28. Kiss???

47.8K 6.8K 1.5K
                                    

"VANO!! KOK GA BANGUNIN AKU SAHUR SIH!!"

Teriakan Kila membuat Vano yang baru saja balik dari masjid lengkap dengan peci dan sarungnya geleng-geleng kepala.

Cewek yang mengenakan piyamanya itu bahkan masih mengucek-ngucek mata sambil memeluk bantal ketika keluar dari kamar. Menandakan ia baru bangun tidur. Dan ini sudah jam satu siang.

"Gimana mau bangunin? Lo aja gue bangunin bilangnya tar tor tar tor mulu. Mana ngiler lagi, terus ngigo—"

Mata Kila yang tadinya ngantuk langsung melotot. "NG—NGIGO APA?!!"

"Ngigo cosplay jadi monyet," ucap Vano membuat ruh Kila serasa ditarik dari tubuhnya. Bagaimana bisa..

Melihat wajah panik Kila, Vano malah terkekeh. "Bercanda njir, panik amat."

"SIALAN VANO!!" teriak Kila refleks sambil menendang kaki Vano.

"Kenapa sih ga bangunin gue ish?! Padahal kan aku pengen pamer sahur bareng ayang," ujar Kila sok menye-menye.

Vano mengkepret Kila dengan pecinya. "Minum, lo puasa tapi ayang-ayangan."

"Eish!!" Kila mencebikkan bibir. "Yaudah nanti pas bukber deh! Pokoknya kita harus foto bareng gak mau tau!"

Vano mendecak. "Puasa tuh ibadah, Kila. Bukan pamer-pamer ayang."

"Yaudah abis lebaran!"

"Serah lu Kil, serah."

Vano menyerah, ia hendak berjalan ke kamarnya namun matanya melirik Kila yang kini tengah duduk di sofa sambil memeluk bantal.

"Sholat, bukan bengong," tegur Vano.

"Nggih, Pak Ustadz."

Vano menghela napas. "Mumpung lagi puasa, lo ga ada niatan mau maaf-maafan gitu sama ortu lo?"

"Ga."

"Terus mau sampe kapan lo berantem sama mereka? Bentar lagi lebaran, Kil."

"Entah."

"Gue yang bantu ngomong ke mereka deh—"

Kila melirik Vano sinis. "Lo ngusir gue?"

Vano meneguk ludah. Kenapa jadi galakan dia.

Padahal, Vano tidak bermaksud mengusir Kila. Ia hanya bingung kenapa cewek ini tak ada tanda-tanda berbaikan dengan orang tuanya sama sekali.

"Ga gitu maksud gue, Kil," ujar Vano lembut. Namun terlihat dari manik mata Kila, sepertinya cewek itu tak suka membahas ini lebih lama lagi.

Sepertinya masalah dengan orang tuanya cukup serius?

***

Keesokan harinya..

Kila berlari sekencang-kencangnya tanpa tahu arah dan tujuan. Tak peduli dengan hujan deras yang membasahi tubuhnya, ataupun teriakan kedua orang tuanya yang memanggil-manggilnya tanpa henti.

Sungguh sial ia hari ini. Ketika pulang kampus ia malah bertemu kedua orang tuanya di jalan dan diteriaki di depan umum.

Gadis itu bersembunyi dibalik gang kecil ketika tak mampu lagi berlari. Perutnya kosong dan dia tidak dapat merasakan tubuhnya lagi kecuali jantungnya yang berdebar lebih cepat.

Oh iya, dia baru ingat belum memakan apapun saat sahur dan berbuka sejak kemarin karena terus-terusan kepikiran soal Vano. Ia takut Vano sudah tidak betah padanya dan mengusirnya dari rumah.

Ketika ia ingin keluar dari gang dan kembali menerobos hujan, pandangannya mendadak berputar-putar.

"Kila?"

Tiba-tiba Kila mendengar suara laki-laki yang familiar di dekatnya. Hati Kila mencelos. Gadis itu mengadah, dan menemukan wajah tampan yang tengah menatapnya dengan panik. Vano. Pemilik suara itu.

Kila baru saja ingin meresponnya, tapi detik kemudian pandangannya menjadi gelap gulita.

Dia tidak sadarkan diri.

***

Sambil menggendong Kila dengan susah payah, Vano membawa Kila yang tak sadarkan diri ke dalam kamar, lalu menidurkannya diatas tempat tidurnya.

Dia memperhatikan wajah Kila sambil menyentuh dahinya dengan telapak tangannya, dingin. Apa yang telah gadis ini lakukan sampai pingsan?

"Lo pikir lo ngapain jalan ujan-ujanan kayak gini? untung ada gue, kalo engga mau jadi apa lo?" tanya Vano ketus, padahal dalam hati sangat khawatir pada Kila.

Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang? Mengompresnya? Mengganti bajunya? Hah... Apa? Mengganti bajunya?! Tidak, tidak, tidak. Dia tidak mungkin melakukannya.

Wajah Vano spontan memerah, membayangkannya saja sudah membuatnya hampir gila.

"Kil. Emang gabisa ya, lo sadar bentar buat ganti baju baru merem lagi?" Vano berbicara sendiri saking paniknya.

Vano melirik kaos putih yang dikenakan Kila hampir transparan karena basah akibat hujan. Spontan ia meneguk ludah. Sialan!! Jangan gila Vano, kalo lo ngebiarin dia gitu aja, lo sama aja bikin dia sakit, bego!!

Dengan terpaksa, Vano pun mengambil handuk, baju kemeja milik kila lemarinya, lalu kembali lagi untuk mengeringkan setiap lekuk tubuh Kila yang basah dengan handuk; dari ujung kaki hingga rambutnya.

Sialan, sialan, sialan. Baru begini saja jantungnya serasa mau copot.

"Plis jangan tiba-tiba bangun dan nampar gue. Gue cuma mau nolongin lo," batin Vano sembari menanggalkan pakaian Kila dan melemparnya ke sembarang tempat.

Secepat kilat dia langsung memakaikan Kila kemeja putihnya. Sekujur tubuh Vano gemetaran ketika memasang kancingnya satu persatu, Rasanya dia akan mimisan sebentar lagi. Atau malah gantian pingsan.

Kenapa bisa-bisanya dia malah mengambil kemeja dan bukan kaos yang bisa langsung dipakai. Sepertinya dia sudah gila.

Vano baru saja selesai mengganti pakaian Kila dan menghela nafas setelah sedari tadi dia lupa caranya bernafas. Tapi sialnya tiba-tiba gadis itu terbangun. Vano spontan terlonjak saking kagetnya.

"V—Van, lo ngapain— hmmmpp!!" Ketika Kila akan berteriak, Vano membungkam mulut berisik gadis itu dengan ciumannya.

Tubuh Kila seperti disengat listrik. Ia tak bisa berontak, berpikir, apalagi berbicara. Karena kini Vano bahkan mencengkeram pinggangnya agar tidak bisa melakukan perlawanan sedikitpun.

Dan detik kemudian, Kila pun terbangun dari tidur siangnya dengan keringat bercucuran. Dilihatnya jam dinding sudah menunjukan jam 5 sore. Sebentar lagi maghrib.

"VANOOO, GUE BATAL PUASAA!! HUAAA!!" teriak Kila histeris membuat Vano spontan menghampirinya.

"Hah? Kok bisa?!"

"GUE MIMPI BASAH!!"

"Hah? A—Apa?" tanya Vano bingung. Sejenak mengira pendengarannya keliru.

"Gue mimpi keujanan terus lo gantiin baju gue, terus..." jelas Kila dengan gemetar sambil memeluk lututnya erat-erat. "Terus lo cium gue, Vano. Huwaaaa gue dosaaa!!"

"Blough," umpat Vano tak habis pikir.

VANOKILA: UNDER THE SAME ROOFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang