-----
Belakangan ini Raden sedang sibuk, ia mendapat pesan dari Raka bahwa kakak tertuanya akan menikah, dan ia di minta untuk mengabadikan momen mereka. Tentu saja ia menerima, ia memang dekat dengan keluarga Radhika.
Ia memoles kamera kesayangannya, jika Bara punya Freddy, maka nama kamera Raden itu Ajeng. Namanya cantik kan? Iya, sama seperti hasil yang di hasilkan.
Dan Raden selalu membawa Ajeng kemana pun ia berada, jika di pikir-pikir, kebanyakan hasil foto kamera itu adalah pemandangan dan juga Aksa.
Hasilnya cantik, soalnya yang di potret cantik juga (read; Aksa).
Sebenarnya sih, isinya sudah banyak ia pindah agar tidak penuh, namun tetap, foto Aksa ia biarkan di sana. Agar ia bisa melihatnya saat ia merindukan si cantik.
Seperti saat ini.
Entah sudah seminggu ia tidak bertemu malaikatnya itu, mereka tidak berkomunikasi setelah ia mengantar Aksa kembali.
Iya, sama-sama sibuk. Aksa dengan kafe miliknya, dan Raden dengan keluarganya.
.
Aksa merenggangkan tubuhnya, sepertinya tutup sebulan membuatnya harus bekerja lebih keras saat buka kembali, sama seperti sekarang.
Ia menatap karyawan barunya itu, si manis yang bersemangat, ia tersenyum simpul, anak itu energinya tidak habis-habis.
"Afi, kamu bisa istirahat sekarang," Aksa menepuk pundak yang lebih muda, membuat empunya terkejut.
"Ngga papa Kak Aksa! Aku senang kok bantu disini," anak yang berperangai seperti tupai itu menyengir lucu, pipinya imut sekali.
"Tapi nanti Kakak yang dimarahin dek," Aksa menghela nafas, anak itu, karyawan barunya itu, sepupunya yang baru pindah kesini, untuk berkuliah, dia maba.
"Ish, makanya jangan ngomong lah!" Anak itu merengut kesal, ia terlihat gemas sekali.
"Jangan gitu dek, nanti kakak dikira memperkerjakan anak di bawah umur," Aksa mencubit pipi itu.
"Tapi pipi Afi jangan di cubit dongg!" Ia merengek, Aksa tertawa, anak ini lebih muda 6 tahun darinya, usianya masih 19 tahun, baru lulus tahun ini dan akan jadi mahasiswa.
"Kuliah jurusan apa kamu?" Aksa memindahkan tangannya ke rambutnya mengusaknya pelan.
"Humm," anak itu terlihat berpikir sejenak.
"Aku jurusan seni kok, sama kaya Kak Aksa kemaren," anak itu duduk, lalu menumpu tangannya di atas meja.
"Ohh begitu, nanti kalau ada apa-apa tanya aja ya Han," Aksa tersenyum lembut.
"Siap kak!" Poni anak itu bergoyang saat kepalanya mengangguk.
.
Aksa duduk di ruang istirahat di dalam kafe miliknya, ruangan yang pernah di tempatin Raden saat anak itu kabur dari rumah, ia merebahkan diri di tempat tidur.
Kangen, batinnya.
Karena sama-sama sibuk mereka tidak sempat ngabarin satu sama lain, dan Aksa merindukan makhluk yang lebih kecil darinya.
Aksa melirik dawainya, lalu mendial nomer Raden.
Halo Sa?
Aksa rindu suaranya, anyway, Aksa belum memberikan jawaban dari pernyataan Raden yang lalu.
"Mas, sibuk?"
Ngga sa, mau ketemu?
Aksa mengangguk. Ingatkan Aksa bahwa mereka ini sedang telponan, tidak mungkin Raden melihat anggukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
thought [ ATEEZ ]
FanfictionIni tentang anak-anak adam, dan lika-liku mereka.. . . . ini bxb ya , kalau gak suka tolong mundur ~ lokal name , pairing : joonghwa , yungi , woosan , jongsang Joong, san, mingi, jongho !top! Hwa, woo, yun, yeo !bot!