21. Unhappy without you

46 4 0
                                    

Tidak bisakah kita mengulang? Sedetik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak bisakah kita mengulang? Sedetik saja. Di mana kamu masih mencintaiku, bukannya melarikan diri dariku.
—Bia.

***

Bianca memainkan ujung penanya sejak guru masuk dan menjelaskan materi tentang pentingnya menjaga pertahanan dan keamanan negara. Ya, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bukan termasuk pelajaran yang sulit, meskipun memang tidak ada pelajaran yang sulit buatnya. Nilainya selalu paling unggul di antara teman-teman sekelas, bahkan teman satu angkatannya.

Bianca Ansyena atau yang lebih dikenal dengan sebutan Caca memang amat sangat ambisius dalam pelajaran. Teman-teman dan guru menganggap Bianca mempunyai masa depan yang bagus, setidaknya di semester pertama kelas dua belas saja Bianca sudah mendapatkan dua tawaran beasiswa untuk kuliahnya ketika lulus.

Walaupun termasuk tipe murid yang pintar tetapi Bianca masih suka memberi contekan kepada teman-temannya, dia juga tidak segan mengajarkan bila ada yang bertanya. Intinya Bianca memiliki kesan yang baik di mata semua orang. Menurut teman-temannya, Bianca nyaris sempurna dan tidak memiliki minus kecuali satu hal; menjadi mantan Arden.

"Ca, nanti kalau Pak Basuki nengok ke sini bilang-bilang, ya!" Fei berbisik di samping Bianca. Teman sebangkunya itu sudah menjadikan buku paket PPKN-nya sebagai tameng untuk menutupi makanannya. Fei memang suka makan, bahkan kolong mejanya sudah beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan makanan dibandingkan buku-buku pelajaran.

Sementara di belakang Bianca ada Siska dan Lia. Siska sibuk dengan cermin di tangan kanan dan gincu merah muda di tangan kiri, sedangkan Lia sibuk memainkan ponsel sibuk membalas beberapa pesan dari berbagai macam pria. Bianca yang melihat mereka bertiga hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah kenapa dia bisa bertahan di antara ketiga cewek aneh-aneh ini.

"Nanti balik ke PIM yuk!" ujar Siska sembari memanyunkan bibirnya di depan cermin. "Merek gincu langganan gue baru keluarin shades baru."

"Ayooo!" Lia berseru antusias, sedikit merendahkan suaranya takut dilempar spidol oleh Pak Basuki. "Pancake yang mau lo cobain kan buka cabang di PIM juga, Fei!"

"Wah, iyaaa, ayo-ayoo!" Fei hampir tersedak siomay dimulutnya yang belum sempat terkunyah halus saking antusiasnya memikirkan akan makan pancake kesukaannya. Untung saja Bianca sigap dengan menepuk-nepuk belakang tengkuk Fei sembari memberinya sebotol air mineral.

"Thank you, Ca."

"Untung enggak mampus lo," ujar Siska di belakang tertawa pelan.

"Lo ikut kan, Ca?" Lia berbisik bertanya pada Bianca, dan karena pertanyaan itu Siska dan Fei ikut memerhatikan Bianca. Seolah berharap kalau Bianca akan ikut bersama mereka.

"Lo pasti ada les ya, Ca?" Bianca belum memberikan jawaban tetapi Fei dan yang lain seperti bisa menebak kalau Bianca akan menolak. Lagi pula memang biasanya mereka hanya pergi bertiga tanpa Bianca. Mereka memang berteman di sekolah, tetapi jika di luar mereka seperti terbagi dua. Siska, Fei, dan Lia. Kemudian Bianca sendiri.

Adshilla, Pacar dari Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang