BAB 3

144 18 0
                                    

🧸Selamat membaca🧸

Kia hanya diam sedari tadi, bahkan gadis itu tidak mau makan apapun jika tidak . Reval disebelah nya sudah menasehati gadis itu namun ia tetap tidak mau, kadang Reval heran, kenapa harus bubur?

"Ki, ayolah, makan sedikit," ucap Reval. Menyodorkan sendok berisi nasi goreng.

Kia tetap menggeleng.

"Terus maunya apa? Makan cepet, udah kaya mayat hidup juga."

"Gue mau nya bubur!"

Gadis cantik itu menghentak-hentakkan kakinya kesal, Reval kurang peka, padahal Reval juga sangat tahu bahwa Kia menyukai bubur.

"Jangan bubur terus, sekali-kali makan nasi," ujar Reval.

Kadang Reval pun heran dengan mantan nya ini, apa enaknya bubur? Lembek begitu apa enaknya coba?

"Daripada lo ngoceh terus!" Kia menyodorkan sendok itu ke mulut Reval dengan memaksa Reval agar memakan nasi goreng tadi.

"Sabar, Val. Sabar," batin Reval, mengelus dadanya.

"Ayo, Val!" seru Kia. Saat gadis itu sudah berdiri di depan Reval, sembari menarik tangan kekar Reval.

"Kemana?"

"Beli bubur!" jawab Kia semangat.

"Ganti celana nya, kurang bahan banget, itu lagi bajunya ganti, pakai Hoodie, celana nya pakai yang celana panjang!" perintah Reval. Seperti biasanya, pria itu tidak suka jika Kia keluar menggunakan celana pendek dan baju yang menurutnya terlalu wah.

"Ih! Reval lo kok norak banget! Ini namanya hot pants sama crop top!" sahut Kia, merasa kesal dengan Reval yang menyuruhnya ganti, padahal sudah nyaman.

"Gak peduli, ganti!"

Reval lantas mendorong Kia untuk masuk kembali ke dalam rumahnya, namun Kia masih diam saja, ia tidak mau mengganti pakaiannya lagi, karena terlalu ribet dan boros pakaian juga, Reval yang kesal pun menarik tangan Kia lalu menggendongnya ala koala dan memasukan Kia ke dalam kamarnya, pria itu melempar Kia hingga Kia terjatuh di atas king size milik Reval. Mau tak mau Kia mengganti pakaiannya, dan Kia mengajak Reval membeli bubur yang ia inginkan setelah mengenakan Hoodie dan celana panjang milik Reval sesuai yang Reval perintahkan.

"Enak?"

Kia mengangguk senang, saat ini mereka sudah berada di taman kota dekat rumah Reval. Kia yang masih asik memakan bubur yang tadi Reval belikan, hingga tak sadar bahwa ia belepotan, Reval dengan sigap mengelap sisa bubur yang berada di sudut bibir Kia dengan tangannya tanpa rasa jijik, Kia men yengir polos, hal biasa yang pasti Kia dapatkan saat makan bersama Reval, tapi walaupun hal biasa dan sering terjadi, jantung Kia serasa ingin copot.

"Ki," panggil Reval. Kia menoleh.

"Suara adzan yang berkumandang, sama suara lonceng gereja, bisa bersatu gak ya?" tanya nya.

Kia yang mendapat pertanyaan seperti itu lantas menghela nafasnya. "Apa lo tega ngambil gue dari Tuhan gue?"

Reval menggeleng lesu.

"Gue minta putus sama lo, bukan hanya karna pacaran lama-lama itu dosa, tapi keyakinan kita yang berbeda tidak bisa ditentang lagi, gue gak mungkin ngambil lo dari Tuhan lo, lo juga gak akan ngambil gue dari Tuhan gue, selamanya tasbih yang gue genggam gak akan bisa bersatu sama kalung salib yang ada di leher lo."

"Tapi gue sebenarnya gak rela juga sama perbedaan kita, lo tau kan cita-cita gue pingin nikahin lo?"

"Kita udah dikasih kesempatan 4 tahun, Val. Kita gak bisa lanjut lagi, kalau lanjut lagi, semakin sakit, Val." gumam Kia.

Posesif Mantan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang