11. Marah

55.1K 10.9K 743
                                    

"Mau makan pake apa? Gue buatin," tawar Kila setelah Vano selesai sholat isya dan melipat sarung serta sajadahnya.

"Gausah makan, gue mau langsung tidur," jawab Vano tanpa menatap Kila sama sekali.

"Ish tapi kan lo belom makan dari pulang tadi!!"

Vano mengeraskan rahangnya. "Gua bilang kaga ya kaga, paham gak sih lu?"

Hati Kila mencelos mendengar bentakan Vano. Cowok itu sifatnya memang dingin dari lahir. Jadi dia sulit membedakan kapan saat Vano biasa saja padanya atau sedang marah.

Tapi sepertinya kali ini Vano memang sedang marah. Sejak pulang tadi sifat cowok itu beda.

Kila lalu berinisiatif menyusul Vano yang akan menaiki tangga. Menarik ujung kemeja lelaki itu dan menatapnya dalam.

"Van, marah ya? Gue ada salah?" tanya Kila dengan wajah memelas.

"Gatau dah,"

Kila terdiam ketika Vano meninggalkannya lagi. Ia berusaha mengingat kesalahan apa yang dia buat tadi hingga cowok itu jadi marah padanya.

Oh iya, dia teringat pesan Vano sebelum berangkat tadi.

"Kalo bisa di rumah aja, jangan ke mana-mana,"

Dia melanggarnya. Pantas saja Vano marah.

"Vano!!" Kila menghampiri Vano lagi yang sudah berada di lantai 2, menarik ujung kemejanya hingga cowok itu berbalik dan meliriknya dengan sinis.

"Apa lagi?" tanya Vano dingin.

"Gue minta maaf," sesal Kila.

"Apa salah lo?"

"Gue.. Gue ngelanggar perintah lo tadi. Lo bilang jangan keluar rumah, tapi gue malah ke luar rumah buat samperin lo sekalian bawa dot Leon yang ketinggalan,"

Vano masih terdiam. Ia bahkan memalingkan wajahnya. Sedangkan Kila meremas jari-jarinya takut. Ia tak tahu Vano akan semarah ini padanya.

"Gue ngaku gue salah, Van. Lo mau maafin gue kan?" tanya Kila hati-hati.

Kila mendengar Vano menghela napas berat. "Lo ga salah Kila, gue yang salah,"

"Eh? Kok.. lo yang salah?"

"Gue salah kesel pas lo senyum ke Leon tadi, padahal gue gaada hak buat cemburu. Sorry Kil," ucap Vano membuat Kila terhenyak.

VANOKILA: UNDER THE SAME ROOFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang