25. Tuan dan pengusik

60 4 0
                                    

Pada gedung tinggi menjulang di hadapannya, Bianca berdiri kaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada gedung tinggi menjulang di hadapannya, Bianca berdiri kaku. Perempuan dengan gaun hitam di atas dengkul itu mendongak, menatap betapa angkuhnya gedung di depannya ini. Di sebelahnya sudah ada asisten pribadinya, Niona. Bianca kemudian menoleh pada Niona yang membawa beberapa barang bawaan miliknya.

"Kamu masuk duluan aja, Nio," ucap Bianca memerintah, sementara Niona bukannya menuruti malah kebingungan. "Nanti saya nyusul, nggak akan lama. Tenang aja Nio, Tuan nggak akan marahin kamu."

Bianca berusaha menenangkan dan Niona pun paham bahwa majikannya pasti butuh waktu sendiri sebelum menghadapi Tuan. Sudah dua belas tahun bekerja, Niona tau betul kehidupan menyedihkan seperti apa yang sedang dijalani oleh seorang Bianca Ansyena.

Bahkan Niona berdoa, agar anak perempuannya di kampung tidak mengalami nasib seperti Bianca.

"Nona jangan jauh-jauh," kata Niona memperingati. Dia melihat layar yang menampilkan pesan dari Arjuna, asisten pribadi Tuan yang mengatakan kalau mereka akan sampai dalam waktu dua puluh menit lagi.

"Nona punya waktu dua puluh menit sampai Tuan datang."

***

Shilla memperhatikan gantungan kunci di tangannya. Pikirannya sedang dipenuhi oleh pemilik gantungan tersebut. Ini sudah kedua kalinya Shilla tidak bisa menjumpai Arden di sekolah. Tapi setidaknya kali ini Arden berpamitan, walau Shilla tidak tau kemana cowok itu pergi, masalah apa yang dihadapi, serta apa yang dilakukan Arden pun Shilla tidak tau. Shilla hanya bisa menebak-nebak melalui pesan yang dikirimkan seseorang tadi pagi padanya.

Gue cari tau, tenang aja. Sepertinya pemikiran lo sama kayak gue, Shil.

Shilla menertawakan keadaannya saat ini. Merasa bodoh sekaligus menyedihkan. Shilla dua tahun lalu tidak akan merasa seperti sekarang. Dia jadi menyesali keputusannya, ternyata benar kata Abiyan, dekat dengan Arden hanya akan terus mengingatkannya dengan Azriel. Bukan fisik melainkan suasana hatinya.

Tapi Shilla malah cari mati dengan datang dalam hidup Arden. Bersikap seolah dia bisa menebus kesalahannya. Seolah dia bisa memperbaiki segalanya serta mencegah hal buruk yang akan terjadi. Tapi lihat keadaannya saat ini? Dia malah pasrah dan bimbang setelah hampir lima puluh persen rencananya berjalan lancar.

"Shil?" Shilla menoleh, panggilan barusan membuyarkan semua isi pikirannya. Dia melihat cowok dengan tinggi menjulang di depannya itu sedang bersidekap. "Ada apaan?"

Galen tadi sedang nongkrong di kantin gedung angkatannya langsung beranjak meninggalkan mereka begitu melihat isi pesan Shilla yang mengatakan ingin bertemu di halaman belakang. Shilla kemudian menggeser posisi duduknya hingga menyisahkan sebagian tempat bermaksud mempersilakan Galen untuk duduk.

"Kalo lo cuma mau tanya Arden ada dimana." Galen duduk di sebelah Shilla, berdecak sekilas kemudian melanjutkan kalimatnya. "Jujur gue enggak tau, Shil."

Adshilla, Pacar dari Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang