. Ia kemudian melanjutkan tidurnya.

------

Esok hari, dirumah Kang Sol A

Kang Sol A memasuki rumah mungil itu. Rumah ini milik almarhum ibunya. Sudah sebulan ini ia tidak berkunjung pasca ibunya meninggal. Gadis itu menyalakan lampu rumahnya. Ia bermaksud bersih-bersih rumahnya agar nyaman saat ditempati.

Hari itu Kang Sol A isi dengan kegiatan bersih-bersih rumah. Hampir 2 jam ia membersihkan rumah.

"Akhirnya selesai juga."

Kang Sol A lantas duduk di sofa kamarnya. Merebahka. Sebentar, gadis itu teringat pesan ibunya di dalam mimpi. Buru-buru ia memasuki kamar ibunya yang sejak tadi ia bersihkan. Ia lantas menuju lemari kayu dan perlahan membuka lemari itu.

Seperti de javu, ia menemukan sebuah kotak yang di sebutkan dalam mimpinya tadi malam. Kang Sol A membuka kotak itu. Awalnya ia ragu membukanya. Namun karena ia juga penasaran, ia lantas membukanya.

Sepintas tidak ada yang aneh dari isi kotak tersebut. Sampai pada saat membuka sebuah amplop, ia membuka dan membacanya. Ia terkejut bukan main. Itu laporan hasil tes DNA seseorang. Tapi yang dia heran adalah, tes DNA itu bukan milik ibunya. Satu per satu ia membuka isi kotak tersebut. Sebuah album foto tapi bukan foto ibunya sewaktu muda. Itu foto orang lain. Ada foto bayi miliknya namun foto itu bukan diambil bersama ibunya.

Kang Sol A semakin bingung. Ia kemudian mencari barang penting lainnya. Di sana ada diary ibunya. Kang Sol A berusaha mencari jawaban melalui petunjuk itu.

'13 Desember, 2000,
Nyonya muda melahirkan putri cantik bernama Emilly Kang Sol. Bayi itu sangat di nantikan kehadirannya. Tapi sayang, kedua kakek neneknya justru menolak kehadirannya juga mantan suaminya. Demi alasan keselamatannya, Nyonya terpaksa menitipkan putrinya untukku rawat. Nyonya tak pernah memberi tahu mantan suaminya kalau ia memiliki anak. Aku sempat mencari tuan, tapi nihil, karena kekuasaan Tuan Besar sangatlah mengerikan, tidak mungkin ku teruskan mencari ayah kandung anak ini. Salah langkah, nyawa anak dan ayah ini jadi taruhannya.

Aku mulai merawat anak ini dengan identitas Kang Sol, sesuai permintaan nyonya ketika terakhir bertemu. Aku bahagia, meski dia bukan darah dagingku. Nyonya berpesan bahwa aku harus memberitahunya bahwa ia adalah anak dari Erica Shim dan Yang Joon Hoon.

Nyonya masih sering menghubungiku, meski lewat perantara orang kepercayaanya. Ia juga rutin memberikan kami uang agar kami hidup layak.

Aku hanya berharap, anak ini bisa berkumpul dengan orang tua kandungnya. Aku juga berharap kakek neneknya bisa menerima anak dan menantunya, bisa luluh hatinya. Semoga Tuhan melindungi orang baik seperti Nyonya Erica dan Tuan Yang, juga Kang Sol ku tersayang.

Kang Sol A menangis. Tak sengaja foto pengantin jatuh dipangkuannya. Ia menatap foto itu. Foto yg mirip profesornya saat masih muda dan ibunya yang cantik mirip dengannya.

Tangisnya semakin pecah mengetahui kenyataannya yang disembunyikan oleh ibu yang ternyata ibu angkatnya. Ia ingin sekali membuktikan isi diary itu. Tapi bagaimana caranya. Pasti profesornya mengganggap gila dirinya.

Kang Sol A,  lantas berbaring di lantai kamar ibunya. Berharap tangisnya reda, ia seraya berdoa kepada Tuhan agar bisa hidup bersama kedua orang tuanya.

----

"Halo, Yang, ini aku. Bisa kita bertemu di xxxxx?"

.
.
.

To be countinue

#mumpung ide masih ngepul.

How Do You Feel?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang