Krim 一

361 44 6
                                    

-----

Faresta berjalan keluar dari kamarnya, menyadari ketiga perempuan itu sedang berkutik di dapur, entah apa yang di lakukan mereka, namun sepertinya sedang mengajari yang muda untuk memasak.

Melirik jam dinding yang menunjukkan jam 4 sore, Raka belum kembali, tadi pagi ia berniat ikut untuk membantunya membawa Bara, namun ia ingat, ada yang harus ia jaga di rumahnya.

"Res, Raka belum balik?" Teh Ina menoleh, ia melihat Fares yang duduk di meja makan, menumpu kepalanya di atas tangannya.

"Belum teh, dari subuh pergi," Fares menggeleng.

"Udah makan belum ya anak itu? Soalnya dari semalam kan belum makan," Erina bermonolog, ia duduk di depan adiknya itu.

"Sudah kayaknya, karena kalau tiap Bara mabuk, dia pasti beli bubur ayam."

"Dara, udah baikan teh?" Fares melirik gadis SMA itu, yang tampak asik dengan Erika.

"Udah, abis di tinggal Raka tadi pagi, dia pindah ke tempat Ika, lucu ya punya adek cewe,"

"Iya lucu, Dara kan adek kita semua teh," Fares tertawa pelan. Sebagai satu-satunya yang punya adik (read,Bara) maka Dara memang di perlakukan dengan baik, karena baik Raka maupun Fares, mereka berdua sama-sama terlahir sebagai anak bungsu.

"Jalan yuk res, teteh bosan, berdua aja," Fares melihat tetehnya itu lalu bangkit berdiri.

"Ayo teh, aku juga bosan," jawaban itu membuat senyuman mengembang di wajah cantik Erina.

.

"Bun, mana akang?" Zidan melongok ke dapur saat melihat akangnya itu menghilang.

"Tadi subuh pergi, belum balik sih," Bunanya menjawab tanpa melihat si bungsu, fokus memotong daun bawang.

"Bun, Fatih pulang," nah, baru di cariin udah muncul aja orangnya.

Tapi saat dua orang itu menoleh, ternyata Fatih tidak sendirian, ia bersama Raka. Duh, kalau Hanna melihat ia pasti kegirangan.

Masih ingat kan? Hanna itu penggemarnya Raka.

"Permisi tante," Raka tersenyum manis, buna yang awalnya cuek dengan keadaan anaknya langsung membersihkan tangan dan mendekati Raka.

"Aduhh, lebih cakep diliat langsung ya," memuji Raka yang memang manis dan menawan meski hanya memakai pakaian santai.

"Ahh, makasih tante .." Raka mengulum senyum, sebenarnya ia tadi mau nanya kenapa di bilang gitu namun ia ingat pertemuannya dengan Fatih pertama kali, di acara tanda tangan miliknya.

"Kang, darimana sih? Pergi subuh, pulang sore, kaya bang toyib aja," ia mendekat ke anak keduanya, memukul lengan anak itu, membuatnya meringis.

"Ngga sengaja ketemu bidadari bun, lupa pulang hehe," Raka yang mendengarnya itu mendengus kesal.

"Ohh, kemaren masih galau, sekarang udah ada kemajuan ya," ini Zidan, ia menyindir Fatih tentu saja.

"Galau kenapa mas?" Raka menoleh, menatap heran kearah Fatih.

"Ohh, di panggil mas nih?" Lagi-lagi Zidan, Raka semakin menekuk alisnya, ia bingung.

"Hush, udah jangan di godain akangmu, ayo nak Raka, tadi buna abis bikin kue, suka kue ngga?" Buna menarik tangan Raka, membawanya pergi meninggalkan kedua saudara itu.

Mata Fatih menatap Zidan sinis, menyuruhnya untuk diam namun tentu saja Zidan bebal, ia malah mengejek yang lebih tua dengan bahagia.

"Udah jangan galau mas~" Zidan menekankan kata mas dan menoel pipi akangnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

thought [ ATEEZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang