H-1 一

216 37 1
                                    

-----

Fares duduk terdiam menatap kedua tetehnya sedang bergelud satu sama lain, mereka mempermasalahkan warna pakaian yang akan di pakai besok, ia menatap keduanya jengah, sejak tadi mereka hanya bertengkar karena hal sepele.

"Teh Ina.."

"Warna pink bagus kan res?" Ini Ina.

"Ngga lah! Pink terus, bosan! Biru aja res, lebih bagus!" Ini Ika. Fares menghela nafas pelan.

"Teteh, konsepnya kan putih silver, kenapa malah ribut pink atau biru?" Lalu menatap keduanya datar.

"Ayolah, putih silver itu membosankan!" Sungut Erina, Erika mengangguk menyetujui.

"Kalau begitu protes saja pada Bang Raqif!" Sergah Fares.

"Mana bisa, kita ini hanya ingin tampil dengan baik sebagai pengiring pengantin," Erina terduduk, ia pusing dengan itu.

Tentu saja, mereka berdua di pilih menjadi pengiring pengantin nantinya, dan akan membawa dua keranjang berisi bunga mawar putih, dan sebab itu mereka harus berpenampilan berbeda dari kedua pengantin itu nanti.

"Kenapa tidak emas saja?" Fares memutar matanya malas, karena sungguh kedua perempuan yang lebih tua itu sangat ribet sekali!

"Bosan!" Keduanya menjawab dengan bersamaan.

"Lalu mau apa? Hitam?" Fares menyarankan dengan asal, ya siapa pula yang mau memakai hitam di acara pernikahan?

"Boleh juga!" Seru Erika, mata Fares membola.

"Hah? Ngga teh itu bercanda!" Gawat kalau sudah begini.

"Iya hitam bagus, aku terlihat ramping!" Erina membalas, ingatkan kedua orang itu bahwa mereka sudah terlampau ramping untuk ukuran perempuan!

"Hitam, silver dan putih, perpaduan sempurna!" Tampak oleh mata Fares bahwa Erika menggambar di bukunya.

"Kenapa tidak di ganti warna merah? Dengan corak bunga misalnya?" Sarannya, kini Fares duduk di sebelah Erika.

"Dengan dasar warna putih? Baiklah, nanti aku minta tolong temanku untuk mendesainnya," segera setelah itu ia menutup bukunya.

"Res, kamu pergi bersama Raka kan? Sudah siap pakaianmu?"

"Sudah teh, di bawakan Raka, sudah beres semua," Fares menyomot keripik kentang yang berada di tangan Erina, membuatnya protes.

"Ya sudah, kamu tidak mau menginap? Biasanya Raka akan berisik jika seperti ini," karena tadi Fares mengambil keripiknya, sekarang kaki Erina ada di atas paha adiknya, membalas dendam.

"Itu pasti nginap sih, tapi nanti saja, aku malas pergi sekarang," lalu Fares menendang kaki yang lebih tua.

"Hei? Jahat sekali sama teteh sendiri!" Protes Ina.

"Teteh juga jahat!" Balasnya.

"Sejak kapan?" Ina mendelik tajam.

"Kapan-kapan," lalu..

DUK!

"Sakit loh teh?!" Fares kesal karena di lempar bantal oleh Ika, ia merengut, lucu sekali.

"Berantem terus kalian berdua, sudahlah aku mau memasak saja," lalu ia melihat tetehnya itu pergi.

"Padahal yang tadi berantem kalian berdua.." mata Fares menyipit sinis.

.

Seperti yang di ucapkan tetehnya tadi, kini Fares tengah bersiap menuju rumah Raka, hanya beda dua blok saja, cukup dekat meski hanya di tempuh dengan berjalan kaki.

thought [ ATEEZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang