Ternyata menjadi pengobat sangat berat, yang di mana saya selalu berusaha untuk memberinya kebahagiaan, memberinya waktu luang untuk selalu ada bersamanya, itu tidak mengubah apapun yang selalu saya harapkan.
Saya ingin menceritakan tentang saya dan dia, tentang kalimat-kalimat indah yang harus dimuntahkan, tentang usaha yang dikhianati hasilnya.
Kisah ini ternyata hanya sebatas teman biasa, ia tidak akan pernah memiliki perasaan apa pun pada saya. padahal saya begitu menginginkan dia, rumit memang, pilu nya sangat luar biasa.
bagaimana pun saya hadir untuknya, ternyata saya hanya seorang badut yang mencintai sesosok insan istimewa, yang dimana memiliki nya adalah ketidakmungkinan.
beberapa kali saya mengungkapkan perasaan, dengan kode-kode an. semacam "bagaimana hari ini? mengapa tidak ada kabar?" tanpa saya mengerti seharusnya saya disitu sadar diri ya, tapi itulah saya. kadang harapan yang tidak mungkin selalu saya pikirkan menjadi mungkin.
saya pernah mencoba untuk tidak mengabari nya, dengan alasan ingin
mengetahui apakah saya akan dikabarinya, dan ternyata jawabannya adalah semua itu tidak akan pernah mungkin. sampai pada akhirnya saya berhenti dan memutuskan untuk bersadar diri pada pecahan kaca, pada patahan-patahan ranting tua. seseorang yang saya selalu harapkan menjadi rumah, ternyata dia adalah singgasana yang terlalu mewah untuk saya miliki.
dan kabar itu terdengar ditelinga saya, teman-teman saya memberi informasi yang sebenarnya saya sudah tidak ingin mendengarkan nya lagi. kalau ternyata dia sudah kembali pada pemeran utamanya, dan dia juga sudah terlihat bahagia. Itulah saya, saya kurang sadar akan diri saya sendiri, bahwa saya ini siapa? saya hanyalah badut penghibur disaat pemeran utamanya sedang tidak memberinya kabar, disaat itu saya sebagai penghibur dibutuhkan, pemeran pelengkap yang tak mungkin menetap.
ini adalah kisah saya, sebagai badut disaat dunianya sedang merasa gabut, dan sekarang saya baru menyadari mengapa tidak dari awal saya cabut. kenapa saya harus merasa takut untuk kehilanganya, kalau pada akhirnya kehilangan itu akan terjadi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika, Dewa Risqullah.
Şiir"Saya tidak akan menghakimi seseorang yang hanya mendengarkan cerita tentang saya dari orang lain, saya juga tidak akan pernah menjelaskan siapa saya yang sebenarnya. Karena yang aku tahu, setiap orang berhak untuk menilai dari sudut pandang mereka...