10. Aliran Air

20 19 0
                                    

- SELAMAT MEMBACA -

- SELAMAT MEMBACA -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10.  A L I R A N   A I R
“Cukup ikuti saja aliran air itu, pasti akan sampai di ujung kebebasan nantinya”

༻❁༺

"Kakak kurusan" celetuk Yava tiba-tiba. Membawa bakul nasi dan lauknya menuju Esha.

"Kakak gemuk kamu protes, kakak kurus kamu protes juga. Kamu mau kakak kayak gimana Va?"

"Yava mau kakak sehat" Yava mengambilkan nasi untuk Esha, sedikit lebih banyak dari porsi biasanya.

"Kakak makan yang banyak ya, Ayah tadi beli lauk banyak" ujar Yava semangat, laki-laki itu membuka satu per satu kantong plastik bawaan ayahnya sore tadi.

Yava makan dengan lahapnya, melihat seperti itu. Dalam hati, banyak sekali kata maaf yang ingin Esha sampaikan, banyak sekali kata andai yang ingin Esha utarakan. Esha, berpikir dirinya bukan seorang kakak yang berguna.

Siapa dia yang selalu tidak ada disaat Yava membutuhkannya? Bahkan laki-laki umur 10 tahun itu dipaksa kuat oleh keadaan.

"Kak" Esha mendongak, menatap Yava yang tampak ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Kenapa Va?"

"E-eh enggak deh, besok aja. Yava udah selesai makannya, Yava ke kamar dulu ya" Yava bergegas membereskan piringnya, membawanya ke wastafel lantas berjalan ke kamarnya. Meninggalkan Esha dengan renungannya.

Esha mengembuskan napas perlahan, rumahnya terasa sepi. Orang tuanya pergi bekerja, shift siang dan akan pulang nanti pukul sebelas malam.

Ting

Satu notifikasi muncul, lock screen yang tadinya hanya ada waktu dan suhu kini menampilkan tampilan lain.

Agha, laki-laki itu makin dekat saja dengan Esha. Agha membalas pesan yang dikirimkan Esha tadi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PESAN ANILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang