Coklat Susu 一

236 52 5
                                    

-----

Setelah malam itu, entah mengapa Bara lebih banyak berdiam diri, bahkan ketika Hanif datang ia selalu tidak ada di rumah, ya sebuah keuntungan untuk Hanif sih, ia jadi tidak perlu menghindari orang itu, sungguh ia malu jika harus mengingatnya.

Masalahnya, saat ia terbangun, yang ada hanya dirinya sendiri di sofa, dengan sebuah selimut yang ia berikan kepada Dara awalnya, dengan sebuah pesan dari Bara, yang entah dari mana mendapatkan kontaknya, pesan yang hanya menyuruhnya beristirahat cukup dan jangan melupakan makan. Sebuah perhatian kecil yang bikin paginya itu lebih cerah dari biasanya.

"Hahh.." Dara menghela nafas pelan, ia membenamkan wajahnya di meja. Hanif menatapnya heran.

"Kenapa dek?" Ia menurunkan kacamatanya dan menatap lekat gadis SMA itu.

"Tau kak Raka kan?" Hanif mengangguk.

"Kak Raka sama Kak Fares berantem," ucapnya pelan.

"Kenapa bisa?"

"Sepertinya cekcok, tapi mereka jarang begini, terakhir sepertinya udah lama.." pikirannya menerawang jauh, menatap lurus ke dinding.

"Fares itu temannya Raka?"

"Iya, teman sejak balita hahaha, mereka kan, tetanggaan dulu, sama kami juga sih, tapi kak Raka pindah rumah, terus kami juga pindah rumah," jelasnya.

"Ohh begitu, jadi ini Bara, Raka sama Fares itu temen sejak kecil?" Dara mengangguk.

"Oke, ayo lanjutin belajarnya, sudah selesai ceritanya." Lanjut Hanif, ia menyodorkan buku yang telah ia beri soal ke Dara.

"Heishh, ku pikir kakak tertarik!" Serunya kesal, Hanif hanya tertawa.

Tentu saja ia tertarik, tapi saat ini bukan waktu yang tepat, dan ia sedang tidak ingin membicarakan orang yang membuatnya malu karena kegiatan mereka sebelumnya.

.

Bara menghela nafas yang entah keberapa kali saat ini, menatap makhluk manis yang merupakan temannya itu, dia hanya diam seakan Bara tak ada di ruangan yang sama dengannya.

Namun tentu ia tau, orang di depannya ini sangat peduli dengan Raka, meski ia sering melontarkan kata-kata yang cukup bikin kesal, tapi tidak ada yang lebih menyayangi Raka lebih dari seorang Faresta.

"Res, mau sampai kapan diam begini?" Ia mendekat, duduk di sebelah kasur tempat sebuah gumpalan selimut yang ia tau itu pasti Fares.

"Res, udahan marahannya, tidak kasihan denganku?" Lagi-lagi ia bermonolog.

"Fares.."

Sunyi

"Res.."

Masih sunyi..

"Faresta.."

Tidak ada tanda-tanda ia akan bergerak.

Oke cukup sudah, ia kesal sekarang.

"Faresta Hanan!"

"- ck, apasih ganggu!" Tuh kan, kepala itu muncul dari balik selimut, menatapnya tajam, Bara menghela nafas lega.

Tapi meski Bara kesal, ia sungguh tidak bisa marah pada mereka berdua.

"Ayo sarapan, kamu belum makan dari lusa," ia menunduk, tersenyum tulus.

"Malas, ngga nafsu," lalu selimut itu tertutup lagi.

"Astaga!" Ia mengerang kesal, lalu menarik selimut itu turun dalam sekali tarikan, menampilkan Fares yang bergelung di kasurnya, seperti bola manusia.

thought [ ATEEZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang