Karma

175 23 17
                                    

Dua minggu setelah tersadar dari koma. Kang Sol A menjalani masa pemulihan baik fisik maupun psikis. Pasca kejadian di kafe seminggu lalu, ia tampak murung. Berita kematian ibunya membuatnya sedih, begitupun Yang Jong Hoon. Mereka tampak kehilangan Erica.

Kang Sol A masih ingat betul ketika ibunya senang memanggilnya Emilly. Baginya itu panggilan sayang yang paling berarti.

"Kau melamun, Sol?" tanya Han Joon Hwi yang baru saja masuk ke ruangan Kang Sol.

Kang Sol A tentu saja langsung terperanjat kaget. Ia mengelus dadanya dan hampir mengupat kalau saja tidak ada teman-temannya yang ikut menjenguknya.

Melihat reaksi kaget Kang Sol A, mereka tertawa bersamaan. Han Joon Hwi sebenarnya sudah sejak tadi masuk keruangan itu bersama dengan gengnya. Namun karena melihat Kang Sol A melamun, jadi mereka sepakat mengendap-endap masuk.

"Nggagetin aja," ucap Kang Sol A memaklumi.

"Masih untung eoni nggak kerasukan," ucap Jeon Ye Seul mendekati ranjang Kang Sol A.

"Oya, kapan kamu pulang, Sol?" tanya Min Bok Gi.

"Besok. Duh, aku dah nggak betah. Bom sialan itu benar-benar membuatku harus berada lama di rumah sakit."

"Nih makan. Kesukaanmu. Pizza nggak lupa yougurt stroberi," ucap Kang Sol B sambil meletakkan makanan kesukaan teman sekamarnya.

Mata Kang Sol A berbinar. Sudah lama ia tak makan pizza. "Ya Tuhan, kamu tahu saja kalau aku pengen banget pizza. Makacihh ya Sol B."

Seperti biasa, Ye Seul akan menyuapi Sol A. Hobi gadis ini terbilang aneh. Tapi toh ia tak mempermasalahkan anggapan orang.

"Ehemmm, ayang Ye Seul, abang juga pengen dong di suapin kek yang lagi sakit," goda Min Bok Gi yang iri dengki dengan Kang Sol A *bencanda*

"Ngiri sama yang sakit itu nggak boleh. Kamu sehat makan sendiri aja," ucap Seo Jiho.

"Iri bilang bos," ucap Sol B mengompori.

Seketika mereka tertawa bersamaan. Untung saja ruangan itu VVIP, jadi tidak masalah sepertinya kalau sedikit berisik.

"Oya, Han, bukannya kamu kesini tadi yang ngajak. Kok lu diem aja." Bok Gi tiba-tiba mengompori.

"Aku ngajak kesini cuma mau numpang tidur sebentar."

Seketika semua melongo. Han Joon Hwi bersiap tidur di ranjang untuk keluarga pasien. "Bangunin ya, kalau kalian mau pulang."

Mereka speechless. Han Joon Hwi, ternyata bisa bersikap konyol juga di depan teman-temannya.

----

Hari menjelang malam. Jam kunjungan telah berakhir. Seperti pesan Han Joon Hwi tadi sore, mereka di minta membangunkan pemuda itu sebelum pulang.

Seo Jiho membangunkan Han Joon Hwi. Namun sepertinya tak berhasil. Pemuda itu terlihat kelelahan. Maklum saja ia bolak-balik juga menjaga Kang Sol A.

"Biar saja, Jiho. Biar nanti aku yang bangunkan Joon Hwi," ucap Kang Sol A.

"Kalau gitu, kita pamit dulu, Sol."

"Umm.. Terima kasih ya sudah menjenguk."

Mereka pun pamit pulang. Tanpa Han Joon Hwi. Jam menunjukkan pukul 20.00 malam. Kang Sol A bangkit dari ranjangnya dan berusaha membangunkan Han Joon Hwi.

Han Joon Hwi terbangun. Melirik sekeliling ruangan, tampak sepi. Hanya mereka berdua disana.
"Yang lain kemana?" tanya Han Joon Hwi.

"Sudah pulang. Mungkin mereka belum jauh,  atau mereka baru saja sampai parkiran," jawab Kang Sol A.

Mendengar jawaban Kang Sol A, Han Joo Hwi tak segera beranjak dari tidurnya. Hal ini membuat Kang Sol A sedikit heran. "Kenapa tidak pulang?"

"Aku mau disini sebentar."

Keheningan melanda. Kang Sol A berdiri menatap pemandangan dari balik jendela kamarnya. Malam ini, begitu cerah. Mata indahnya tak berhenti menyaksikan pemandangan di luar yang ternyata bulan purnama. Han Joon Hwi sendiri sejak tadi tak berhenti menatap gadis disampingnya.

"Kau tidak bilang kan kalau profesor Yang adalah appa-ku?" Kang Sol A memecah keheningan.

"Tidak. Tapi ayahmu sendiri yang memberitahu mereka yang berada dilingkup kelompok belajar.

Meski terkejut, Kang Sol A pasti memahami alasan ayahnya. "Apa aku perlu menjelaskan ke mereka sekali lagi, Joon Hwi?"

"Tidak perlu. Mereka sudah paham posisimu."

Gadis itu menunduk. Berbalik arah menghadap Han Joon Hwi. 
"Lalu, kau kenapa tidak pulang? Asrama sebentar lagi akan ditutup."

"Tidak. Aku akan pulang ke rumah. Bukan ke asrama, Sol."

"Oh."

"Kang Sol. Aku menyukaimu sebagai seorang laki-laki ke seorang perempuan," ucap Han Joon Hwi tiba-tiba.

Gadis itu menatap Han Joon Hwi. Ia terkejut. Temannya sedang berusaha menyatakan perasaannya kepadanya. Ia masih diam membisu sambil mendengarkan dengan seksama ucapan Han Joon Hwi yang serius.

"Aku ingin menjalin hubungan yang serius denganmu. Bukan sebagai seorang teman, tapi sepasang kekasih. Ah, bukan. Calon pendamping."

"Han Joon Hwi, tapi kamu lagi nggak bercanda kan?"

Han Joon Hwi bangkit dari ranjang itu. Ia mendekati tubuh Kang Sol A. Wajah mereka bertemu dan perlahan bibir tipis Han Joon Hwi mendarat mulus tepat di bibir Kang Sol A. Gadis itu terkejut ketika benda kenyal menyentuh bibirnya.

Ini pertama kalinya mereka merasakan sensasi itu. Ciuman lembut dan intens. Awalnya Kang Sol A kaget dengan ciuman itu, namun lama kelamaan ia seolah sudah bisa menikmati kecupan lembut dari bibir Han Joon Hwi.

Untuk beberapa saat mereka menghentikan ciuman itu. Merasa keduanya perlu mengatur nafas. "Aku tidak pernah bercanda untuk urusan hati."

Lama terdiam. Kang Sol A tersenyum. Ia memeluk Han Joon Hwi. "Aku juga tidak sembarangan memberikan persaanku pada orang lain. Kau harus bertanggung jawab atas hal ini."

Han Joon Hwi membalas pelukan gadis itu dengan hati-hati. Dalam benaknya, ia tak ingin membuat gadisnya kesakitan. "Jadi, kita pacaran dulu ya. Komitmennya setelah kita lulus."

"Aku perlu bukti, bukan janji, Joon Hwi."

Han Joon Hwi merogoh sakunya. Ia mengambil sebuah kotak yang sejak lama ia siapkan. Han Joon Hwi membukanya. "Rasanya kita perlu memakai ini agar mereka tahu status kita."

Han Joon Hwi memakaikan cincin emas couple di jari tengah Kang Sol A. Gadis itu sedikit heran kenapa bukan di jari manis. "Kenapa bukan di jari manis?"

"Nanti jari manisnya aku sematkan cincin pernikahan kita," ucap Han Joon Hwi bersungguh-sungguh.

Kang sol A tersipu malu. Ia tak menyangka Han Joo Hwi memintanya menjadi kekasihnya. "Mana cincinmu. Biar aku yang pakaikan juga."

Kang Sol A juga memasangkan cincin itu di jari tengah Han Joon Hwi. Keduanya tersenyum. Malam itu mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

"Joon Hwi, bagaimana dengan appa-ku?"

"Aku sudah meminta izinnya."

"Terus?"

"Ya setuju. Ayahmu juga setuju."

----

Breaking news. Pelaku pemboman di depan kafe XXX minggu 20 Juli 2020 berhasil di ringkus. Polisi menetapkan 2 tersangka otak pelaku pemboman yang melibatkan pengusaha terkenal, Kang Frederick. Sampai berita ini diturunkan kuasa hukum Kang Frederick enggan berkomentar di hadapan media.

.
.
.

TO BE CONTINUED

A/n: Akhirnya berlayar ya gaes.. Tinggal nunggu ijabsahnya saja. Taburr bungaaaa🌹🌹🌹🌹🌹 Wahhhh... Mendekati endingggg..  Yuukk doakan biar saya rajin update😂😂
Thank u support dan dukungannya ya readers

How Do You Feel?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang