4. Descendants

502 42 0
                                    

*drtdrt* ponsel Renjun berbunyi ketika Renjun tengah asyik memainkan ponselnya. Renjun pun segera membuka pesan yang dikirim Jeno.

From : Jeno.
Gue udah sampe.

To : Jeno.
Oke, gue otw.

Renjun segera memasukkan ponselnya. Berjalan keluar dengan perlahan, agar Jaemin tidak bangun dari tidurnya atau tidak memergoki Renjun.

Bisa bahaya kalo Jaemin sampe mergokin Renjun.

Setelah ia berhasil keluar dari rumahnya, ia langsung bernafas lega dan mulai lari menuju luar komplek.

"Ahjussi, jangan di gembok ya! Aku mau keluar dulu soalnya." Pinta Renjun kepada satpam penjaga kompleknya.

Jeno terkekeh melihat itu. "Palli Renjun-ah!" Bisik Jeno yang sedikit berteriak.

Renjun mendecak. "Sabar!" Rutuk Renjun dan mulai naik ke belakang jok motor Jeno. Melingkarkan tangannya ke pinggang Jeno, baru-lah Jeno menjalankan motornya.

Jeno terus menjalankan motornya seperti dia sedang berada di area racing. Padahal ini jalanan biasa, hanya karena jalanan sepi, Jeno pakai kesempatan ini buat latihan sebelum race.

Dan tidak butuh waku lama, mereka sampai di tempat racing.

"Lo bisa kalah kalo kayak gini." Ucap Renjun ketika Jeno sampai di tempat racing.

Jeno menautkan alisnya bingung, ia langsung menoleh menatap Renjun. "Maksudnya?" Tanya Jeno.

"Balapan lo nanggung. Lo masih takut buat gas sampai akhir." Ucap Renjun.

"Itu karena gue bawa lo! Gue gamau ya lo sampe kenapa-napa. Bisa habis gue sama Mark Hyung!" Peringat Jeno.

"Anggap aja gue gaada. Lo terus gas, jangan nanggung kalo balapan. Lo bisa kalah kalo kayak gini terus. Gausah takut, gue gak keberatan kok. Gue juga yakin kalo lo gak akan buat gue celaka. Lo itu pembalap yang handal Jeno." Ucap Renjun, memberikan Jeno kekuatan.

Jeno tersenyum mendengarnya. "Beneran gapapa?" Tanya Jeno.

"Heum, anggap aja gue gaada. Jangan sia-siain kesempatan ini karena takut, oke?" Ucap Renjun yang di balas anggukan kepala oleh Jeno.

"Renjun!" Teriak seseorang yang mulai menghampiri Renjun.

"Tuhkan tebakan aku benar yang! Renjun dan Jeno bakalan ikut!" Ucap Haechan, teman Renjun dan juga kekasih Sungchan, adik dari Jeno dan Mark.

"Loh Noona ikut? Bukannya Mark hyung ngelarang?" Tanya Sungchan bingung.

"Iya! Lo jangan bilang-bilang makanya! Mark hyung gak bakalan tau kalo lo gak kasih tau!" Peringat Jeno.

"Iya Chan. Jangan kasih tau Mark Oppa ya." Pinta Renjun.

"Chan mana nih? Haechan atau Sungchan?" Tanya Haechan.

Renjun mendecak kesal. "Lo berdua lah! Kalian berdua-kan mulutnya gabisa diem! Kadang juga suka keceplosan di depan Mark Oppa!" Sentak Renjun yang di balas kekehan oleh Haechan dan Sungchan.

"Gak akan bilang kalo ada uang tutup mulutnya." Sahut Sungchan.

Jeno mendecih. Ia udah tau kalo hal ini bakalan terjadi. Dengan malas, Jeno langsung mengambil uang-nya yang ada di dompet, yang ia letakan di saku celana-nya, lalu memberikan uang itu ke Sungchan dan juga Haechan.

"Puas?!" Sentak Jeno yang di balas anggukan kepala oleh Haechan dan Sungchan.

"Sekarang saatnya masuk ke balapan inti! Bagi yang ingin mengikuti balapan ini? Silahkan menuju garis start!" Ucap Minghao yang merupakan pemegang acara.

Semua yang ikut balapan inti pun mulai memasuki garis start, termasuk Jeno dan Renjun.

Setelah semuanya berada di garis start, Minghao mulai mengambil uang taruhan yang telah di tetapkan.

"Ingat! Jangan nanggung balapannya!" Bisik Renjun, sebelum Jeno memakai Helmet-nya.

Jeno menganggukkan kepalanya dan mulai meyakinkan dirinya.

Setelah mengambil semua uang taruhan, Minghao langsung memanggil gadis pembawa bendera.

"Siap?" Ucap sang gadis yang langsung di balas geberan motor.

"Satu..... dua..... tiga...." Ucap sang gadis, melemparkan bendera yang ia bawa.

Para pembalap langsung menjalankan motornya ketika sang gadis melempar bendera-nya. Termasuk Jeno.

Jeno langsung menginjak pedal gas-nya, angka spedometer yang ada di motornya langsung menunjukkan batas akhir.

Seperti yabg Renjun katakan, bahwa balapan jangan nangung. Akhirnya Jeno mengikuti kata Renjun. Dia terus menancapkan gas-nya, seperti motornya tidak memiliki rem.

"Yoksi! Seperti yang aku duga bahwa Lee Jeno-lah pemenangnya!" Ucap Minghao ketika melihat Jeno melewati garis Finish.

Jeno tersenyum puas, ia langsung memeluk Renjun tanpa sadar karena senang dirinya menang.

"Gumawo Lonjwin-ah." Ucap Jeno di perpotongan leher Renjun.

Tanpa sadar Renjun juga tesenyum, membalas pelukkan Jeno. "Tidak perlu berterima kasih. Aku juga senang menjadi partner balap-mu." Ucap Renjun.

***

Pagi tiba. Renjun dan Jaemin yang sudah rapih memakai seragam plus atributnya, segera bergegas ke bawah untuk sarapan.

"Loh, Eomma sama Appa sudah pulang?" Tanya Renjun bingung ketika melihat Eomma dan Appa-nya yang sedang sarapan bersama di ruang makan.

"Itu sambutan kalian ketika Eomma dan Appa pulang?" Tanya Winwin tak percaya ketika mendengar sambutan anaknya.

"Kenapa emangnya? Kalian gak suka kami pulang, agar kegiatan kalian bersama kekasih kalian tidak di ganggu?" Sambung Yuta.

"Aniya, Eomma dan Appa kenapa pulang-pulang sensi kayak gini sih?" Tanya Jaemin yang sudah berhambur ke pelukkan Winwin dan juga Yuta.

"Paling proyek mereka gagal, atau Eomma yang langsung minta pulang setelah Appa menyelesaikan pekerjaannya, dan itu membuat Appa kesal karena Appa ingin honeymoon membuat adik bayi untuk kita." Celetuk Renjun yang langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Winwin.

Renjun acuh, ia lebih memilih untuk duduk di hadapan Winwin, samping Yuta.

"Bajja. Eomma-mu merengek minta pulang dan tidak mau membuat adik bayi dulu. Padahal-kan Appa masih ingin mempunyai anak laki-laki." Ucap Yuta yang di akhiri helaan nafas pasrah.

"Loh, Appa tidak nyerah untuk mendapatkan anak laki-laki?" Tanya Jaemin yang sedang memakan rotinya.

"Appa mana pernah nyerah sih Na. Dia-kan tinggal bikin doang, enak-lah. Lah kalo Eomma? Eomma udah nyerah karena selain capek menghadapi hormon Appa yang gaada habisnya. Eomma harus mengandung bayi sampai 9 bulan, belum mualnya, udah giu mengurusinya dari bayi sampai besar. Sedangkan Appa? Appa mah tinggal buat sama ngasih uang Eomma saja." Sahut Renjun.

"Yak! Appa-kan bekerja untuk kalian semua!" Peringat Yuta.

"Ck! Kalau hanya bekerja doang sih perempuan juga bisa. Perempuan saja bisa bekerja sambil mengurus bayi dan keluarganya. Masa Appa yang notabennya laki-laki hanya bisa bekerja doang." Balas Renjun.

Yuta menggeram kesal, tapi dia gak bisa marah atau kesal sama anaknya. Terlebih semua omongan yang di katakan anaknya benar.

"Yoksi! Seperti biasa, Nakamoto Renjun dan kalimat pedas serta masuk akalnya." Ucap Jaemin di sertai kekehan.

Winwin terkekeh. "Jangan kesal. Renjun itu turunan-mu. Kau dan Renjun itu sebelas-dua belas arra?" Peringat Winwin.

WATTOON - NOREN, MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang