Chapter 9 [ Hari buruk ]

13 2 5
                                    

" Hari ini adalah hari terburuk, dimana aku harus terbiasa dengan Lembaran baru kehidupan "
-bira

" Rey kita langsung pulang aja, mau istirahat dirumah " ucap ra

" Okei ra yang cantik " jawab rey.

Ditengah jalan ra melihat, seorang laki laki yang tidak asing baginya, dari penampilan nya, gaya duduknya dan motornya. Karena sangat kepo akhirnya ra menyuruh untuk menyalipnya.

" Rey coba salip orang pake jaket item itu, cepetan rey " bisik ra

" Kenapa? " Tanya rey

" Udah salip aja cepet " bisik ra lagi

" Yauda pegangan " ucap rey

Ra segera melingkarkan tangannya pada tubuh rey, memegang ujung tangannya lain sembari memperhatikan lelaki tadi.

Mereka sudah berada disebelah lelaki itu, dan benar saja sesuai dugaan ra. Itu adalah fhasya

Fhasya adalah lelaki yang diidam idamkan ra sejak smp, mereka cukup dekat namun ra hanya sebatas suka dan belum berani mengungkapkan nya.

Tapi kini apa yang dilihat bira, ia tengah membonceng seorang gadis, dengan rasa hati yang sakit bira memutar kepala ke arah lain, semakin erat memeluk rey dan meletakkan kepalanya di punggung rey.

Air matanya jatuh, dan segera ia usap. Rey tak boleh tau kalo ia menangis, bisa bisa jika rey tau malah diejek.

" raaa kenapa ? " Tanya rey yang melihat kejadian tadi lewat kaca spionnya.

" mau cerita ? " Lanjutnya

Seketika mendengar pernyataan rey, bira dibuat sangat kaget, memang rey adalah orang yang suka mengejek, tapi kali ini ada sisi lainnya yang sangat hangat.

Ra tidak banyak bicara, ia hanya tidak ingin melepas pelukannya dari rey. Ia semakin hanyut dalam sandaran kepala nya, hal yang dirasakan nya sekarang hanya " nyaman ".

" Kenapa rey, orang sepertimu yang belum sepenuhnya aku kenal, memberiku rasa senyaman ini, aku benci mengakui ini " ucap ra dalam batin.

" Yauda kalo gamau cerita, kita pulang aja ya " ucap rey menenangkan ra.

***

*Panggilan ada sedang diluar jangkauan.

" Biraaa kenapa nggak kamu angkat telponnya nak " ucap mama ra yang sedang sesegukan dalam bicaranya.

" Permisi, dengan keluarga pasien? "
Tanya seorang dokter.

" Iya pak "

" Bisa ikut saya sebentar, ada yang harus saya beri tahu ke anda " ucap dokter.

" Iya pak baik " jawab mama ra sambil berjalan menuju salah satu ruangan diujung lorong rumah sakit.

" Maaf bu, kami sudah berusaha semampu kami, pasien tidak dapat diselamatkan "

" ............ "

Betapa hancur hati nya mengetahui kabar ini, ia terjatuh lemas mendengar perkataan dokter yang seakan menghantam dirinya.
Dengan segera seorang gadis menolong nya untuk berdiri, dan membantunya duduk di kursi.

" Saya turut berduka atas kabar ini bu " ucap seorang gadis yang sedari tadi berdiri diujung lorong ruang icu.

" ............. "

Tak ada jawaban yang bisa diberikan, ia hanya duduk menutupi wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Disisi lain keluarga gadis itu datang.

" Aqelaaa " teriak seorang ibu dari kejauhan, sontak membuat gadis itu berlari memeluknya

***

" Rey, makasi " ucap ra dengan nada lembut

" Makasi buat apa ? " Tanya rey sambil tersenyum.

" Makasi tumpangannya " ucap ra ketus

" Yeeee kirain makasi apaan " sahut rey

Mata mereka tertuju pada komplek yang mereka tinggali ini, kenapa begitu ramai orang orang, ketika memasuki gang rumah ra dari ujung mobil" terparkir sangat banyak.

Kemudian mereka berhenti pada karangan bunga yang ada diujung gang rumah bira.

" Turut berduka cita atas meninggalnya bapak darma " ucap rey

" Bapak darma itu siapa ra ? " Lanjutnya.

" Papa ........ "

Sontak bira berlari menuju ke rumahnya, melihat semua orang dalam keadaan duka, didepan rumahnya terpasang bendera kuning.

Melihat ra yang berlari rey segera membuntutinya, didoronglah motornya karena sudah banyak sekali orang didepan rumah ra.

Sudah jelas sekali, semua orang ini datang untuk berduka atas kepergian papa ra. Ia berlari menuju dalam rumah, melihat mama nya yang sudah lemas, membuat ra tiba tiba pingsan.

Hal ini membuat panik mama ra, segera rey yang ada dibelakang ra, menggendong nya dan membawanya ke kamarnya.

" Bawa ke kamar bira ya reyhan, tante minta tolong kamu jaga bira dulu, tante mau urus yang lain " ucap mama ra sembari menahan sesak didadanya karena sedih.

" Iya tante " jawab rey.

Suasana sangat mengharu biru, karena beberapa minggu ini bira dan mamanya belum bertemu dengan sosok papa sama sekali, karena urusan kerja diluar kota. Dan seharusnya hari ini papa bira pulang, tapi tuhan berkata lain, kini ayah bira pulang ke pangkuan tuhan.

" Papa ...... " Gumam ra dalam keadaan tidak sadar.

Lanjut ya guys
Jangan lupa starnya <3

WAKTU UNTUK BIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang