24. Pengembali suasana

48 4 0
                                    

"Ar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ar..." Arden tersenyum menikmati pemandangan rona merah di pipi tembem Shilla. Sementara Shilla sudah menaruh kedua tangannya di atas dada. "Untung jantung aku buatan Tuhan, bukan buatan cina," gumam Shilla pelan dan hampir mengundang gelak tawa Arden.

"It's not your first time, Shilla."

"Iya, tapi tetep ajaaa!" sial, panas di pipi Shilla semakin bertambah saat Arden menyebut namanya. Sangat jarang terjadi dan Shilla menyukai suara Arden yang memanggil namanya. Terkesan seksi... haduh Shil sadar!

"Tetep aja apa?" tanya Arden, posisinya masih sama, berada di atas Shilla meskipun tidak menempel karena Arden menyangga tubuhnya dengan kedua lengan di sofa. Masih berusaha menahan diri.

"Iya, itu.." Shilla kehabisan kata-kata. Dia malah menutupi sebagian wajah dengan dasi yang ada di lehernya. Tapi Arden menyingkap dasi tersebut.

"Itu apa, Shilla?"

"Ya itu, tetep bikin jantungan."

"But your oke now. Lo nggak butuh rumah sakit kan?"

"Bukan jantungan yang kayak gitu, Arden!" Shilla hampir misuh, tapi ditahan. Ngambek di depan Arden bukanlah hal yang lucu. Shilla tidak ingin Arden jadi ilfiel karena tingkahnya.

"Terus?" Arden tau maksud Shilla, tapi dia hanya ingin menggoda saja. Sangat menikmati bagaimana reaksi cewek di hadapannyaini. Lucu dan menyenangkan hingga Arden lupa betapa kacaunya suasana hatinya dari semalam.

Arden tersenyum. Lebih lama dari senyum-senyumnya sebelumnya. Dia jadi menyesal kenapa tadi pagi malah berbohong untuk menghindar dari Shilla padahal nyatanya Shilla dapat membangkitkan suasana hatinya yang sebelumnya berantakan.

"Arden?" Shilla memanggil dengan tatapan aneh. "Arden sehat, kan?"

"Ha?" Arden bingung.

"Itu," gumam Shilla ikut tersenyum. "Arden senyum. Makanya Shilla tanya Arden sehat apa nggak? Jarang terjadi soalnya."

Arden gelagapan, sedikit salah tingkah. Lalu dia mengubah ekspresi wajahnya jadi sedikit lebih galak. "Sehat kok! Kenapa? Lo mau sumpahin gue sakit?"

Shilla menggeleng dengan cepat. "Nggak lah! Mana tega Shilla liat Arden sakit."

Arden bergerak untuk mengubah posisinya. Tangannya sudah mulai kebas soalnya. Dia menaruh kepalanya di samping bahu Shilla dengan sedikit menempelkannya.

"Besok gue nggak masuk," kata Arden yang tiba-tiba memberi informasi. "Gue takut aja lo besok cari-cari gue sekaligus biar lo nggak repot masak pagi."

"Mau kemana?" Shilla tidak fokus pada alasan Arden memberitahunya. Shilla hanya ingin tahu kemana Arden hingga memutuskan tidak masuk sekolah.

"Ada masalah."

"Masalah?" Shilla membeo, tidak mengerti. "Masalahnya besar?"

Arden bergeming dan malah memejamkan kedua matanya, sedikit menikmati bagaimana angin luar masuk ke dalam ruang tamu melalui kisi-kisi jendela yang ia biarkan terbuka. Ditambah sandaran kepalanya di bahu Shilla membuat Arden enggan waktu berlalu dengan cepat.

Adshilla, Pacar dari Masa DepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang