08. Tentang Dia

34 18 1
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

- SELAMAT MEMBACA -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08. T E N T A N G D I A
"Bagaimana akhirnya nanti, dia tetap jadi tokoh favorit dalam cerita ini"

༻❁༺

Terkadang, apa yang kita inginkan tidak sesuai apa yang kita bayangkan dan itu adalah hal wajar, karena tidak semua realita itu seindah ekspektasi.

Malam ini, ditemani teh dan beberapa camilan, Esha kembali melanjutkan kisahnya. Kali ini, dia tidak menulis melainkan menggambar. Esha suka menulis dan menggambar, semua yang ada dipikirannya mampu dia tuangkan di sana. Sudah coretan ke berapa sekarang, Esha menggambar potret Agha yang dia ambil dari kamera ponselnya beberapa waktu lalu.

"Agha, maaf ya sering fotoin diem-diem"

Esha suka segala sesuatu tentang Agha, dari caranya menatap, cara menyampaikan sesuatu, hingga cara Agha men-treat seseorang. Esha suka semua itu. Menurutnya, Agha itu baik, sangat baik. Semoga semesta juga selalu baik kepada Agha. Esha selalu berharap itu, walaupun pada akhirnya perasaan Esha akan raib ditelan waktu, tetapi Esha yakin doanya akan abadi bersama kehendak Tuhan. Karena Esha tau, dia dan Agha tidak pernah mungkin untuk bersama.

Maka, izinkan Esha mencintai Agha melalui Tuhan.

"Agha itu baik, Agha suka silat, Agha suka pedes, Agha suka susu strawberry" Esha menuliskan itu pada isi scrapbooknya. Scrapbook yang entah kapan akan sampai di tangan Agha.

Esha tersenyum hangat, memandang isi itu. Esha susah untuk menaruh hati kepada seseorang dan saat ini dia menemukan letak hatinya untuk berlabuh, walaupun pada akhirnya tetap sama saja. Sejauh apapun, sebesar apapun, perasaan Esha akan selalu menjadi perasaan sepihak.

Tangannya mengusap hidungnya, darah segar mengalir lagi dari sana. Akhir-akhir ini Esha sering mimisan, sepertinya kelelahan atau mungkin terlalu banyak pikiran.

"Habis lama-lama darah gue kalau tiap hari kayak gini terus" cicit Esha menggulung tissu untuk hidungnya.

"Udah di gigit nyamuk, terus mimisan, belum lagi yang bulanan itu. Hadeh" Dia membuka stok tablet tambah darahnya, untung masih.

Esha memutuskan untuk berbaring setelah darah itu berhenti, mengistirahatkan badannya, walaupun pikirannya masih berkelana entah kemana. Memejamkan mata, Esha terlelap begitu saja, tanpa menyadari Yava menghampirinya untuk menghantarkan buku yang dipinjamnya tadi.

"Kakak keliatan capek banget" Yava menarik selimut untuk Esha, menelisik mengapa banyak tissu disana.

"Kakak mimisan lagi?" Tanyanya pada diri sendiri, dia membuka laci yang biasanya digunakan Esha menyimpan obatnya. Ada, Esha sudah membelinya tadi. Setelah ingin menutup lacinya, gambaran Esha masih terpampang disana membuat Yava tersenyum jail. Rupanya kakaknya itu sungguh-sungguh sedang jatuh hati kepada seseorang.

PESAN ANILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang