Chapter 17

22 10 0
                                    

sebelum membaca, klik vote dan komennya ya

dan jangan lupa putar lagu yang sudah di sediakan untuk menemani aktivitas membaca kalian.

HAPPY READING...


"LIN YI! Jangan tutup matamu Lin Yi! Hiks.. hiks.. Lin Yi, jangan tinggalkan aku.. " ucapku menangis histeris dan memeluk Lin yi dengan erat."

Tak lama ambulance pun datang, dan membawa Lin Yi ke Rumah Sakit terdekat, tapi Tuhan berkehendak lain, Tuhan lebih menyayangi Lin Yi. Nyawanya tidak tertolong bahkan belum sampai di Rumah Sakit. Aku begitu terpuruk dengan kepergian Lin Yi, pada malam itu juga kedua orangtua Lin Yi terbang ke Korea.

Kini aku dan keluargaku tiba di rumah duka. Tak henti-hentinya aku menangisi kepergian Lin Yi. Sampai satu haripun berlalu, mayat Lin Yi sudah di abukan, aku dan keluargaku pun kembali kerumah.

"Hana.. yang sabar ya, Lin Yi pasti sudah tenang di sana." Ucap ibuku sambil memelukku.

Aku tak menjawabnya, hanya memandang cincin yg di berikan Lin Yi yang sedang ku kenakan sebagai mata kalung, dan mengurung diri di kamar. Berapa hari berlalu keadaanku masih sama, aku tidak pergi ke butik dan selalu berada di kamar.

"Hana.. ada tamu." Ucap ibuku dari balik pintu kamarku.

"tante.. bisa tinggalkan kami berdua, mungkin dia akan lebih baik setelah ini." Ucap seorang cowok dari luar

"iya, tante mohon tolong bujuk dia, dia sudah 3 hari belum makan, tante takut dia akan sakit." Ucap ibuku kemudian pergi meninggalkan cowok itu di depan pintu kamarku.

"Hana-shi.. ini aku, Park Chanyeol, tolong bukakan pintunya untukku ya.." -Chanyeol

Akupun pergi untuk membukakan pintu untuk Chanyeol, dengan mata yang sembab aku melihat mata Chanyeol yang melukiskan kekhawatirannya. Dan tiba-tiba saja Chanyeol memelukku.

"Hana-shi.. kau pasti akan baik-baik saja, kau orang yang kuat, aku yakin itu. Jika kau ingin menangis, menangislah. Aku ada di sini." Ucap Chanyeol memelukku dan mengusap lembut kepalaku.

Air mata yang awalnya kutahan, akhirnya menetes juga. Ku balas pelukkan Chanyeol erat-erat dan menangis sejadi-jadinya. Setelah agak lama akupun merasa tenang. Dan Chanyeol membawakan aku makanan.

"makasih oppa.. maaf bajumu basah karenaku." Ucapku kepada Chanyeol

"ah tidak apa-apa, tersenyumlah.. kau cantik saat tersenyum."

Ucapan Chanyeol berhasil membuatku tersenyum. Hari itu Chanyeol seharian menemaniku, dan aku tertolong karenanya. Yang awalnya aku hanya mengurung diri di kamar, sekarang aku sduah bsa mengikhlaskan Lin Yi dan kembali menjalankan rutinitasku.

Model untuk acara yang di adakan lusa yang awalnya itu adalah Lin Yi, kini aku tidak tau siapa yang akan menjadi modelnya. Bagaimana jadinya jika perlombaan ini tanpa adanya model. Mungkin usahaku kali ini akan sia-sia.

Hari berganti hari, hari ini adalah hari dimana acara itu di mulai, dan sampai saat ini aku belum mendapatkan model pengganti Lin Yi. Brand ku akan di tampilkan di urutan ketiga. Semua sudah siap, hanya saja siapa yang akan menampilkan busana yang ku rancang susah payah ini.

"haahhh.. semunya sia-sia, kita tidak punya model di sini, maafkan aku, kalian sudah bekerja keras untuk perlombaan ini, tapi aku yang mengacaukannya." Ucapku kepada rekanku sambil menundukkan kepala.

"siapa bilang kau tidak punya model?! Aku modelnya, maaf aku terlambat, Hana.. " ucap seorang cowok dari kejauhan.

HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang