10. The Truth

814 40 4
                                    

Ketika Jaemin berangkat, Renjun langsung bergegas mengambil kunci mobil-nya, serta tas kecil yang berisi dompet dan ponsel-nya, lalu Renjun langsung menuju rumah yang ia beli tanpa ada yang tau, guna mengambil mobil yang ia taruh disana. Ya, semua mobil dan motor hasil menang taruhan, dia taruh semua di sana.

Renjun sengaja memilih mobil yang baru, agar Jaemin ataupun Mark tidak mengenali dirinya. Setelah mengeluarkan mobil, Renjun mengikuti Jaemin yang telah masuk ke dalam taksi. Ia tau bahwa Jaemin tidak bisa menyetir mobil sendiri dan belum memiliki SIM.

Renjun terus mengikuti kemana taksi yang membawa Jaemin pergi. Sampai pada akhirnya taksi itu berhenti di sebuah taman yang sukses membuat Renjun bingung.

Jaemin keluar dari taksi itu dan langsung masuk ke dalam sebuah mobil yang tidak jauh dari taman.

"Itu bukan mobil Mark." Gumam Renjun, karena ia tau mobil Mark.

Mobil itu berangkat, setelah Jaemin masuk. Renjun langsung mengikuti kemana mobil itu pergi.

mobil itu terus jalan, membelah malam-nya kota Seoul dan akhirnya mobil itu berhenti di sebuah restaurant.

"mungkin benar kalau Jaemin sedang menghadiri ulang tahun teman--- Mark Oppa?" Pekik Renjun terkejut ketika melihat Mark yang keluar dari mobil itu.

Pikiran yang tidak-tidak mulai mendatangi pikiran Renjun, setelah melihat Mark keluar dari mobil yang dimana mobil itu ada Jaemin.

"Tenang Renjun-ah, kau tidak boleh berfikiran buruk." Ucap Renjun yang berusaha menenangkan pikiran-nya, tapi tangan-nya tak henti untuk mem-foto mereka berdua. Siapa tau foto ini berguna untuk ke depan-nya.

Renjun langsung menitipkan kunci mobil-nya kepada parkir valet untuk memarkirkan mobilnya, sementara dia bergegas masuk ke dalam, setelah melihat Mark dan Jaemin masuk ke dalam.

"Perkenal-kan nama saya Kim Haneun, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pelayan ketika Renjun ingin masuk. Ah, tepat-nya Renjun di cegat oleh pelayan yang menjaga pintu masuk, ketika Renjun ingin masuk.

"Apakah kalau mau makan disini, langsung masuk saja, atau pesan dulu?" Tanya Renjun, menatap pelayan wanita itu penuh senyuman.

"Kalau anda ingin makan disini, anda harus pesan dulu, atau ada janji temu dengan orang yang pesan disini." Ucap sang pelayan.

Renjun meng-gigit bibir bawah-nya ketika mendengar itu. Ia terus memikirkan berbagai macam cara, supaya ia bisa masuk ke dalam restaurant ini.

"Ah iya! Aku ada janji temu dengan Tuan Mark dan juga Nakamoto disini." Ucap Renjun.

"Sebentar, biar kami periksa dulu, apakah nama anda ada atau tidak." Ucap sang pelayan yang ingin memeriksa daftar reservasi.

Renjun langsung menahan orang itu. "Ah bukan itu maksud-ku. Aku harus ke dalam untuk menemui Nakamoto Jaemin untuk memberitahu hal penting dari Eomma Appa-ku. Kalau kau tidak percaya? Lihat-lah, Marga kita sama." Ucap Renjun, sekaligus memberikan Kartu Tanda Pengenal-nya.

Pelayan itu menatap ragu Renjun. "Ku mohon. Waktu-ku tak lama lagi. Eomma dan Appa sedang menunggu Jaemin. Aku berjanji tidak akan lama! Setelah memberitahukan amanah Appa dan Eomma-ku, aku akan langsung pergi." Pinta Renjun.

Pelayan itu menghela nafas-nya kasar. "Kau boleh ke dalam dengan syarat, kau harus menitipkan Kartu Tanda Pengenal ini sebelum masuk." Ucap sang pelayan yang langsung di angguki Renjun.

"Silahkan dan Terima Kasih karena telah mengizinkan aku masuk." Ucap Renjun yang langsung pergi ke dalam.

"Tunggu!" Ucap sang pelayan, menghentikan Renjun.

Renjun menoleh dengan gelisah. "Apa ada yang salah?" Tanya Renjun.

"Tuan Lee dan Nona Na ada di lantai 2, di meja nomor 56."  Ucap sang pelayan.

Renjun langsung masuk ke dalam dan menuju ke lantai dua, seperti apa yang pelayan ucapkan.

Netra Renjun langsung menatap sekitar untuk mengetahu keberadaan Mark dan Jaemin. "Tidak ada yang mengadakan party di sini." Gumam Renjun yang sedang melihat keberadaan Mark dan Jaemin.

Sampai pada akhirnya netra-nya menangkap keberadaan Mark dan Jaemin yang tengah berciuman di meja yang ada di luar sana. 

Tubuh Renjun melemas ketika melihat pemandangan itu. Pandangan-nya semakin memburuk karena air mata yang terus turun membahasi pandangan-nya.

Renjun langsung mengambil foto mereka yang tengah berciuman dan melumat satu sama lain, dan akhir-nya dia memilih untuk keluar dari restaurant ini dengan gontai.

Renjun keluar dan mengambil Kart Tanda Pengenalnya di pelayan tadi, lalu kakinya mulai berjalan menuju parkir valet untuk mengambil mobilnya.

Renjun langsung masuk ke dalam, setelah Mobil-nya datang. Dia langsung mengendarai mobilnya pergi, meninggalkan area restaurant dengan pandangan serta tatapan kosong.

Di sepanjang jalanan, Renjun terus menangis, di otaknya terus terputar adegan ciuman mesra antara Jaemin yang merupakan adik kandung-nya yang beda hanya beberapa menit, dan Mark yang merupakan kekasihnya. Mereka sudah menjalin kasih selama 3 Tahun lamanya. 

Renjun memilih untuk memarkiran mobilnya di pinggiran taman. Sungguh, rasanya untuk menyetir saja Renjun tidak bisa. Renjun terus menangis, memikirkan adegan ciuman antara Mark dan Jaemin, dan juga kenangan dirinya bersama Mark yang telah mereka habiskan selama 3 tahun lamanya.

Ah iya, sebenarnya mereka sudah mengenal dan dekat satu sama lain selama 5 tahun. Tapi Mark baru kasih kepastian dua tahun setelah mengenal Renjun.

***

Pagi tiba, Renjun membuka matanya ketika matahari yang mengganggu tidurnya.

"Eungh---" Gumam Renjun seraya melakukan perenggangan karena tubuhnya merasakan pegal, karena tidur sambil duduk.

Iya, Renjun akhirnya ketiduran di dalam mobil setelah menangis semalaman. Untung saja dirinya tidak di tilang atau di usir petugas keamanan yang sedang berpatroli.

Mengumpulkan nyawa-nya sejenak, sebelum akhirnya dia menjalankan mobil-nya untuk pulang ke rumah.

Sampai dirumah, Renjun sambut oleh Eomma dan Appa-nya yang Renjun yakini baru saja pulang dari perusahaan sang Appa yang ada di Jepang.

"Loh Renjun, kamu gak sekolah?" Tanya sang Eomma.

"Aku sedang tidak enak badan Eomma." Jawab Renjun dengan lesu.

Winwin langsung menghampiri sang anak, ketika mendengar anaknya sakit. "Kamu sakit?" Tanya Winwin, mengecek suhu tubuh Renjun.

Winwin menangkup wajah sang anak, agar bisa melihat wajah sang anak. "Kamu kenap--- Ya Tuhan Renjun, mata kamu kenapa?" Tanya Winwin yang tersentak kaget ketika melihat matta sembab Renjun.

Renjun menggelengkan kepalanya. melepaskan tangan Eomma-nya yang menangkup wajahnya. "aku gak papa Eomma. Hanya saja sedang tidak enak badan. Mata-ku tidak kenapa-napa. Sembab ini karena habis menonton film Miracel in cell no.7." Sahut Renjun asal.

"Yasudah ya Eomma, aku ingin pergi ke kamar dulu, ingin mengistirahat-kan tubuh-ku." Ucap Renjun, lalu pergi ke atas.

Sampai di kamarnya, Renjun langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang-nya, menutup mata untuk melanjutkan tidurnya. Sunggu, kepala Renjun sangat sakit karena habis nangis semalaman.

---

Jika di sana Renjun sedang tertidur pulas, berbeda dengan Jeno yang sedang bingung karena Renjun tidak bersekolah.

"Renjun kemana ya? Sakit kah?" Gumam Jeno.

WATTOON - NOREN, MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang