Boba 一

267 48 5
                                    

-----

Akhir-akhir ini kepala Hanif sering pening, entah ia hanya merasa tidak enak badan, namun jika di ingat-ingat ia memang sering mengabaikan waktu istirahatnya.

Ia mengejar skripsi dan juga mengajar.

Cukup padat, namun darimana lagi ia bisa mendapatkan uang jika ia tidak bekerja?

Ia mendesah pelan saat melihat tagihan iuran semester ini, ia bahkan tinggal skripsi namun mengapa bayarannya tetap banyak sekali?

Meski di potong beasiswa namun tetap saja masih banyak.

Hanif mengambil teleponnya, menelpon ibunya.

"Ma.." panggilnya.

Kenapa anak mama?

"Kapan kesini?" Hanif merebahkan dirinya di kasur, ia lelah sekali.

Kau sakit kak?

"Cuma ngga enak badan aja," jawabnya.

Skripsi sudah selesai?

Ah, lagi-lagi itu.

"Belum ma,"

Kenapa belum? Kau tahu kan kita ini bukan orang kaya yang bisa membayar biaya kuliahmu! Kau harus lulus dengan cepat agar tidak memakan banyak biaya!

"Tapi kakak bekerja ma, uangnya cukup, jadi jangan memberi lagi." Ia sudah tau pasti begini.

Tetap saja kak! Kamu kenapa tidak berhenti bekerja dan fokus kuliah saja?

"Terus aku dapat uang dari mana?" Ia menghela nafas pelan.

Akan mama kirimkan, bagaimana pun caranya, tugasmu keluar kota itu untuk kuliah, jadi cepat lulus dan bantu mamamu disini!

"Iya ma.."

Lalu telepon itu di putus sepihak.

Hanif menatap layarnya dan tertidur, kepalanya tambah berat dengan omelan ibunya itu.

.

Dara menghela nafas, menatap datar Bara.

Bagaimana bisa ia menjenguk orang sakit tanpa membawa apapun?

Salahkan kakaknya itu yang sangat pelupa, mereka sudah sampai di depan pintu dan ia tidak membawa buah maupun masakan yang telah di siapkan mami!

"Sana ambil!" Cerca Dara. Masih dengan posisi yang sama dengan sebelumnya, ia melipat tangan di dadanya.

"Panas dek, nanti ya? Masuk dulu yuk!"

"Yang punya rumah aja belum mempersilahkan!"

Hanif menatap keduanya dalam diam, ia menghela nafas.

"Masuk saja, tidak apa," ia tersenyum, lalu membiarkan kedua kakak-beradik itu memasuki rumahnya.

"Cih, kau ku tukar sajalah dengan Kak Hanif!" Sungutnya, ia memasuki rumah Hanif dengan langkah yang di hentakan.

Hanif terkekeh, muridnya itu lucu sekali.

.

Sebenarnya, Hanif bingung.

Kenapa rumahnya saat ini jadi ramai sekali?

Ia melihat kerumunan orang yang tengah berebut makanan ringan yang mereka bawa.

Seharusnya makanan itu buat Hanif bukan?

"Kak Raka!" Ini Dara.

"Apasih dek?!" Ini Raka.

thought [ ATEEZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang