22. Bioskop

41.8K 8.5K 2.9K
                                    

Hari ini Vano terpaksa mengajak Kila ke bioskop dan belanja ke Mall. Pasalnya, Kila ngambek seharian tanpa sebab sampai tidak mau makan dan mandi.

Tapi setelah diajak jalan-jalan, benar saja, mood Kila kembali lagi seperti semula. Menyogok cewek itu memang sangat mudah.

"Jadi, mau nonton apa kita?" tanya Vano setelah mereka sampai di bioskop.

"Fifty Shades Of Grey boleh," jawab Kila tanpa mikir.

Vano mendecak. "Jangan ngadi-ngadi."

"Kalo gitu 365 Days deh!"

"Nonton sendiri aja lah njir."

"Ish! Ya udah nonton horror aja."

"Sejak kapan lo suka nonton horror?"

"Sejak gue pen modus biar bisa sekalian meluk elu," batin Kila.

"Dari lama kok. Lo yang ga merhatiin gue kali." jawab Kila.

"Serah lo deh."

Mereka berdua pun memutuskan untuk menonton film horror thriller yang sedang ramai akhir-akhir ini. Namun tetap saja ada kendala.

"Maaf Kak, film ini khusus dewasa," kata mbak-mbak penjaga karcis bioskopnya ketika melihat wajah Kila.

"Mohon maap mba, umur dia 23. Emang ga keliatan kaya tante?" sambar Vano membuat Kila menyenggol lengannya.

Vano hanya menahan tawa melihat Kila yang kini menggembungkan pipinya sebal. Lucu sekali.

Jadi ingat ketika pacaran dulu, Vano sering sengaja membuat Kila kesal hanya demi melihat wajah cewek itu ketika marah. Gemas.

Gadis penjaga loket tersenyum sungkan dan memperbolehkan mereka membeli karcis, kemudian menanyakan seat yang diinginkan Vano dan Kila.

Tadinya Kila menunjuk seat paling belakang dan dipojokan karena ia ingin berduaan dengan Vano tentunya, lebih bagus lagi kalau mereka bisa kiss. Astagfirullah Kila tobat nak.

Tapi Vano panik, dia takut disangka aneh-aneh oleh mbak-mbak itu dan takut Kila baper juga, akhirnya ia pun memaksa Kila untuk duduk ditengah-tengah saja.

"Gapapa deh, yang penting berdua sama Vano. Sepi juga bioskopnya," batin Kila.

"Popcornnya 1 yang asin ya mbak. Lo mau rasa apa, Kil?" tanya Vano.

"Gue bareng lo aja. Beli 1 aja Van, gue cuma minta dikit kok."

"Beneran? Terus minumnya?"

"Sama aja."

"Hm oke."

Well, sebenarnya itu cuma modus. Kila memang sengaja karena kalau popcornnya satu, kan pas ngambil bisa aja ga sengaja nyentuh tangan Vano.

"Teater 3 telah dibuka. Penonton yang telah memiliki karcis dipersilahkan masuk kedalam ruangan teater."

Mendengar pengumuman tersebut, Vano dan Kila pun masuk kedalam teater.

Film belum dimulai, jadi kedua anak manusia itu menikmati snack nya masing-masing sambil menonton iklan. Vano meminum softdrinknya, sementara Kila mengunyah popcorn.

Dan setelah itu Kila gantian meminum softdrink yang tadi diminum Vano sembari menggigiti sedotannya. Jantung Vano berdebar kencang.

"Itu kan.. bekas bibir gue." batin Vano dalam hati, wajahnya seketika memanas. "Berarti kalo dia minum.. sama aja dia nyium gue secara ga langsung dong? Anjir, dosa ga nih gue?"

"Van? Kenapa liatin gue kayak gitu?" Kila mendadak menoleh, menyadari Vano tengah memperhatikannya, membuat Vano sontak kaget.

"Eh? Mau minum ya? Nih, maaf yaa gue bagi dikit tadi," ucap Kila tak enakan.

Vano menggeleng, langsung gelagapan begitu Kila menyerahkan gelas softdrink pada Vano dengan polosnya. "Eng-enggak, Kil.. gausah.."

"Kenapa? Kok kaget gitu? Ga boleh ya?" tanya Kila sambil memiringkan wajahnya seperti anak kecil. Wajah Vano semakin memerah melihat tingkah laku Kila yang menggemaskan. "Sorry ya, Van."

"Bukan gitu! B—Boleh kok Kil.." jawab Vano salah tingkah.

"Sial, ini cewe ga sadar apa abis minum bekas bibir gue?" batin Vano.

Kila memalingkan wajahnya dan kembali menghisap sedotan itu sambil menatap layar dengan sangat menghayati. Vano yang memperhatikan itu tambah ketar-ketir dan merinding disko.

Diam-diam Kila tersenyum iblis. Akhirnya bisa kiss sama Vano walaupun ga secara langsung.

Selang beberapa menit, film pun dimulai. Kila kelihatan gelisah ketika adegan mencekam diputar. Wajah cantik gadis itu pun berubah pucat.

"Takut, hm?" Vano melirik Kila curiga. "Gue bilang juga apa. Sejak kapan lo suka nonton horror? Udah tau penakut malah sok berani."

"G—Gue emang suka kok," jawab Kila namun matanya lari ke mana-mana.

Vano menghela napas berat. Dia tidak suka melihat Kila ketakutan seperti itu.

"Ya udah jangan takut, sini sembunyi," Vano membuka resleting jaket Revolvernya kemudian menyingkapnya, menyuruh Kila masuk ke dalam sana.

Kila spontan terbelalak kaget, menatap Vano dengan ragu. SERIUS INI TEH?? DIA YANG NAWARIN?

"Sini cepet, sembunyi," suruh Vano lagi.

Tidak mau melewatkan kesempatan, Kila langsung masuk ke dalam jaket Vano dan membenamkan kepalanya di dada bidang Vano sambil memeluknya seakan tak mau lepas.

Lalu Vano membalas pelukan Kila lebih erat lagi seraya menutup jaketnya seolah menyembunyikan gadis itu. Melindunginya dari jumpscare-jumpscare di film ini yang menakutkan.

"Udah ga ada yang serem lagi kan? Jangan takut lagi," ucap Vano seraya mengusap rambut Kila agar gadis itu merasa nyaman.

Kila melirik Vano dari bawah. "Masih kebayang setan yang tadi,"

"Ada gue, nanti gue bunuh setannya. Peluk yang kenceng kalo takut," Vano menarik nafas dalam-dalam, memanfaatkan kesempatan itu untuk mencium rambut Kila yang wanginya seperti bayi.

Sialan. Dia khilaf lagi. Tapi dia juga tidak ingin melepaskan Kila sekarang.

Mendengar perintah Vano, Kila pun mengeratkan pelukannya. Menyandarkan kepalanya di dada Vano hingga ia dapat mendengar detak jantung laki-laki itu yang berdetak sangat cepat. Sama sepertinya.

Apakah perasaan Vano juga masih sama sepertinya?

Atau, perasaannya sudah untuk orang lain selain dirinya?

VANOKILA: UNDER THE SAME ROOFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang